Minggu, Juni 02, 2024

Sejarah Dolok Malea (16): Nama Tano Bato di Mandailing, Lereng Gunung Sorik Marapi; Jalur Lalu Lintas Panjaboengan dan Natal


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dolok Malea di blog ini Klik Disini

Ada nama kampong Tanobato di Kabupaten Mandailing Natal dan ada juga nama kampong Tanobato di Kota Padang Sidempuan dan Kabupaten Padang Lawas. Nama Tano Bato di Mandailing di lereng gunung Sorik Marapi sejak doeloe sudah dikenal. Tidak hanya karena kampong penting di ruas jalan Panjaboengan dan Natal, di kampong Tanobato juga didirikan sekolah guri oleh Willem Iskander.


Tano Bato merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Panyabungan Selatan, kabupaten Mandailing Natal. Selain kelurahan Tano Bato, kecamatan Panyabungan Selatan meliputi desa-desa Aek Ngali, Hayu Raja, Huta Julu, Huta Raja Huta Julu, Hutaimbaru, Kayu Laut, Lumban Dolok, Pagaran Gala Gala, Roburan Dolok, Roburan Lombang. Kantor camat Panyabungan Selatan di Tano Bato. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah nama Tano Bato di Mandailing di lereng gunung Sorik Marapi? Seperti disebut di atas, kampong Tanobato pada masa lampau sangat dikenal luas karena sekolah guru didirikan oleh Willem Iskander. Jalur lalu lintas Panjaboengan dan Natal. Lalu bagaimana sejarah nama Tano Bato di Mandailing di lereng gunung Sorik Marapi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Nama Tano Bato di Mandailing di Lereng Gunung Sorik Marapi; Jalur Lalu Lintas Panjaboengan dan Natal

Pada masa lalu hanya ada dua jalur jalan darat dari wilayah Angkola Mandailing ke pantai barat Sumatra (mungkin juga hingga ini hari). Yakni dari Padang Sidempoean (Angkola) ke (pelabuhan) Lumut dan dari Panjaboengan (Mandailing) ke (pelabuhan) Natal. Tentu saja mulaunya hanya jalan setapak (dan barang harus dipikul). Lantas sejak kapan dua jalur lalu lintas jalan tersebut terbentuk?


Daghregisters, 01-03-1701: ’Seorang Cina pada tahun 1691 berangkat dari Batavia ke Malaka dan dari Malaka ke Panai (di muara sungai Baroemoen). Setelah membeli garam untuk menambah dagangannya (mangkuk tembaga dan kain biru) pedagang tersebut berangkat ke wilayah Angkola yang dibantu oleh beberapa kuli angkut dengan jalan darat (melalui Kota Pinang, Goenoengtoea, Batangonang hingga Pijorkoling di Angkola). Selama di dalam perjalanan dan di Angkola pedagang ini menukarkan barang dagangannya dengan kemenyan (benzoin) dan bahan lilin. Setelah barang dagangan yang dibawanya habis, pedagang ini kembali ke Panai untuk mendapatkan garam. Perdagangan ulang-alik antara Panai dengan Angkola oleh pedagang Cina itu berlangsung selama 10 tahun. Pada tahun 1703 pedagang Cina tersebut yang telah menikah dengan boru Angkola, dengan putri semata wayang mereka berangkat dari Angkola ke Batavia. Mereka melakukan perjalanan dengan jalan kaki ke Barus selama 11 hari perjalanan. Dari Barus dengan kapal ke Batavia.

Jalan lintas darat dari Angkola ke Barus via Lumut diduga sudah terbentuk sejak zaman kuno. Sebagaimana diketahui, lebar pulau Sumatra terpendek berada di wilayah Angkola antara Hapesonf dan Binanga dimana di Angkola terdapat celah bentang alam yang memotong pegunungan Bukit Barisam. Pada zaman kuno diduga garis pantai berada di Hapesong di pantai barat dan Binanga di pantai timur Sumatra. Besar dugaaan penduduk Mandailing pada zaman kuno ke Barus melalui Angkola. Lalu bagaimana bermula jalan dari Mandailing ke Natal?


Pada tahun 1772 pedagang Inggris menggambarkan situasi dan kondisi di Natal (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1839). Disebutkan penduduk di kota/benteng Natal terdapat enam suku: 1 Soekoe Menangkabauw. Menangkabausche stam; 2 Soekoe Barat, Westelijke stam; Soekoe Padang, stam van Padang; 4 Soekoe Bandar Sepoeloe, stam uit de plaatsen gelegen tusschen Padang en Benkoelen; 5 Soekoe Atje, stam van Atjin; 6     Soekoe Rauw, stam van Rauw. Setiap suku dikepalai oleh seorang Datu dan para Datu dipimpin oleh seorang Radja yang disebut Toeankoe Besar. Lanskap Natal juga meliputi hulu lota Natal dimana terdapat Linggabayu, di sebelah utara, di sebelah selatan Batahan dan Air Bangis. Di Linggabayu terdapat Radja (dan panglima) yang mana penduduknya Mandailing 3.000 jiwa. Di Batahan terdapat penduduk Mandailing sebanyak 2.500 jiwa yang dikepalai oleh seorang Radja. Wilayah Batahan termasuk pulau Tamang. Di selatan Batahan terdapat Air Bangis yang dikepalai oleh seorang Radja (dan Panghoeloe). Leydse courant, 26-06-1761 memberitakan 7 Februari 1760 Inggris mengambil alih pelabuhan Natal dari Perancis. Pelabuhan Natal ini diduduki oleh 40 Eropa dan 60 non Eropa.

Wilayah (kerajaan) Linggabayu diduga adalah kerajaan terluar dari wilayah Mandailing di daerah aliran sungai Batang Natal. Di wilayah ini terdapat kampong lama lainnya yaitu kampong Tapoes di hilir. Besar dugaan jalan setapak sudah terbentuk antara Mandailing dengan Natal melalui pegunungan di Linggabayu dan Tapoes.


Dimana kampong Linggbayu tempo doeloe berada? Tampaknya nama Linggabayu sebagai nama kampong telah lama menghilang dan hanya lestari sebagai nama wilayah. Duan ama tempat terpenting di wilayah Linggabayu sekarang adalah Tapoes dan Simpang Gambir. Salah satu dari dua nama tempat tersebut, dulunya dimana berada kampong Linggabayu. Peta 1853

Pada permulaan cabang Pemerintah Hindia Belanda di Angkola dan Mandailing, jalan lintas antara Panjaboengan dan Natal ditingkatkan agar bisa dilalui lebih lancar dan aman. Namun pembangunan jalan melalui pegunungan ini tidak mudah, Sebagaimana diketahui sebelumnya (semasa perang Padri) arus barang di Mandailing melalui Kotanopan ke Air Bangis (mungkin melalui Simpang Tonang/Tjoebadak).


Javasche courant, 22-10-1836 (iklan tender): ‘diperlukan outsourcing untuk mengangkut beras yang tersimpan (antara lain): di Nattal stok 70.000 pon, Tappanolie 20.000 pon dan Kotta Nopan di Manda Healing dan Rao stok sebanyak 300.000 ponden (pon). Operasi pengangkutan beras di Mandailing dan Rao dajadikan satu plot (dibedakan dengan tiga plot atau paket lain di Sumatra)’

Meski jalan antara Panjaboengan ke Natal via Tanobato dan Muara Sama telah ditingkatkan, tetapi jalan yang menanjak dari Mandailing ke pemberhentian Sopo Tindjak tetap menjadi sulit bagi penduduk Mandailing untuk meneruskan komoditi kopi ke Mandailing. Jalan dengan menggunakan pedate baru sampai di Tanobato (dimana sudah ada dibangun gudang kopi).


Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 23-08-1862: ‘Di Mandheling menumbuhkan budaya kopi diperkenalkan pada otoritas dewan, sekitar tahun 1841. Dia ada di sana dengan banyak kesulitan yaitu saat kamp. penduduk tidak kasih sayangnya, dan menghasilkan keberatan dan hampir tak dapat diatasi. Penanam harus mengolah kopinya dan membawa sendiri di resor pantai Natal. Sebuah jalan yang sangat sulit menuju ke sana dan untuk perjalanan pulang mereka membutuhkan beberapa hari, dan tidak mengherankan bahwa beberapa produk mereka hanya ditawarkan kepada yang lain sebagai hadiah, dan sebagian yang lain membuang begitu saja. Satu hal memastikan bahwa sangat banyak dari mereka melemparkan kopi yang dibuat dan dibuang ke Batang Gadies ke laut’.

Jalur darat antara Natal dan Mandailing yang dulunya merupakan satu dari dua jalur ke pantai di Angkola Mandailing, dalam perkembangannya hanya jalur Angkola dan Lumut yang dikembangkan lebih awal. Oleh karena itu sebagian penduduk Mandailing meneruskan kopi dari Mandailing melalui Angkola terus ke Loemoet. Memang lebih jauh tetapi dapat menggunakan pedati (pedate sarat-sarat).


Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 26-11-1862: ‘Berdasarkan Staatsblad no. 59, tanggal 21 Oktober 1852 salah satu keresidenan dari Gouvernement Sumatra's Westkust adalah Mandheling en Ankola. Kemudian registrasi wilayah ini diperbarui berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda No. 22, tanggal 21 November I862 yang dimuat dalam lembaran pemerintah (Staatsblad) No. 141. Dalam keputusan ini, diantaranya dinyatakan, jalan poros (utama) di wilayah hukum Gouvernement Sumatra’s Westkust adalah sebagai berikut: dari Kotta Nopan ke Laroe (½ etappe); dari Laroe ke Fort Elout (Penjaboengan) (1 etappe); dari Fort Elout (Penjaboengan) ke Siaboe (1 etappe); dari Siaboe ke Soeroematingi (1 etappe); dari Soeroematingi ke Sigalangan (1 etappe); dari Sigalangan ke Padang Sidempoean (1 etappe); dari Padang Sidempoean ke Panabassan (1 etappe); dari Panabassan ke Batang Taro (1 etappe); dari Batang Taro ke Loemoet (1 etappe); dari Loemoet ke Parbirahan (1 etappe); dari Parbirahan ke Toeka (½ etappe); dari Toeka ke Sibogha (½ etappe).  

Tunggu deskripsi lengkapnya

Jalur Lalu Lintas Panjaboengan dan Natal: Sekolah Guru Didirikan Willem Iskander

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: