*Dikompilasi
dari berbagai sumber: Akhir Matua
Harahap
Bagian-3
(habis): Laskar 'Pelangi' Sipirok, Letnan Sahala Muda Pakpahan dan
Benteng Huraba di Padang Sidempuan: Lahirnya Tokoh-Tokoh Militer dari Tapanuli
Bagian Selatan
Prakondisi di
Tapanuli Selatan dan Padang Sidempuan
Belanda
pertama kali masuk ke Tapanuli Selatan tahun 1833 dari arah Natal yang ketika
itu di Tapanuli masih suasana Perang Paderi (1825-1838). Pihak Belanda lalu
mendirikan benteng Fort Elout di Panyabungan untuk menyatakan keberadaannya
di Tanah Batak sekaligus basis untuk mengepung perlawanan Imam Bonjol di daerah
Pasaman. Setahun kemudian, Belanda memulai pemerintahan sipil di Tapanuli yang
dipimpin Asistent Resident berkedudukan di Natal. Waktu itu wilayah Tapanuli
masih bagian dari keresidenan yang berkedudukan di Air Bangis. Sebelum Belanda masuk ke Tapanuli Selatan kawasan selatan Tanah Batak ini terdiri dari berbagai luhat--dimana setiap luhat mempunyai pemerintah sendiri dan berdiri secara otonom dan belum pernah berada dibawah pengaruh siapapun. Luhat-luhat yang dimaksud adalah Sipirok, Angkola, Marancar, Padang Bolak, Barumun, Mandailing, Batang Natal, Natal, Sipiongot dan Pakantan.