Putusan Kongres, Kongres Pemuda 1928 |
Sumpah Pemuda, Kongres Pemuda 1953 |
Asal Usul Kongres Pemuda 1928
Kongres Pemuda jelas tidak berdiri
sendiri. Kongres Pemuda hanya sebuah titik dalam garis continuum terbentuknya
bangsa Indonesia. Kongres Pemuda adalah salah satu satu level dari kongres-kongres
yang lainnya. Pemuda merujuk kepada senior dan senior memayungi para junior
(pemuda). Para pemuda pada etafe berikutnya akan menggantikan peran para
senior. Terbentuknya organisasi pemuda mengacu pada terbentuknya organisasi
senior. Organisasi senior memancarkan ‘energi kebangkitan kebangsaan’ dalam
terbentuknya organisasi junior (pemuda) yang menyelenggarakan Kongres Pemuda.
Pada tahun 1900 di Padang dibentuk organisasi sosial pribumi
(berafiliasi nasional). Organisasi pertama pribumi ini bernama Medan
Perdamaian. Ketua pertama Medan Perdamaian adalah Dja Endar Moeda, seorang
mantan guru, pemiliki sekolah swasta, pengusaha dan pemilik media (surat kabar,
majalah dan percetakan). Pada tahun 1901, Dja Endar Moeda memiliki tiga media:
surat kabar Pertja Barat, majalah Insulinde dan surat kabar Tapian Na Oeli. Organisasi
Medan Perdamaian pada tahun 1903 memberikan bantuan untuk pembangunan sekolah
dan pengembangan pendidikan di Semarang.
Bulan Mei 1908 dibentuk Boedi Oetomo (yang berafiliasi kedaerahan/Jawa) yang ketuanya Sutomo (STOVIA). Ketika menjelang Kongres Boedi Oetomo pada Oktober 1908 di Solo, seorang mahasiswa di Belanda merespon balik (negatif) pendirian Boedi Oetomo (yang bersifat kedaerahan) dengan menggagas dibentuknya Perhimpunan Pelajar Indonesia (Indisch Vereeniging). Sang mahasiswa tersebut adalah Soetan Casajangan yang didaulat menjadi Ketua Indisch Vereeniging yang pertama. Dja Endar Moeda dan Soetan Casajangan adalah sama-sama alumni sekolah guru (kweekschool) di Padang Sidempuan (Tapanuli).
Soetan Casajangan, setelah lulus kembali ke tanah air tahun
1914. Setelah beberap waktu mengajar di Buitenzorg, pada tahun 1915, Soetan
Casajangan ditempatkan sebagai guru di sekolah Radja di Fort de Kock. Di tahun
yang sama, sambil mengajar, Soetan Casajangan kerap pulang kampong dan
mendirikan surat kabar Poestaha di Padang Sidempuan. Sepeninggal Soetan
Casajangan, Indisch Vereeniging (bersifat nasional) makin lama makin loyo, sementara
Boedi Oetomo (bersifat kedaerahan/Jawa) makin lama makin moncer karena didukung
oleh pemerintah kolonial Belanda. Situasi dan kondisi itu direspon negatif oleh
Sorip Tagor, asisten dosen di sekolah kedokteran hewan di Buitenzorg yang
melanjutkan studi veteriner di Utrecht dengan memproklamisrkan berdirinya
Sumatranen Bond pada tanggal 1 Januari 1917 yang mana sebagai ketua adalah
Sorip Tagor, sekretaris Soetan Goenoeng Moelia (salah satu anggotanya Tan
Malaka). Anak-anak Sumatra di Batavia merespon positif dengan mendirikan
Sumatranen Bond pada November 1917 dengan ketuanya Mansoer dan wakilnya Abdul
Moenir Nasution (keduanya kuliah di STOVIA). Sorip Tagor dan Soetan Goenoeng
Moelia adalah sama-sama kelahiran Padang Sidempuan.
Pada tahun 1918 seorang anak muda yang memiliki profesi baru
sebagai editor surat kabar dari Medan pulang kampong ke Padang Sidempuan. Surat
kabarnya Benih Mardeka dibreidel karena delik pers. Mantan editor itu bernama
Parada Harahap. Di Padang Sidempuan, Parada Harahap menjadi editor surat kabar
Poestaha (milik Soetan Casajangan). Sementara itu, di Batavia, sejumlah orang
di Sumatranen Bond (memberi reaksi negatif) terhadap kehadiran pemuda asal
Tapanuli yang beragama Kristen. Situasi dan kondisi ini direspon (negatif) oleh
Dr. Abdul Rasjid, kelahiran Padang Sidempuan) dengan mendirikan Bataksch Bond tahun
1919 dan sekaligus menjadi ketuanya yang pertama (tetapi tetap berafiliasi
dengan Sumatranen Bond, karena pemuda Tapanuli juga ada di dalamnya). Pada
tahun 1919 ini juga, Parada Harahap di Padang Sidempuan menerbitkan surat kabar
yang lebih radikal yang diberi nama Sinar Merdeka. Pada tahun 1921, sambil
mengasuh dua surat kabar (Poestaha dan Sinar Merdeka) Parada Harahap mulai
terlibat dalam pergerakan pemuda dan menjadi anggota Sumatranen Bond dan
sekaligus menjadi ketua Bataksch Bond di Sibolga.
Lantas, semua pimpinan organisasi sosial berkumpul di rumah
Mr. Husein Djajanegara, PhD (dosen sekolah hokum di Batavia). Husein Djajanegara
adalah sekretaris Indisch Vereeniging di Belanda (bersama-sama dengan Soetan
Casajangan). Di rumah Husein Djajanegara sepakat membentuk supra organisasi
yang disebut Permoefakatan Perhimpoenan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
dimana didaulat yang menjadi ketua adalah MH Thamrin dan sekretaris Parada
Harahap serta kantornya ditetapkan di Gang Kenari (kini Jalan Kenari) yang
berada di seberang rumah MH Thamrin. Bataviaasch
nieuwsblad, 26-09-1927: ‘Minggu di Weltevreden para pemimpin yang berbeda dari
Serikat pribumi bertemu di Batavia di rumah Mr Djajadiningrat. Diputuskan untuk
mendirikan organisasi yang terdiri dari para pemimpin dari berbagai serikat
pribumi, dengan ketua komite adalah MH Thamrin dan sekretaris Parada Harahap.
The serikat: Budi Utomo, Pasundan, Kaoern Betawi, Sumatranenbond,
Persatoean Minahasa, Sarekat Amboncher dan NIB'. Sebagai tambahan dan perlu diketahui juga:
awalnya Boedi Oetomo enggan bergabung, tetapi Parada Harahap meminta bantuan
Dr. Radjamin Nasution mempengaruhi Dr. Soetomo. Strategi ini manjur yang kemudian
Soetomo dan Boedi Oetomo mencair dan
ikut bergabung. Dr. Radjamin Nasution adalah teman akrab Dr. Soetomo, sama-sama
alumni STOVIA (Dr. Radjamin Nasution kelak menjadi anggota dewan kota Surabaya
dan kemudian menjadi walikota pribumi pertama Surabaya).
Ir. Soekarno hadir dalam Kongres PPPKI, sedangkan M. Hatta yang masih
kuliah di Belanda (Ketua PPI Belanda) mengutus wakilnya Ali Satroamidjojo ke
Kongres Pemuda. Parada Harahap adalah mentor politik Sukarno dan Hatta. Di
kantor PPPKI di Gang Kenari hanya ada tiga foto yang digantung di dinding:
Sultan Agung, Soekarno dan M. Hatta. Sukarno banyak mengirim tulisan dan dimuat
di surat kabar Bintan Timoer (pemilik dan editor Parada Harahap). Satu tokoh pemuda yang kerap berkunjung ke Gang Kenari (kantor PPPKI) dan ke kantor
Bintang Timoer adalah Amir Sjarifoeddin (yang masih kuliah di sekolah hokum). Parada
Harahap juga mentor politik dari Amir Sjarifoeddin (kebetulan kampong mereka
berdekatan di dekat Padang Sidempuan). Kelak, tiga tokoh muda ini (Sukarno,
Hatta dan Amir) menjadi The Founding Father Republik Indonesia.
Pelaksana Kongres Pemuda 1928 adalah
Komite Kongres Pemuda yang dibentuk dari gabungan organisasi-organisasi pemuda
(PPPI). Ketua adalah Soegondo (sekolah hukum), Wakil Ketua, Djokomarsaid (sekolah
hukum), Sekretaris, Mohamad Jamin (Jong Sumatra), Bendahara, Amir Sjarifoeddin
(Jong Batak/sekolah hukum), anggota: Djohan Mohamad Tjaja (JIB/sekolah hukum),
Senduk (Jong Celebes/STOVIA, J. Leimena (Jong Ambon/STOVIA) dan Robjini (Pemoeda
Kaoem Betawi).
Pada waktu kongres PPPKI dan kongres pemuda
diadakan bersamaan tanggal 28 Oktober 1928, Sukarno diundang Parada Harahap
berpidato di Kongres PPPKI sebagai anggota PNI (senior). Sedangkan M. Hatta
adalah pimpinan Perhimpunan Pelajar (PI) di Belanda diundang Parada Harahap
untuk hadir (berpidato) di Kongres Pemuda, namun karena kesibukan (juga ada
hambatan oleh intelijen di Belanda) M. Hatta hanya mengirim wakil Ali
Sastroamidjojo. Selanjutnya, setelah lulus, M. Hatta pulang ke tanah air
bergabung dengan PNI yang telah berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia.
Bersambung:
Simpang Siur ‘Sumpah Pemuda’, Ini Faktanya (2): Parada Harahap, Mentor Politik Sukarno, Hatta dan Amir; Bersama Memperjuangkan Kemerdekaan RI (1928-1945)
Simpang Siur ‘Sumpah Pemuda’, Ini Faktanya (3): Parada Harahap Turun Tangan; Putusan Kongres Pemuda (1928) Diperbarui dan Diperingati Sebagai Hari Sumpah Pemuda (1953)
Simpang Siur ‘Sumpah Pemuda’, Ini Faktanya (4): Analisis yang Keliru dan Hasil Analisis yang Seharusnya; Sukarno dan Hatta Menghormati Parada Harahap
Dja Endar Moeda |
Bulan Mei 1908 dibentuk Boedi Oetomo (yang berafiliasi kedaerahan/Jawa) yang ketuanya Sutomo (STOVIA). Ketika menjelang Kongres Boedi Oetomo pada Oktober 1908 di Solo, seorang mahasiswa di Belanda merespon balik (negatif) pendirian Boedi Oetomo (yang bersifat kedaerahan) dengan menggagas dibentuknya Perhimpunan Pelajar Indonesia (Indisch Vereeniging). Sang mahasiswa tersebut adalah Soetan Casajangan yang didaulat menjadi Ketua Indisch Vereeniging yang pertama. Dja Endar Moeda dan Soetan Casajangan adalah sama-sama alumni sekolah guru (kweekschool) di Padang Sidempuan (Tapanuli).
Sutan Casajangan |
Het nieuws van den dag Nederlandsch-Indië, 02-09-1919 |
Pada tahun 1923 Parada Harahap hijrah ke Batavia dan mendirikan
surat kabar Bintang Hindia. Surat kabar Parada Harahap ini mengambil nama majalah
Bintang Hindia yang terbit di Belanda tahun 1903 dan ditutup tahun 1910 (editor
terakhir Sutan Casajangan). Pada tahun 1925 Parada Harahap menjadi ketua
Bataksche Bond di Batavia dan juga merangkap sekretaris Sumatranen Bond. Pada
tahun ini juga Parada Harahap melakukan perjalanan jurnalistik ke sejumlah
tempat di Sumatra yang liputannya dibukukan dan diterbitkan tahun 1926. Pada
tahun 1926 ini Parada Harahap menutup surat kabar Bintang Hindia dan
menerbitkan surat kabar Bintang Timoer. Bataviaasch nieuwsblad, 07-08-1926:
“Muncul edisi pertama Bintang Timur, sebuah suratkabar Melayu, dibawah redaktur
Parada Harahap, Koran ini diterbitkan kepada pembaca diprakarsai oleh
perjalanannya. Koran ini, sampai akhir Agustus sementara seminggu sekali akan
muncul, untuk berikutnya belum diketahui. Koran berbahasa Melayu ini juga
terdapat lembar untuk ETI dengan memiliki beberapa gambar’. Nieuwe
Rotterdamsche Courant, 30-08-1926: ‘…koran ini netral untuk dua hal: keagamaan
dan politik’.
Surat kabar ini tidak butuh waktu lama,
langsung melejit dan menjadi surat kabar beroplah paling tinggi di Batavia.
Pada tahun 1927 Parada Harahap mendirikan organisasi pengusaha pribumi di
Batavia yang sekaligus menjadi ketuanya (semacam KADIN pada masa ini). Susunan pengurus terpilih (1927):
Presiden, Mr Parada Harahap (Bintang 'Timoer), Wakil Presiden Abdul Gani
(industry perabaton), Sekretaris, Harun (Toko Haroen Harahap), bendahara, Dachlan
Sapi'ie (Schoenenmagazijn Sapi'ie). Komisaris: MT Moehamad (Siloengkangwinkel),
Tarbin Moehadjilin (Toko Djokja), Djelami Salihoen (ledikantenhandel).
Sedangkan Bapak Thamrin bertindak sebagai penasihat (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 16-09-1929).
Pada tahun 1927 Parada Harahap yang secara sosial, secara
ekonomi dan secara politik berada pada level tinggi menggas dibentuknya
gabungan organisasi-organisasi sosial. Parada Harahap menghubungi ‘tiga macan’ di
Pedjambon yang menjadi anggota Volksraad (parlemen). Ketiga vokalis Volksraad
tersebut adalah Mr. Mangaradja Soangkoepon (dari dapil Sumatra Timur), Dr. Ali
Moesa (dapil Tapanuli) dan MH Thamrin (dapil Batavia). Mr. Mangaradja Soangkoepon
adalah abang dari Dr. Abdul Rasjid. Sedangkan Dr. Ali Moesa adalah saudara
sepupu Dr. Sorip Tagor (kakek dari Inez/Risty Tagor). Parada Harahap kemudian
konsultasi dengan Soetan Casajangan yang menjadi Direktur Normaal School di
Meester Cornelis (sekarang Jatinegara).
Ketika Medan masih kampung, Padang Sidempuan sudah kota |
Soal tanah air, banyak ahlinya,
tetapi soal tanah air di media, Parada Harahap jagonya. Hanya Parada Harahap
yang bergelora dan berani memainkan penanya yang tajam ke depan hidung pers
Belanda. Sejak tulisan Parada Harahap
(tentang isu fascism) yang dimuat di Java Bode dan disarikan oleh De Indische
courant, 17-09-1925, pers Belanda terus mengikuti sepak terjang Parada Harahap.
Perang sesama pers (Pribumi vs Eropa/Belanda ) terus memanas. Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 08-11-1927 (Wat Gisteren in de Krant
stond!...): ‘diskusi tentang mayoritas Indonesia, bahwa Indonesia adalah
warisan nenek moyang, sebagai protes keras Parada Harahap dari Bintang Timur.
‘Jika Indonesia warisan nenek moyang, KW cs menganggap sebagai pemberontakan..
Jadi saya memahami komunikasi yang dilakukan oleh Pemerintah, bermain aman! Dan
Anda? K.W’. Ungkapan warisan nenek moyang sudah kerap digunakan Parada Harahap,
bahkan ketika masih menjadi editor di Benih Mardeka di Medan dan Sinar Merdeka
di Padang Sidempoean.
Gerakan Parada Harahap ternyata kemudian hanya sedikit insan pers yang mendukungnya. Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 08-10-1928: ‘Editor koran Bintang Timur, Mr. Parada Harahap, dalam beberapa hari terakhir telah banyak dibicarakan, tulis Prianger
Bode, hampir semua dikutip koran/majalah Maleisehe dan menulis segala macam hal
yang tidak menyenangkan baginya. Ada yang bahkan mengatakan bahwa Perserikatan
Joernalis Asia di Djokja akan membahas perilaku ini pada pertemuan pada tanggal
6 bulan mendatang dan bukan tidak mungkin bahwa pertemuan ini akan diputuskan
apakah Mr. Parada disanksi untuk hal yang dilakukannya untuk ditulis secara
khusus perihal pertemuan publik’. Langkah ini menyusul setelah diketahui
sebelumnya memperluas cakupan wilayah surat kabar Bintang Timoer (hinggga ke
Jawa Tengah dan Jawa Timur). De Indische courant, 13-09-1928: ‘Koran berbahasa Melayu
yang diterbitkan oOleh NV Percetakan Bintang Hindia, Mr Parada Harahap direktur
dan pemimpin redaksi dari Batavia mengeluarkan surat kabar Melayu Bintang
Timoe, untuk Jawa Tengah di Semarang dan Jawa Timur di Surabaya sebagai edisi
daerah. Mr Parada Harahap telah melakukan pertemuan lokal dalam rangka tujuan
konferensi PPPKI. Selama perjalanan dan tinggal dengan tokoh terkemuka di
daerah sangat antusias. Bintang Timoer sudah datang di sebuah iklan untuk
kebutuhan yang staf diminta untuk kedua edisi tersebut’.
Parada Harahap saat itu adalah tokoh
sentral yang bersifat revolusioner. Sejauh ini (1928), Parada Harahap telah
terkena delik pers sebanyak 101 kali, beberapa diantaranya arus mendekam di bui
(terutama ketika mengasih Sinar Merdeka di Padang Sidempuan). Oleh karenanya,
saat itu panutan para pemuda revolusioner adalah Parada Harahap. Nieuwe Rotterdamsche
Courant, 28-08-1928: ‘Mahasiswa Indopesia di Eropa (Indonesische studenten in Europa) telah mengoleksi tulisan-tulisan Dr
Abdul Rivai di surat kabar Melayu, Bintang Hindia (editor Parada Harahap) di
Batavia dari akhir 1926 sampai pertengahan 1928. Seluruh proses terhadap tulisan-tulisan
Dr. Abdul Rivai dilakukan oleh anggota dewan Perhimpoenan Indonesia. Hal
tersebut baru-baru ini diumumkan Hatta, juga mencakup kerja jurnalistik dan kontribusi
terhadap pengetahuan tentang apa yang terjadi di lingkaran mahasiswa Indonesia.
Dr. Abdul Rivai terus-menerus berhubungan dengan mahasiswa selama dia di
Belanda. Editor Bintang Hindia, Parada Hararap, telah menulis kata pengantar
rekomendasi di dalam buku yang diterbitkan itu’. [catatan: Parada Harahap dan
Abdul Rivai berpartner dalam mendirikan surat kabar Bintang Hindia; Abdul Rivai
kelahiran Bengkulu ini adalah teman akrab Dja Endar Moeda dan Soetan Casajangan
sesame insan pers antara tahun 1903-1910].
Setelah konferensi pertama PPPKI di Bandung (1927), diagendakan
kongres PPPKI di Batavia. Kongres PPPKI ini disinergikan dengan kongres
pemuda pada tahun 1928. Ketika para senior (PPPKI) melakukan kongres juga para
junior melakukan kongres di waktu yang sama pada tanggal 27 dan 28 Oktober
1928. Kongres para junior ini kemudian lebih dikenal sebagai Kongres Pemuda
1928. Kongres PPPKI ditunjuk ketua Dr.
Soetomo. De Indische courant, 01-09-1928: ‘Pertemuan publik (kongres) pertama
PPPKI (Permoefakatan Perhimpoenan-perhimpoenan Politiek Kebangsaan Indonesia)
utuk melakukan kongres di Batavia. Berbagai duta negara sudah hadir dalam
pertemuan ini. Tjokroaminoto dari PSI sudah hadir. Delegasi dari Sumatera
Sarekat, Mr. Parada Harahap, managing editor Bintang Timoer, disini hari
sebelum kemarin tiba dengan mobilnya. Kongres dibuka jam delapan di tempat
terbuka yang dihadiri lebih dari 2.000 orang. Di antara mereka yang hadir kami
melihat Tuan Gobee dan Van der Plas dari Kantor Urusan Pribumi. Perwakilan dari
asosiasi dan istri kongres perempuan berlangsung di aula tengah bangunan situs.
Untuk membuka sekitar 9:00 Dr Soetomo atas nama panitia menerima kongres. Soetomo
mengatakan bahwa ini hasil dari diskusi pada konferensi berlangsung di Bandung
pada tanggal 17 Desember 1927, ketika pembentukan PPPKI diputuskan. Pada
konferensi bahwa rancangan undang-undang diadopsi dan menyeyujui yakni PSII,
PN1, BO (Boedi Oetomo), Pasundan, Sarekat Sumatera, Studi Indonesia, Kaoem
Betawi dan Sarekat Madura sebagai anggota. Organisasi dalam pembentukan PPPKI
berdasarkan nasionalis. Soetomo dalam sambutannya menyeru: ‘Hidoeplah
Persatoean Indonesia’. Kesempatan untuk PPPKI. untuk mengucapkan selamat
kongres pertamanya. Ir. Soekarno, yang berbicara atas nama PNI (Partai
nasionalis Indonesia), bersukacita dalam realisasi PPPKI karena pemisahan
antara sana (Belanda) dan sini (Indonesia) akan ditentukan lebih tajam.
Delegasi dari Sumatera Sarekat, Mr. Parada Harahap, menyesalkan sikap pasifnya
Minahasasche dan Amboinasche sebangsa...(silahkan baca sendiri)’
Parada Harahap |
Penyelenggaraan Kongres Pemuda 1928
Pelaksana Kongres Pemuda tahun 27-28 Oktober 1928 adalah gabungan dari organisasi-organisasi pemuda baik yang mengatasnamakan pelajar maupun yang mengatasnamakan pemuda. Organisasi pemuda juga terdiri dari pelajar-pelajar. Oleh karena itu, pelaksana Kongres Pemuda tahun 1928 adalah pemuda dan pelajar yang dalam hal ini disebut Persatoean Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI). Organisasi PPPI ini adalah federasi organisasi-organisasi pemuda (lihat De Indische courant, 08-09-1928).
Pelaksana Kongres Pemuda tahun 27-28 Oktober 1928 adalah gabungan dari organisasi-organisasi pemuda baik yang mengatasnamakan pelajar maupun yang mengatasnamakan pemuda. Organisasi pemuda juga terdiri dari pelajar-pelajar. Oleh karena itu, pelaksana Kongres Pemuda tahun 1928 adalah pemuda dan pelajar yang dalam hal ini disebut Persatoean Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI). Organisasi PPPI ini adalah federasi organisasi-organisasi pemuda (lihat De Indische courant, 08-09-1928).
Organisasi-organisasi yang tergabung dalam PPPI ini antara
lain adalah Jonglslamieten Bond, Pemoeda Indonesia, Jong Java, Jong Sumatranen Bond,
Jong Ambon, Jong-Batak dan Kaoem Pemoeda Betawi. Dari organisasi-organisasi
inilah dibentuk komite kongres.
De Indische courant, 08-09-1928 |
Tentu saja ada tokoh yang mampu mempersatukan para pemuda/pelajar ini bersatu. Tokoh yang mempersatukan itu adalah Parada Harahap, sekretaris PPPKI (gabungan organisasi-organisasi senior). Kongres sendiri akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Penempatan Amir Sjarifoeddin sebagai bendahara bukan berdiri sendiri. Amir Sjarifoeddin selain tokoh pemuda dan pelajar (Jong Batak) juga adalah representasi Parada Harahap (dari PPPKI). Parada Harahap adalah penyokong dana Kongres Pemuda 1928. Parada Harahap adalah Ketua KADIN pribumi di Batavia. Parada Harahap adalah mantan ketua Jong Batak yang digantikan oleh Amir Sjarifoeddin.Sayang sekali media berbahasa Belanda tidak meliput khusus Kongres Pemuda 1928. Hasil-hasilnya juga tidak terlaporkan. Sebaliknya, persiapan dan hasil-hasil Kongres PPPKI diberitakan secara luas. Ini menunjukkan bahwa makna Kongres PPPKI (para senior) jauh lebih kuat dan lebih luas dibandingkan Kongres Pemuda (para junior). Dengan kata lain, sepak terjang PPPKI lebih dikhawatirkan jika dibandingkan dengan Komite Pemuda (PPPI).
Putusan Kongres (1928) |
Sebagaimana diketahui hasil Kongres Pemuda 1928 pada intinya
berupa Putusan Kongres yang isinya: POETOESAN CONGRES PEMOEDA-PEMOEDI INDONESIA. Kerapatan
pemoeda-pemoeda Indonesia jang berdasarkan kebangsaan, dengan namanja Jong
Java, Jong Soematra (Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong
Islamieten Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan
Peladjar-Peladjar Indonesia. Memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober
tahoen 1928 di negeri Djakarta. Sesoedahnja menimbang segala isi-isi
pidato-pidato dan pembitjaraan ini. Kerapatan laloe mengambil kepoetoesan: Pertama:
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATU, TANAH
INDONESIA. Kedoea: KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG
SATOE, BANGSA INDONESIA. Ketiga: KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENDJOEN-DJOENG
BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA. Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan
mengeloearkan kejakinan azas ini wajib dipakai oleh segala perkoempoelan
kebangsaan Indonesia. Mengeloearkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat
dengan memperhatikan dasar persatoeannya: KEMAOEAN, SEDJARAH, BAHASA, HOEKOEM ADAT,
PENDIDIKAN DAN KEPANDOEAN dan mengeloearkan pengharapan soepaja poetoesan ini
disiarkan dalam segala soerat kabar dan dibatjakan di moeka rapat
perkoempoelan-perkoempoelan.
Sukarno sendiri pada awalnya adalah
anggota Jong Java di Bandung. Pada tahun 1925 Sukarno mendirikan klub studi
yang sekaligus ketuanya. Pada 25 Mei 1926 Sukarno lulus. Ketika Perserikatan
Nasional Indonesia (PNI) didirikan oleh Dr. Tjipto dkk di Bandung, 4 Juli 1927,
klub studi pimpinan Soekarno ikut bergabung. Lalu ketika didirikan PPPKI (oleh
Parada Harahap dkk pertengahan 1927) organisasi Dr. Tjipto.Sukarno belum ikut
bergabung. Ketika PPPKI melakukan konferensi di Bandung pada akhir 1927 PNI
sudah bergabung. Meski demikian, di paruh terakhir kehadirannya di klub studi,
Sukarno kerap mengirim tulisan ke surat kabar Bintang Timoer (pimpinan Parada
Harahap). Oleh karenanya Parada Harahap dan Sukarno sudah kenal sebelum
didirikannya PPPKI.
Simpang Siur ‘Sumpah Pemuda’, Ini Faktanya (2): Parada Harahap, Mentor Politik Sukarno, Hatta dan Amir; Bersama Memperjuangkan Kemerdekaan RI (1928-1945)
Simpang Siur ‘Sumpah Pemuda’, Ini Faktanya (3): Parada Harahap Turun Tangan; Putusan Kongres Pemuda (1928) Diperbarui dan Diperingati Sebagai Hari Sumpah Pemuda (1953)
Simpang Siur ‘Sumpah Pemuda’, Ini Faktanya (4): Analisis yang Keliru dan Hasil Analisis yang Seharusnya; Sukarno dan Hatta Menghormati Parada Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar