Rabu, Juni 30, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (58): Orang Khmer di Kamboja dan Orang Champa di Vietnam; Angkola Mandailing dan Aceh di Sumatra

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Pada tulisan-tulisan masa ini disebut orang Aceh memiliki asal usul yang beragam, termasuk dari etnik Khmer. Juga disebut bahwa bahasa Aceh memiliki unsur bahasa (yang mirip) bahasa Khmer. Sudah barang tentu ini menjadi menarik dan perlu dipelajari lebih lanjut dengan mengikuti garis sejarah hingga jauh ke zaman kuno. Satu hal lagi yang juga adakanya diperbincangkan yakni nama Aceh sendiri. Ada yang membuat, serius atau hanya sekadar bercanda, sebagai singkatan yang merupakan akronim Arab, Cina, Endia (India) dan Hindia Belanda. Hal serupa ini juga pernah ada yang membuat nama  akronim (kota) Depok.

Sejarah suatu wilayah, dari sudut pandang masa kini, kerap memberi kejutan ketika dilakukan penyelidikan sejarah yang mendalam dan komprehensif. Banyak penulis sejarah Aceh, sudah barang tentu ada yang melakukan upaya serius untuk mengkajinya, tetapi ada juga yang hanya sekadarnya saja. Celakanya, seperti di tempat lainnya, penyelidikan sejarah alakadarnya, justru yang menjadi lebih populer dan sering dikutup dari waktu ke waktu. Seperti disebut di atas, soal sejarah Aceh dalam beberapa aspek dan beberapa bagian dari perjalanan sejarahnya masih ada yang terkesan diperdebatkan yang dengan sendirinya memerlukan studi lebih lanjut. Sebab bagaimanapun, sejarah adalah narasi fakta dan data. Sejauh data baru ditemukan maka narasi sejarah tidak pernah berhenti ditulis.

Lantas bagaimana sejarah oang Champa di Vietnam dan orang Khmer di Kamboja? Seperti disebut di atas tentang soal Aceh, apakah ada hubungan sejarah Champa dan sejarah Khmer dengan sejarah Aceh? Lalu apa hubungannya dengan penduduk Angkola Mandailing? Nah itu dia. Sejarah masa lampau, zaman kuno adakalnya memberi kejutan pada narasi sejarah masa kini. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, Juni 29, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (57): Malaka dan Kerajaan Aru, Kini Selangor dan Tapanuli Selatan; Penduduk Angkola Mandailing

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Apakah ada hubungan Kerajaan Aru dengan Malaka? Tidak hanya itu saja. Bagaimana hubungan Kerajaan Aru di daerah aliran sungai Barumun di pantai timur Sumatra dengan Kerajaan Malaka di pantai barat Semenanjung? Tentu saja pertanyaan ini masih dapat dilanjutkan apakah ada hubungan Kerajaan Aru dengan Kesultanan Malaka setelah terjadi pendudukan Malaka oleh Portugis sejak 1511? Jika begitu, Kerajaan Aru tidak hanya lebih tua, tetapi juga eksistensinya lebih lama dibandingkan dengan Kerajaan (Kesultanan) Malaka. Bagaimana? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.

Setelah memudarnya Kerajaan Aru, banyak penduduk Angkola Mandailing dari Kerajaan Aru yang bermigrasi ke Semenanjung. Migrasi awal terjadi pada era Perang Padri (1803-1838). Selama Perang Padri, penduduk Angkola Mandailing dengan perahu menyusuri sungai Barumun hingga Labuhan Batu, yang kemudian dengan kapal-kapal di selat Malaka menyeberang ke Semenanjung. Awalnya migran asal Angkola Mandailing ini menempati pulau Kolang, lalu kemudian menyusuri sungai Kelang ke hulu. Arus migrasi dari Angkola Mandailing masih terus berlangsung pada era Hindia Belanda. Semua itu karena mereka tetap menginginkan kemerdekaan, Komunitas oeang-orang Angkola Mandailing di hulu sungai Kelang inilah yang menjadi faktor penentu terbentuknya kota Kualalumpur yang sekarang (ibu kota negara Malaysia). Dalam hal ini kawasan Kualalumpur di (wilayah) Selangor adalah kawasan tradisional penduduk Angkola Mandailingm diantara kawasan-kawasan di Malaysia yang asal usul penduduknya sangat beragam. Salah satu tokoh pendiri kota Kualalumpur tersebut adalah Soetan Poeasa (dari marga Lubis).

Lantas bagaimana sejarah keterkaitan Malaka sebagai suatu wilayah pada zaman kuno? Seperti disebut di atas pertanyaan ini masih dapat ditambahkan tentang sejarah Kerajaan dan Kesultanan Malaka. Tentu saja itu dimungkinkan terjadi karena jarak geografis yang begitu dekat, juga karena begitu tingginya supremasi Kerajaan Aru di atas Kerajaan Malaka. Bagaimana bisa? Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.