Kamis, Mei 16, 2024

Sejarah Dolok Hole (10): Somba Debata dan Tortor Somba-Somba; Nama Tempat Muara Opu hingga Nama Pelabuhan Somba Opu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Saipar Dolok Hole di blog ini Klik Disini 


Somba Debata adalah nama tempat (kampong) di wilayah Saipar Dolok Hole. Seberapa tua kampong Somba Debata. Yang jelas somba dan debata adalah dua kosa kata bahasa Batak. Okelah, yang jelas juga ada nama tempat Moeara Opoe di hilir sungai Batangtoroe. Bagaimana dengan nama tempat Somba Opoe, suatu pelabuhan (kerajaan) Gowa di Sulawesi.   


SOMBA, eerbiedsbetuiging, waarbij de toppen der vingers tegen elkaar worden gebracht, terwijl de beide handpalmen naar elkaar zijn gekeerd en het hoofd terzelfder tijd wordt gebogen; manjomba, vereeren; marsomba toe, eene eerbiedsbetuiging maken tegen, aanbidden; marsombahon, iets eerbiedig verzoeken; manjombahon dosa, vergiffenis vragen voor zijn zonden; parsombaan, plaats, waar men vereert; sombaon, geest, die vereerd wordt; sombangkoe di ho, ik betuig u mijn eerbied. SOMBAJANG, de Mohamaden. ritueele godsdienstoefening; die godsdienstoefening verrichten (marsombajang) [SOMBA, penghormatan, dimana puncaknya jari-jari disatukan, sambil kedua telapak tangan saling berhadapan berbalik dan kepala menoleh pada saat yang bersamaan lengkung; manjomba, beribadah; marsomba untuk memberi isyarat hormat kepada, untuk menyembah; marsombahon, meminta sesuatu dengan hormat; manjombahon dosa, ampunan menanyakan dosa-dosanya; orbit parsom, tempat orang beribadah; sombaon, semangat, siapa yang dihormati; sombangkoe di ho, saya memberi hormat padamu. SOMBAJANG, praktik keagamaan ritual Islam; yang melakukan kegiatan keagamaan (marsombajang) (Kamus Bahasa Angkola Mandailing door Eggink, 1936)

Lantas bagaimana sejarah Somba Debata dan tortor somba-somba? Seperti disebut di atas kata somba adalah khas bahasa Angkola dan juga nama somba menjadi nama tempat. Nama tempat Muara Opu hingga nama pelabuhan Somba Opu. Lalu bagaimana sejarah Somba Debata dan tortor somba-somba? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Somba Debata dan Tortor Somba-Somba; Nama Tempat Muara Opu hingga Nama Pelabuhan Somba Opu

Bahasa Batak memiliki kosa kata sendiri tentang padi yakni eme. Tentu saja banyak kosa kata bahasa Batak yang tidak ditemukan di dalam bahasa lain. Bagaimana dengan kosa kata somba? Yang jelas tidak hanya ada tor-tor Somba-Somba, tetapi juga nama tempat disebut (kampong) Somba Debata, suatu kampong yang berada diantara tor Dolok Hole di timur dan sungai Aek Puli di barat. Untuk mencapai kampong Somba Dewata, dari Arse menuju Simangabat, di kampong Sipogu ke arah barat laut melalui sungai Aek Hole. Tidak jauh dari kampong Somba Dewata ada kampong Binanga dan kampong Linggahara serta kampong Antoermangan.


Antoermangan adalah bahasa Batak untuk salah satu jenis pohon cemara ((Casuarina sumatrana Jung). Antoermangan adalah spesies tamanan cemara yang hanya ditemukan di wilayah Angkola. Jenis lain pohon yang bukan khas daerah tropis ini adalah pohon tusam, pohon sejenis pinus yang juga hanya ditemukan di Angkola. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, tanaman tusam (khas Angkola) disebarluaskan ke gunung Kerintji dan gunung Leuser. Bagaimana dengan nama kampong Binanga dan kampong Linggahara? Nama Binanga diduga sudah tercatat pada abad ke-7 dalam prasasti Kedoekan Boekit (682) dengan nama Minanga. Sementara Linggahara adalah nama yang dihubungkan dengan nama pada era Hindoe. Peta 1943

Tidak hanya nama Linggahara, juga ada nama-nama lainnya yang dianggap nama masa lampau (era Hindoe/Boedha) seperti nama Batoe Nanggar Djati, nama Mandalasena dan nama Batara Wisnu. Apakah keberadaan nama-nama tersebut di wilayah Dolok Hole kebetulan?


Dalam sejarah geografis disebut kamper diekspor dari pulau Sumatra bagian utara. Catatan itu terdapat dalam catatan geografis Ptolomeus pada abad ke-2. Dalam peta Ptolomeus digambarkan wilayah Aurea Chersonensus (yang diduga pulau emas Sumatra) yang mana di pantai barat di sebelah barat laut diidentifikasi nama Tacola (diduga Angkola). Dalam catatan sejarah geografis Eropa pada abad ke-5 disebut kamper diimpor dari pelabuhan yang disebut Barousse (diduga Barus). Dalam catatan Tiongkok pada tahun 525 disebut nama-nama tempat di pantai barat Sumatra yakni Pa-lus-se (diduga Barus), Pe-song (diduga Hapesong) dan Pu-lie (diduga Aek Puli atau Huta Puli). Masih dalam catatan tersebut juga disebut Pan-tiu (diduga Panti), Po-chia-man (diduga Pasaman) dan Ti-kue (diduga Tiku). Apakah nama-nama tersebut semua serba kebetulan?

Lantas apakah peradaban awal di nusantara bermula di pantai barat Sumatra? Peradaban dalam arti peradaban lebih maju karena adanya interaksi yang intens antara berbagai bangsa dan ras di Sumatra. Dalam peta genetic (DNA) nusantara pada masa kini, hanya populasi penduduk di Sumatra bagian utara yang memiliki elemen DNA Indo Eropa. Ras Indo-Eropa (putih) yang merupakan pengusung bahasa Sanskerta yang secara geografis berada di wilayah antara Laut Mediterania (Arab) dan India bagian barat.


Aksara Batak mirip dengan aksara Fenesia (lihat A Phoenician Alphabet on Sumatra by EEW Gs Schröder ini Journal of the American Oriental Society, Vol. 47, 1927). Aksara Batak merupakan kombinasi aksara Aramaik (abjad) dengan lambang aksara Fenesia (alfabet). Aksara Fenesia sendiri sudah lama punah (aksara yang menjadi asal usul aksara alfabet Yunani/Latin). Sistem sebutan bilangan bahasa Batak mirip dengan sebutan bilangan Armenia dan Uzbek. Prasasti-prasasti awal di nusantara berbahasa Sanskerta menggunakan aksara Brahmi dan Pallawa. Aksara Brahmi diturunkan dari aksara Aramaik, dan aksara Pallawa diturunkan dari aksara Brahmi. Pada masa ini aksara Batak berbeda dengan aksara Jawa. Aksara Batak diturunkan dari aksara Pallawa, sedangkan aksara Batak diturunkan dari aksara Fenesia. Aksara Aramaik dan aksara Fenesia eksis pada masa yang sama.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama Tempat Muara Opu hingga Nama Pelabuhan Somba Opu: Somba, Sombayang, Sumbayang, Sembahyang

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: