*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disin
.
Fakta lama, interpretasi baru: Ambuaru (Haru), Dilli (Deli) dan Aru (de Aru atau d'Aru atau Daru) adalah tiga tempat yang berbeda (lihat peta 1619, 1750, 1752 dan 1862). Sementara penulisan nama Dilli (Portugis) menjadi Delli (Inggris) dan kemudian Deli (Belanda) adalah nama tempat yang sama di dalam tiga era yang berbeda (lihat peta 1750, laporan Anderson 1826 dan peta 1862). Sedangkan tiga bandar penting yang ditaklukkan oleh Majapahit adalah bandar Tandjongpura di Haru (di muara sungai Wampu di Langkat), bandar Sampei (di muara sungai Boeloe Tjina/Hamparan Perak) dan bandar Panai (di muara sungai Baroemoen di Aru). Lantas apa hubungan Kerajaan Aru di Baroemoen dengan Tiongkok dan apa pula hubungan bandar Sampei di Boeloe Tjina dengan bandar 'Kota Tjina' di Maryland/Marelan? Mari kita lacak!.
.
Fakta lama, interpretasi baru: Ambuaru (Haru), Dilli (Deli) dan Aru (de Aru atau d'Aru atau Daru) adalah tiga tempat yang berbeda (lihat peta 1619, 1750, 1752 dan 1862). Sementara penulisan nama Dilli (Portugis) menjadi Delli (Inggris) dan kemudian Deli (Belanda) adalah nama tempat yang sama di dalam tiga era yang berbeda (lihat peta 1750, laporan Anderson 1826 dan peta 1862). Sedangkan tiga bandar penting yang ditaklukkan oleh Majapahit adalah bandar Tandjongpura di Haru (di muara sungai Wampu di Langkat), bandar Sampei (di muara sungai Boeloe Tjina/Hamparan Perak) dan bandar Panai (di muara sungai Baroemoen di Aru). Lantas apa hubungan Kerajaan Aru di Baroemoen dengan Tiongkok dan apa pula hubungan bandar Sampei di Boeloe Tjina dengan bandar 'Kota Tjina' di Maryland/Marelan? Mari kita lacak!.
Kerajaan Aru, menurut laporan Pinto (1539) dibatasi oleh lautan dan laut pendalaman (danau Toba) dan pertambangan Menangkabau (Ophir) ibukotanya Panaju yang berada di sungai Paneticao (sungai Batang Pane). Kerajaan Malaka dan Kerajaan Atjeh berkembang setelah kejayaan Kerajaaan Aru mulai memudar di selat Malaka. Kerajaan Aru yang beribukota di pedalaman sungai Baroemoen di Padang Bolak (river Baroemoen of Paneh) adalah kerajaan besar yang tidak ada melebihinya di Nusantara saat itu (pasca Sriwijaya Jambi/Palembang) memiliki peran besar membesarkan kerajaan-kerajaan di Atjeh melalui koneksi pedagang orang-orang Moor. Keutamaan bandar-bandar di Atjeh adalah turut menyebarluaskan agama Islam di Baroemoen, jauh sebelum penyebaran agama Islam di Melayu (Malaka). Lalu tiba waktunya, Kerajaan Aru, kerajaan Islam pertama ditaklukkan oleh Madjapahit (beragama Hindu) tetapi tidak mampu menaklukkan bandar-bandar di Atjeh. Pada fase berikutnya, Kerajaan bentukan Atjeh di Deli (Batak) ditaklukkan oleh Malaka (Portugis). Dengan demikian, kejayaan Kerajaan Aru (di Baroemoen) adalah kurun waktu yang berbeda dengan munculnya Kerajaan Deli (Batak) di hulu sungai Deli (Deli Toea). Kerajaan ini lalu dihancurkan oleh Portugis (dari Malaka) yang kemudian Kesultanan Atjeh membentuk Kesultanan Deli (Melayu) di muara sungai Deli (Laboehan Deli). Pada fase berikutnya, Kesultanan Deli bergantian berada di bawah supremasi Kesultanan Atjeh dan Kesultanan Siak hingga akhirnya Kesultanan Deli dibawah jajahan Belanda.
Peta kuno Kerajaan Aru, 1619 (peta Portugis) |
Ada yang menyebut Kesultanan Aru atau
Kesultanan Haru cikal bakal Kesultanan Deli. Itu jelas keliru. Yang mungkin
benar adalah Kerajaan Deli (Batak) adalah cikal bakal Kesultanan Deli (Melayu).
Sedangkan Kerajaan Deli adalah suksesi bandar Sam Pei, suatu bandar (Cina) di
teluk Belawan di muara sungai Boeloe Tjina (di wilayah dimana Hamparan Perak
kini berada) yang digantikan oleh penduduk Batak lalu kemudian berpindah tempat
ke hulu sungai Deli (kini Deli Toea). Lalu Kesultanan Deli dibentuk di muara
sungai Deli (Laboehan Deli). Bagaimana itu terjadi? Mari kita lihat fakta-faktanya.
Peta Kerajaan Aru dan Kerajaan Deli, 1818 (Peta Belanda) |
Keberadaan Penduduk Batak sebagai Faktor Terpenting
Munculnya Kerajaan dan Kesultanan
Untuk memahami munculnya kerajaan-kerajaan
dan kesultanan-kesultanan tersebut mulailah memahami pertukaran ekonomi di
muara sungai Batang Pane dan muara sungai Sangkilon di Padang Lawas (Tapanuli bagian
Selatan). Sungai Batang Pane adalah jalur terawal perdagangan kamper, benzoin,
kemenyan dari penduduk Batak. Sungai Sangkilon adalah jalur terawal perdagangan
emas dari penduduk Batak. Di sepanjang DAS Batang Pane dan Sangkilon terdapat
banyak candi-candi purba. Pusat dari perdagangan ini ada di muara sungai Batang
Pane yang kemudian lebih dikenal sebagai Pertibie (Portibi). Hingga ini hari di
Portibi masih terlihat jelas candi-candi besar dari era Hindu/Budha.