*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini
*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini
Kerajaan
Aru? Siapa yang peduli. Meski demikian, Kerajaan Aru
pernah eksis di nusantara. Kerajaan Aru tidak hanya yang pertama (tertua).
Kerajaan Aru juga riwayatnya terlama, bahkan usianya lebih dari satu milenium.
Pengaruhnya tidak hanya di Sumatra, bahkan hingga Indochina, Filipina, Sulawesi
dan Maluku. Semua elemen zaman kuno dimiliki Kerajaan Aru, pemerintahan,
religi, aksara, seni dan arsitektur. Kerajaan Aru tidak hanya menguasai
daratan, tetapi juga menguasai navigasi pelayaran perdagangan. Kerajaan Aru
juga memiliki kekuatan militer yang sangat besar. Akhirnya setelah melalui
perjalanan waktu satu milenium mulai memudar dan lalu ke awal dalam bentuk
kerajaan-kerajaan kecil. Kerajaan Aru sendiri bersifat federasi.
Kerajaan Aru mendahului terbentuknya Kerajaan
T-aru-ma di Jawa. Kerajaan Taruma eksis sejak abad ke-4. Jejak pertama Kerajaan
Aru dapat dibaca pada prasasti Vo Cahn Vietnam abad ke-3. Wilayah dimana
Kerajaan Aru terbentuk di Sumatra bagian utara dicatat oleh Ptolomeus pada abad
ke-2 sebagai sentra produksi kamper..Literatur Eropa abad ke-5 menyebut kamper
diekspor melalui pelabuhan Barus (pelabuhan Kerajaan Aru di pantai barat).
Pelabuhan Kerajaan Aru di pantai timur Sumatra di Binanga. Ini dapat dibaca
pada prasasti Kedukan Bukit 682 M yang menceritakan pembentukan Kerajaan
Sriwijaya. Kerajaan Aru di utara ekuator, Kerajaan Sriwujaya di selatan
ekuator. Kerajaan Sriwijaya kemudian menyerang Kerajaan Taruma (lihhat prasasti
Kota Kapur 686 M). Kerajaan Taruma tamat. Seperti halnya Kerajaan Aru, Kerajaan
Sriwijaya membentuk kerajaan di Jawa bagian tengah (prasasti Sojomerto) dan
terbentuk dinasti Seilendra (prasasti Canggal 732 M). Kerajaan Aru membentuk
Kerajaan Khmer (Kamboja) dan Kerajaan Luzon (lihat prasasti Laguna 900 M). Pada
tahun 1022 Kerajaan Aru dan Kerajaan Sriwijaya diserang Kerajaan Chola (dari
India selatan). Pasca invasi Chola keduanya bangkit lagi. Kerajaan-kerajaan di
Jawa bergseser dari tengah (dinasti Seilendra, Mataram Kuno0 ke timur
(terbentuk Kerajaan Kadiri). Suksesinya adalah Kerajaan Singhasari yang
dibentuk tahun 1222 yang mana rajanya yang terkenal Kertanegara menjalin
hubungan dengan Kerajaan Aru. Pada tahun 1292 Raja Kertanegara terbunuh dan
lalu muncul Kerajaan Majapahit dan menyerang Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan
Singhasari dan Kerajaan Sriwijaya tamat. Kerajaan Aru terus berkibar hingga
Sulawesi dan Maluku, sementara Kerajaan Majapahit mulai memudar setelah
meninggalnya raja yang terkenal Hayam Wuruk tahun 1392. Kerajaan Majapahit
akhirnya tamat setelah serangan Kerajaan Demak (kerajaan yang terbentuk pada
tahun 1490an). Saat kehadiran Eropa dimana Portugis menduduki Malaka 1511,
Kerajaan Aceh berkembang pesat. Kerajaan Aru mulai kehilangan daya saing dan
akhirnya menyusut menjadi kerajaan-kerajaan kecil (seperti semula). Kerajaan
Aru tidak pernah mati: hanya mengembang dan menyusut. Sisa-sisa Kerajaan Aru
masih terlihat pada tahun 1838 ketika federasi kerajaan-kerajaan Angkola,
Mandailing dan Padang Bolak bekerjasama dengan Pemerintah Hindia Belanda
mengentaskan Kaum Padri. Pemerintah Hindia Belanda masih mengidentifikasi
Kerajaan Aru pada Peta 1818.
Lantas
bagaimana sejarah memudarnya Kerajaan Aru? Seperti disebut di atas, itu dimulai seiring dengan
pengaruh asing: Portugis sejak 1511 dan Kerajaan Aceh yang diperkuat militer
Kerajan Turki. Lalu apakah Kerajaan Aru tamat, seperti sebelumnya Kerajaan
Taruma, Kerajaan Dinasti Seildenra, Kerajaan Singhasari, Kerajaan Sriwijaya dan
Kerajaan Majapahit? Tidak pernah mati.
Bagaiman bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Perjalanan Panjang Kerajaan
Aru: Tertua dan Terlama
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Awal Memudarnya Kerajaan Aru:
Faktor Asing
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar