Sejarah Stadion Gelora Bung Karno, Ini Faktanya (1): Idenya Muncul Saat Tim Olimpiade Indonesia vs Tim Cina Malaysia
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Stadion Gelora Bung Karno (SGBK) dalam blog ini Klik Disin
Dari lapangan sepakbola mengilhami Sukarno untuk
membangun stadion besar. Inilah awal Sukarno berhasrat bangun stadion besar,
tidak hanya untuk sepakbola, tetapi juga untuk kegunaan publik yang lebih luas,
dan tentu saja untuk ambisinya sendiri: membangun kebanggaan bangsa di mata
dunia dan untuk panggungnya sendiri untuk berpidato. Karenanya, stadion adalah
panggung yang diiinginkan oleh Sukarno dimanapun dia berada, di pelosok-pelosok
negeri maupun di kota-kota besar di Eropa dan Asia. Sukarno sangat menikmati
permainan sepakbola, Sukarno juga sangat menikmati jika berpidato di dalam
stadion yang besar.
Sukarno
juga menginginkan segalanya dibuat besar, monumental meski Negara sesungguhmya belum
mampu menyediakannya. Masjid, stadion, hotel, pusat perbelanjaan, patung dan
sebagainya dibuat sebagai simbol-simbol, bahwa Indonesia adalah bangsa yang
besar, lebih besar dari bangsa-bangsa penjajah. Simbol-simbol itu juga menjadi
pesan bagi negara sahabat bahwa bangsa Indonesia akan memimpin perjuangan
kontra Negara-negara imperialis.
Ini bermula ketika Indonesia baru mulai menata negeri
setelah perang kemerdekaan dan pengakuan kedaulatan RI. Pemerintah Indonesia
melalui PORI akan mengirimkan tim sepakbola ke Asian Games pertama di India
(yang akan di selenggarakan di New Delhi 4-11 Maret 1951. Untuk menguji
kekuatan tim sepakbola Indonesia diadakan pertandingan persahabatan dengan
mendatangkan tim sepakbola Cina Malaysia di Jakarta.
Presiden Sukarno yang turut menonton pertandingan
sepakbola tersebut tidak puas: tidak puas karena lapangan yang digunakan tidak
kondusif, basah dan berlumpur sehingga permainan kedua tim tidak berkembang.
Presiden Sukarno senang dan memuji permainan tim Indonesia, tidak senang dengan
lapangan yang tidak memenuhi kebutuhan olahraga: lapangan yang sempit,
berlumpur dan kumuh. Atas dasar masalah itu, segera setelah usai pertandingan,
Presiden Sukarno meminta Ketua PSSI (yang turut menonton) untuk membuat jadwal
untuk pembangunan stadion baru (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 23-02-1951).
|
Java-bode, 23-02-1951
|
De
nieuwsgier, 24-02-1951: ‘Stadion Jakarta. Setelah pertandingan sepakbola antara
tim Olimpiade Indonesia dan skuad China-Malaysia, Rabu, Presiden Sukarno, yang
hadir dalam pertandingan ini, meminta Ketua Perserikatan Sepakbola Seluruh
Indonesia (PSSI), Mr. Maladi, sesegera mungkin untuk menyusun rencana untuk
pembangunan stadion besar untuk Jakarta. Semua menteri yang hadir, termasuk
menteri keuangan, Mr. Sjafruddin Prawiranegara menyambut ide ini. Pelaksanaan
rencana ini akan segera mendirikan komite atau yayasan pembangunan stadion.
Untuk biaya pembangunan stadion diatur lima hingga enam juta rupiah. Presiden.
Sukarno mengatakan: ‘Buatlah sepuluh jutaan’ katra Pak Maladi, yang pembangunan
stadion akan meliputi area seluas 12 Km persegi yang akan menampung 80.000
penonton. Banyak ruang akan dibuat untuk tempat parkir mobil, juga akan dibuat
untuk sebuah kamp pelatihan, fasilitas lain, yang harus berstandar stadion
internasional. Perencanaan dilaksanakan sesegera mungkin. Pemerintah akan
menyediakan dana yang diperlukan untuk tujuan ini karena sangat mungkin bahwa
Olimpiade Asia ketiga diadakan di Indonesia, di Jakarta. Demikian sebagaimana
dilaporkan surat kabar Merdeka’.
Rencana pembangunan stadion besar (yang kelak
menjadi Stadion Utama Gelora Bung Karno) merupakan rencana Sukarno, rencana
pemerintah Indonesia yang pertama untuk membangun fasilitas setelah perang
kemerdekaan dan pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda. Rencana-rencana
berikutnya baru menyusul kemudian seperti pembangunan masjid besar di
Jogjakarta (Masjid Suhada) tahun 1952, masjid besar di Jakarta (yang kemudian
disebut Masjid Istiqlal) tahun 1953. Foto: Presiden Sukarno melepas kontingen
Indonesia ke Asian Games (De nieuwsgier, 24-02-1951).
Setelah
Asian Games di India tahun 1951, Indonesia berpartisipasi dalam Olimpiade di
Helsinki, Finlandia tahun 1952. Indonesia setelah lepas dari penjajahan,
melalui olahraga, tampaknya ingin lebih memperkenalkan Indonesia sebagai bangsa
besar baik di Asia dan Eropa.
Bersambung:
Sejarah Stadion Gelora Bung Karno, Ini Faktanya (2):
PON II, Pembangunan Stadion IKADA Didahulukan, Stadion Besar Sukarno
Dipinggirkan
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap dari berbagai
sumber tempo doeloe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar