Rabu, Mei 08, 2024

Sejarah Dolok Hole (2): Dolok Hole Diantara Simangambat dan Sipagimbar; Nama-Nama Tempat Lama di Saipar Dolok Hole


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Saipar Dolok Hole di blog ini Klik Disini 

Nama menunjukkan tempat. Dolok Hole adalah nama perbukitan (tor). Duan ama tempat terpenting sejak awal di sekitra Dolok Hole adalah Simangambat di selatan dan Sipagimbar di utara. Saipar Dolok Hole pada masa kini dikenal sebagai wilayah administrasi pemerintahan setingkat kecamatan (yang dibedakan dengan kecamatan Arse). Tentu saja berbeda dengan pada masa lalu.


Saipar Dolok Hole adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, ibu kota di kelurahan Sipagimbar. Kecamatan berbatasan di utara kecamatan Aek Bilah, Timur, kabupaten Padang Lawas Utara, di selatan kecamatan Arse, di barat kabupaten Tapanuli Utara. Desa/Kelurahan di Kecamatan Saipar Dolok Hole terdiri dari 12 desa dan 2 kelurahan yaitu: Kelurahan: Aek Simotung, Sipagimbar. Desa: Batang Parsuluman. Damparan Haunatas, Padang Mandailing Garugur, Parau Sorat Sitabo-tabo, Pintu Padang Mandalasena, Saut Banua Simanosor, Sidapdap Simanosor, Silangkitang Tambiski, Simangambat, Somba Debata Purba, Sunge Sigiring-giring, Ulu Mamis Situnggaling. Mayarakat Saipar Dolok Hole merupakan Batak Angkola dan masih menerapkan sistim dalihan natolu. Warisan peninggalan sejarah Buddha masih terdapat di Saipar Dolok Hole yang telah berumur ratusan tahun berupa patung yang terletak di Gunung Batara Wisnu, di Pargumbangan, di Tambiski, di Hanopan dan masih bayak lagi situs sejarah di sepanjang aliran sungai Batang Pane. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Dolok Hole diantara Simangambat dan Sipagimbar? Seperti disebut di atas nama kecamatan Saipar Dolok Hole merujuk pada nama Dolok Hole. Nama-nama tempat lama di (kecamatan) Saipar Dolok Hole. Lalu bagaimana sejarah Dolok Hole diantara Simangambat dan Sipagimbar? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Dolok Hole Diantara Simangambat dan Sipagimbar; Nama-Nama Tempat Lama di Saipar Dolok Hole

Pada tahun 1928 W. Coolhaas sebagai Controleur dipindahkan dari Jawa ke Tapanoeli (lihat De locomotief, 21-03-1928). Sebelum ke Jawa W Ph Coolhaas bertugas di Ternate yang mana salah satu tulisannya berjudul Kroniek van het Rijk Batjan yang dimuat dalam Tijdschr. Bat. Gen. 63 (1923). Saat mana bertugas di onderafdeeling Angkola Sipirok, Controleur Coolhaas menulis mengenai patung-patung di onderafdeeling Angkola en Sipirok, yang dalal hal ini intinya sebagai berikut:

 

A. ± 250 M sebelah selatan gereja Sipagimbar dan ± 300 M sebelah utara pertigaan jalan menuju Simole-mole, sebelah timur jalan kuda Sigordang Lombang - Sipagimbar, saya menemukan 2 gundukan kuburan di sebuah ladang alang-alang, dimana lokasi kedua 11 m NNW dari yang pertama berada. Kedua bukit tersebut sejajar dan arah sumbu utamanya baratdaya-utara laut. Gundukan pertama berukuran panjang ± 2,60 M di bagian atas dan lebar ± 1,70 M di bagian depan (sisi barat daya) dan di sisi kiri gundukan tersebut dibatasi oleh batu-batu datar memanjang (3 pada sisi membujur) berbentuk persegi panjang. struktur yang sangat rapuh; batu-batu ini dikelilingi oleh tanah dan karenanya tetap utuh; di dua sisi lainnya masih ada sisa batu-batu, yang dilihat dari kesegaran retakannya, belum lama ini terjatuh dan pecah. Tepat di depan bukit berdiri patung dari batu rapuh yang sama; yaitu representasi primitif dari tempat duduk yang berkaki. Seorang warga kampung tua teringat pernah melihat patung berkepala itu; Namun, patung ini dirobohkan karena "menakutkan kuda". Permukaan yang rusak tersebut terbilang baru rumah kepala kampung Sipagimbar. Saat menggali alas yang terkubur sedikit di dalam tanah, muncul pecahan piring. Gundukan kuburan ke-2, tinggi 1,32 M, panjang alas 5,10 M, dan lebar bagian bawah. alasnya 4,30 M, panjang tepi atas 3 M, dan lebar tepi atas 2,10 M, pada sisi membujur terdapat 8 batu, berbentuk persegi kurang sempurna dibandingkan kuburan 1 dan jenis batu yang lebih keras, 2 diantaranya batu besar paling depan panjangnya 52 cm, batu besar paling belakang panjangnya 58 cm, hampir semua batunya miring ke arah luar, cukup utuh dari batu lunak yang pertama patung; Saya menganggap mustahil bahwa awalnya berdiri di dekat salah satu gundukan kuburan yang disebutkan; jika jatuh ke dalam jurang, niscaya ia akan hancur berkeping-keping. B I. Utara Sipagimbar, di jalan setapak menuju Parsoeloeman, ditemukan kuburan (bukan bukit), arah W - E, panjang 1,55 M dan lebar 1,20 M seluruhnya tertutup batu; di depan pojok barat laut terdapat patung laki-laki setinggi 34 cm, di sisi barat daya terdapat patung perempuan yang sama tingginya. Tepat di belakang kuburan berdiri sebuah batu berbentuk segitiga, cukup kecil dengan struktur yang sangat keras, yang disebut "batoe besi" yang bagian atasnya menghadap ke atas; kurang lebih 2 meter di belakang kuburan terdapat patung yang rusak agak parah setinggi 67 cm, seorang warga kampung mengatakan bahwa patung terakhir ini pernah berfungsi sebagai penjaga kampung kuno yang pernah ada disana, namun sekarang telah benar-benar hilang. Tanah di dekat kuburan ini dan patung ini telah bergetar dan mengeluarkan suara ketika kedatanganku yang akan datang ke daerah itu diketahui. Karena ada kekuatan supernatural yang dikaitkan dengan kelompok ini, aku membiarkan mereka tetap utuh. BII. Kurang lebih 400 m lebih jauh dari kelompok B I arah kampung Parsoeloeman ditemukan kumpulan kuburan utuh yang kesemuanya berarah utama W - E. (Peta terlampir menunjukkan 8 kuburan dengan batu, 4 kuburan tanpa batu, 4 kuburan yang belum ditinggikan dengan hanya beberapa batu lepas, dan 7 patung. menjadi 3 poin dijelaskan sebagai berikut!). 1. patung utuh, yang hanya kepalanya saja yang terlepas, tetapi dapat langsung dipasang kembali; tinggi ± 50 cm, dipindahkan ke rumah kepala kampung. 2. kuburan dengan dua baris batu; di depannya ada batu besi berbentuk segitiga yang keras seperti di kuburan B I. 3. Pada titik ini, 3 batu ditemukan bersamaan di jalan setapak satu rusak berat, 73 cm. pembentukan citra yang tinggi; Ada juga dua orang di tanah di sini pecahan papan ditemukan. Para pembangun jalan setapak rupanya tidak menghargai hal ini memiliki kuburan dan patung; oleh karena itu gambar paling keren disampaikan gambar-gambar itu, yang semuanya rusak cukup parah, memiliki hasil akhir dan susunan kasar yang sama hanya untuk pria atau wanita. C. Ditemukan kuburan di sebelah barat kampung Banoea Radja, sebelah barat daya Sipagimbar dengan batu dan pecahan patung dan kuburan dengan batu dan dua patung, salah satunya utuh, tinggi ± 76 cm dengan kepala sangat besar dan satu bagian atas hilang. Semua patung adalah buatan primitif, tentu saja bukan buatan Hindu. Batu yang digunakan adalah sangat rapuh sehingga usia patung yang besar tidak mungkin tercapai. Saya memperkirakannya 2 hingga 300 tahun. Patung-patung tersebut kemungkinan besar dibuat oleh suku Batak, kemudian dari danau Toba datang untuk menetap di wilayah ini. Penduduknya kini sudah tidak mampu lagi untuk membuat patung-patung, tetapi menganggap kuburan-kuburan dan patung-patung itu milik nenek moyang mereka yang pertama, yang menetap di wilayah ini; bagi saya ini tampaknya benar, sebagian karena nenek moyang orang dalam Sipirok memerintah marga Siregar sebagai pemukiman pertama di kawasan ini Si Batang Kajoe, kini menjadi kampung terbengkalai antara Somba Debata dan Sipagimbar. Tidak mungkin untuk menentukan siapa yang membangun atau siapa yang dikuburkan di kuburan mana pun berbaring. Kekuatan supranatural hanya diberikan kepada gambaran besar B 1 yang berperan sebagai pangoeloebalang memenuhi, dikaitkan; penduduknya bahkan menunjukkan kecenderungan menghancurkan gambar’.

Dalaporan W Coolhaas ini ada sejumlah nama tempat yang disebut: Sipagimbar, Simole-mole, dan Sigordang Lombang. Pada masa ini Simole-mole di arah timur laut Sipagimbar, Sigordang Lombang di arah barat daya. Nama lain yang disebut Parsuluman, Banuaraja, Somba Debata dan Sibatangkayu. Yang menarik dengan nama-nama tempat ini ditemukan situs-situs kuno.


Pada tahun 1936, Dr. FM. Schnitger teklah mengunjungi wilayah Saipar Dolok Hole dana melihat situs makam di Sipagimbar dan di Banua Radja yang bersamaan dengan kunjungan Schnitger ke Padang Lawasdimana juga ditemukan kuburan serupa di Padang Lawas, beberapa dengan prasasti dalam bahasa Batak. Dalam daftar benda/situs kepurbakalaan (lihat Oudheidkundig verslag 1937) disebutkan: Sipagimbar (Sipirok, Tapanoeli), di kuburan tua sisa-sisa tulang, cincin perunggu dan pecahan semi-porselen dari Foekiƫn (awal abad ke-17) dan porselen rumah tangga Tiongkok Timur (pertengahan abad ke-17), serta tembikar asli tak bertanggal. Patung duduk dan berjongkok di kuburan.

Dalam laporan Mr W Hennij, Controleur Angkola pada akhir tahun 1850an hanya menyebutkan nama bukit (tor) Dolok Hole. Pada saat tersebut, para zending sudah mendirikan stasion di Loboe Hole (Pangaribuan). Nama-nama tempat di Dolok Hole seperti Sipagimbar diduga kuat pertama dilaporkan oleh para zending (lihat De Rijnsche zending; tijdschrift ter bevordering van het christendom in Nederlandsch Indie, 1896). Nama-nama tempat yang juga disebut adalah Oeloemanis serta olang, Sioelamboe dan Sirare (kini masuk kecamatan Aek Bilah) dan Loboe Tajas, Gonding Bange dan Aek Soehat dan Sipiongot (kini masuk kecamatan Dolok (kab Padang Lawas Utara).


Dalam perkembangannya nama-nama lain dilaporkan di Saipar Dolok Hole (lihat De zendingseeuw voor Nederlandsch Oost-Indie, 1901), Nama-nama yang disebut adalah Simanosor, Galanggang, Paroerean dan Hoeta-Padang. 

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama-Nama Tempat Lama di Saipar Dolok Hole: Seberapa Tua Nama Sipangimbar dan Simangambat?

Pada tahun 1938 dalam laporan Kepala Koria Sipirok (bulan Februari 1938) menyebutkan kuburan dengan patung di Sibatangkajoe, Sipagimbar dan selanjutnya di Lantjat Djae, 21 Km dari Sipirok. Kuburan ini disebut pangoeloebalang; di dinding datar yang mengelilingi kuburan. Di dalam batu tersebut terdapat beberapa arca yang agak rusak dengan tinggi ± 30 cm.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: