Senin, Mei 13, 2024

Sejarah Dolok Hole (7): Nama Dolok, Dolok Hole, Dolok Sigompulon dan Pangkal Dolok; Tempo Dulu Sipirok Disebut Angkola Dolok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Saipar Dolok Hole di blog ini Klik Disini 

Apa beda dolok dengan tor? Yang jelas bukit dan gunung berbeda. Gunung lebih tinggi dari bukit. Bagaimana dengan tor dan dolok? Berdasarkan Kamus Bahasa Angkola Mandailing door Eggink, 1936, tor adalah buki/gunung yang memiliki bentuk berbeda (lebih tinggi) dari permukaan tanah di sekitar, semntara dolok di satu sisi dapat diartikan tor, di sisi lain dapat diartikan dataran tinggi, suatu wilayah dataran di di wilayah pegunungan. Bagaimana dengan tortor?


Dolok, berg, gebergte, bovenland; halak Dolok, bewoners v.h. bovenland; in Angkola worden daarmede bedoeld de bewoners van Sipirok (Dolok, gunung, pegunungan, dataran tinggi; halak Dolok, penduduk dataran tinggi; di Angola ini mengacu pada penduduk Sipirok. Tor, berg, Heuvel (tor, gunung, bukit). Tortor, dans; manortor, dansen; manortori, met zijn velen dansen; om iemand heen dansen; iemand eer bewijzen door voor of om hem heen te dansen; manortorkon, met iemand dansen; naar een bepaald rythme dansen; een bepaalde dans dansen; pa tortorkon, iemand laten dansen (Tortor, menari; manortor, menari; rumah bangsawan, berdansa dengan banyak orang; di sekitar seseorang tarian; untuk menghormati seseorang dengan untuk atau untuk menari di sekelilingnya; manortorkon, bertemu seseorang menari; ke ritme tertentu tarian; untuk menari tarian tertentu; pa tortorkon, membuat seseorang menari) (Kamus Bahasa Angkola Mandailing door Eggink, 1936).

Lantas bagaimana sejarah Dolok, Dolok Hole, Dolok Sigompulon dan Pangkal Dolok? Seperti disebut di atas dolok sama dengan tor tetap dolok juga memiliki makna lainnya. Bagaimana dengan tortor? Tempo doeloe nama (wilayah) Angkola Dolok berganti menjadi (wilayah) Sipirok. Lalu bagaimana sejarah Dolok, Dolok Hole, Dolok Sigompulon dan Pangkal Dolok? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Dolok, Dolok Hole, Dolok Sigompulon dan Pangkal Dolok; Nama Angkola Dolok Menjadi Sipirok

Dolok dan tor diduga termasuk dua kosa kat kuno. Dolok adalah dataran tinggi; tor atau dolok adalah permukaan bumi yang menjulang berupa bukit atau gunung. Lalu apakah dolok dan tor adalah kosa kata asli bahasa Batak?


Penggunaan nama dolok atau tor di Tanah Batak sangat luas untuk menyatakan bukit atau gunung. Di negeri Arab, tor disebut tur (Gunung Sinai atau Bukit Tursina). Bagaimana bisa sama? Di Jawa ada nama tempat yang disebut Dolok (lihat Bataviasche courant, 12-07-1826). Nama tempat Dolok ini juga menjadi nama sungai Dolok di wilayah Semarang. Aoakah ada hubungannya dengan dolok di Tanah Batak? Masih di Jawa pada masa lampau ada yang disebut Joko Dolok, yaitu patung penghormatan terhadap putra Radja Kertanegara bernama Wisnu Wardhana. Arca Joko Dolok beberapa umat Budha masih memanfaatkan sebagai tempat beribadah (penganut Budha Tantrayana). Arca Joko Dolok ditemukan di Trowulan tahun 1817. Jembatan di desa Dolok, district Singenlor (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 09-02-1859). Nama desa Dolok juga ditemukan di wilayah Modjokerto (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 21-09-1863). Tidak jauh dari desa Dolok juga ada nama sungaiTorbaija (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 25-01-1865).

Nama Dolok pertama kali dilaporkan TJ Willer yang dimuat dalam ‘Jurnal Hindia Belanda, 1846 yang mana disebut lanskap Angkola terdiri dari distrik Angkola Djae, Angkola Djoeloe dan Angkola Dolok (Sipirok, Baringin dan Prau Sorat); lanskap Padang Lawas terdiri dari beberaoa onderafdeeling. Di onderafdeeling Dollok, terdiri dari empat distrik: (total 44 kampung, 1.235 keluarga) yakni Boekit, 9 kampung, 275 keluarga; Simenabon 16 kampung, 606 keluarga; Simasse, 4 kampung, 92 keluarga; dan Tambiski, 15 kampung, 262 keluarga. Pada tahun 1861 terinformasikan wilayah pegunungan Sipirok, Tana Dollok dan Tanah Rambe (lihat Provinciale Drentsche en Asser courant, 15-10-1861).


Nama Dollok juga menjadi nama orang. Juragan (pengusaha) Dollok di Teloek Betoeng (lihat Javasche courant, 26-08-1854). Sebagai nama gelar (lihat Soerabaijasch handelsblad, 04-03-1884). Disebut diangkap Si Galoet gelar Partoewan Dollok sebagai kepala koeria Tamiang di Kotanopan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama Angkola Dolok Menjadi Sipirok: Tor (Dolok di Batak), To (Orang di Sulawesi), Tur (Bukit di Arab), Thor (Palu Godam di Yunani), Tortor (Tarian Massal di Batak)

Beberapa nama tempat yang menggunakan nama khas di Angkola adalah nama awal yang menggunakan Aek atau Sunge, Dolok, Huta dan tentu saja Si. Tiga yang pertama mengindikasikan nama geografis (penanda navigasi). Nama Dolok menjadi sangat khas sebagai nama tempat di wilayah Tanah Batak.


Nama kampong berasal dari bahasa Belanda (kamp menjadi kampong). Sinonim dengan kampong dalam bahasa Batak adalah huta. Penggunaan nama huta di wilayah Minangkabau adalah kotta yang kemudian menjadi kota di wilayah Melayu. Hoeta Nopan oleh orang Mandailing, tetapi dari wilayah Melayu/Minangkabau disebut Kota Nopan yang kemudian digunakan oleh orang asing (orang Belanda). Jadi nama huta ada padanannya di wilayah lain. Demikian juga nama Aek/Batang atau Sungai sangat luas digunakan di berbagai wilayah/pulau, tetapi di wilayah lain umumnya menggunakan nama muara. Nama Dolok di wilayah lain (terutama di wilayah Melayu) adalah bukit.  

Meski dolok dan tor adalah sinonim, tetapi untuk menunjukkan nama tempat (huta) umumnya yang digunakan adalah dolok. Mengapa? Keutamaan dolok dalam penamaan tempat diperkuat dengan adanya nama tempat disebut Pangkal Dolok. Nama Dolok berbeda posisi dengan Muara. Dolok di hulu sungai, muara di hilir sungai. Dalam hal ini dolok menjadi sumber produksi dan muara menjadi tempat transaksi (pelabuhan). Diantara dua tempat itu terdapat banyak huta.


Tor adalah sebutan lain untuk bukit (dolok) di Tanah Batak. Lantas mengapa nama tor mirip dengan nama tur di Laut Mediterania (bukit Tursina, Tur Sinai)? Apakah ada relasinya? Yang jelas aksara Batak mirip dengan aksara Fenesia (di laut Mediterania). Bagaimana dengan nama To di Sulawesi dan Maluku? To mirip Tor. Sebutan To di Sulawesi/Maluku adalah kelompok populasi (Orang) yang dalam bahasa Batak disebut Halak. Sebutan To/Orang mengindikasikan kelompok populasi berasal usul yang sama seperti orang Toraja (To Raja), Tondano (To Dano). Tobelo (To Belo). Dalam mitologi zaman kuno asal usul manusia/kelompok populasi dihubungkan dengan keberadaan tor (puncak bukit/gunung).

Tunggu deskripsi Nama tempat dolok tidak ditemukan di wilayah (dataran rendah) Padang Lawas. Nama Pangkal Dolok (di Batang Onang) berada di perbatasan dataran rendah dan dataran tinggi. Nama tempat Dolok umum ditemukan di Mandailing, Angkola, Silindung. Toba dan Simalungun, Karo dan Dairi. Di wilayah Minangkabau tidak ada nama Dolok, yang ada adalah Solok. Nama Dolok juga tidak ditemukan di Aceh (kecuali di Aceh Selatan). Nama Dolok juga tidak ditemukan di Nias. Idem dito nama tor juga tidak ditemukan di wilayah lain (kecuali di Tanah Batak).


Pada zaman Yunani kuno ada dewa yang dusebut Thor. Dewa Thor ini diasosiasikan dengan alat/senjata palu godam. Dengan alat ini dewa membuat api/petir di atas bukit. Palu gidam dalam bahasa Angkola adalah nanggar. Di wilayah Sipirok dekat dengan Dolok hole ada satu tor/dolok (bukit) disebut Gunung Nanggar Jati. Dalam mitologi zaman kuno, Naggar Jati (palu godam agung) disebut jalan menuju surgai melali puncak bukit (tor). Bagaimana dengan nama tarian orang Batak yang disebut tortor (tarian massal di Tanah Batak). Tortor (tor tor) adalah salah satu bentuk tarian di Tanah Batak dalam kaitannya dengan pemujuan leluhur. Tarian tortor ini diiringi dengan music gondang.

Lantas mengapa begitu penting nama tor/dolok di Tanah Batak? Tor/dolok secara geografis berada di pedalaman, di wilayah pegunungan dimana huta-huta terbentuk di lembah (diantara bukit-bukit). Dolok dalam hal ini, secara historis menjadi sumber produksi seperti emas, kamper, kemenyan dan getah damar dan getah puli serta kulit manis (hulim). Komodiri zaman kuno tersebut diteruskan ke muara-muara sungai di wilayah dataran rendah/pantai untuk dipertukarkan dengan produk dari negeri asing. Lalu apakah dalam hal ini wilayah pedalaman/pegunungan (dolok) menjadi salah satu tempat peradaban orang Batak berkembang?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: