Jumat, Mei 31, 2024

Sejarah Dolok Malea (14): Sungai Batang Gadis Sungai Aek Godang di Mandailing; Hulu di DanauTinggal Muara di DanauSiabu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dolok Malea di blog ini Klik Disini

Taman Nasional Batang Gadis (disingkat TNBG) adalah sebuah taman nasional yang terletak di Kabupaten Mandailing Natal. berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan 2004. Yang dibicarakan dalam hal ini adalah sejarah sungai Batang Gadis yang berhulu di Danau Tinggal (sekitar gunung Kulabu) yang mengalir melalui Pakantan, Muara Sipongi, Kotanopan dan Panyabungan yang kemudian bermuara di Danau Siabu. Sungai Batang Gadis diperkaya dari aliran sungai di lereng gunung Sorik Marapi dan pegunungan Tor Sihite.


Sungai Batang Gadis adalah Sungai terpanjang di Kabupaten Mandailing Natal, dari wilayah hulu terjauh di Pakantan kemudian Muara Sipongi melewati Kotanopan, Panyabungan, Siabu, dan bermuara di Muara Batang Gadis. Mayoritas topografi pada DAS Batang Gadis merupakan wilayah pegunungan yang merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. DAS Batang Gadis merupakan kelompok DAS Pantai Barat Sumatera dimana aliran utama dalam DAS tersebut mengalir menuju pesisir barat Sumatera hingga bermuara di perairan Samudera Pasifik. Selain itu, sebelah timur bagian hulu DAS Batang Gadis disepanjang punggung pegunungan Bukit Barisan berbatasan dengan kelompok DAS Pantai Timur Sumatera yaitu DAS Barumun Bila dan DAS Rokan. Di sebelah utara berbatasan dengan DAS Batang Toru. Di sebelah selatan bagian hulu berbatasan dengan DAS Pasaman, DAS Batahan serta DAS Natal. Kemudian berbatasan dengan DAS Tabuyung disebelah barat hingga ke bagian hilirnya. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah sungai Batang Gadis sungai Aek Godang di Mandailing? Seperti disebut di atas, sungai Batang Gadis adalah sungai yang mengikat penduduk Mandailing. Berhulu di Danau Tinggal dan bermuara di Danau Siabu. Lalu bagaimana sejarah sungai Batang Gadis sungai Aek Godang di Mandailing? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Sungai Batang Gadis Sungai Aek Godang di Mandailing; Berhulu di Danau Tinggal Bermuara di Danau Siabu

Nama sungai Batang Gadis paling tidak sudah terinformasikan pada tahun 1845 sebagai lembah Batang Gadis (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1845). Nama Batang Gadis disebut sebagai nama salah satu distrik di onderafdeeling Oeloe (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1846). Dalam hal ini apakah nama distrik menjadi nama sungai atau sebaliknya nama sungai menjadi nama distrik.


Afdeeling Angkola Mandailing, residentie Tapanoeli terdiri dari afdeeling: (1) Groot Mandailing meliputi distrik-distrik Kotas Siantar (43 kampong, 3221 keluarga) dan Panjaboengan (20 kampong, 1172 keluarga); (2) Klein Mandailing meliputi distrik-distrik Singingoe (7 kampong. 564 keluarga), Tambangan (11, 794), Tamiang (7, 574), Menambin (11, 1021); (3) Oeloe teridiri district Pienjonghei (5 kamp. 102), Siempang Mendampa (6, 249), Batang Gadis (13 kampong, 351keluarga); (4) Pakantan terduri distrik Pakantan Lombang, 8 kamp. 474 kel), Kotla Boekit, 1 kampong 317 kel); (5) Angkola terdiri Ankola Moedik (l5 kamp. 719 kel), Ankola Djaï (24 kamp 638 kel), Sipirok (26 kampong, 916 kel).

Lantas apa arti gadis dalam nama sungai? Apakah arti gadis sebagai ‘jual’ atau ‘putri’ atau arti lainnya? Yang jelas nama sungai Batang Gadis di hilir juga saling dipertukarkan dengan nama sungai Aek Gadis atau sungai Singkoeang (lihat Java, zijne gedaante, zijn plantentooi en inwendige bouw, 1853-1854). Di wilayah Groot Mandailing juga ada juga yang menyebut sungai Batang Gadis sebagai sungai Aek Godang.


Sungai Batang Gadis berhulu di gunung Kulabu. Dari gunung Kulabu sungai Batang Gadis mengalir melalui Pakantan dan Muara Sipongi terus ke Kotanopan; dari gunung gunung Kulabu melewati Hoeta Goedang (dekat danau Tinggal) dan terus ke Hoeta Poengkoet dan bermuara di sungai Batang Gadis (dekat Kotanopan). Selanjutnya sungai Batang Gadis melalui lembah terus Laroe, Maga, Pidoli, Panjaboengan hingga bertemu dengan sungai Batang Angkola di Siaboe. Melalui celah sempit, yang disebut Lompatan Babiat, mengalir ke lembah yang lebih rendah dan bermuara ke laut di Singkoeang.

Nama sungai kemudian disebut Batang Gadis untuk keseluruhan yang mencakup nama sungai Batang Gadis di hulu (pegunungan), nama Aek Godang di tengah (lembah) dan nama Singkoeang di hilir/pesisir. Beberapa sungai bermuara ke sungai Batang Gadis antara lain, sungai Aek Pohon di Pidoli, sungai Aek Maga yang berhulu di gunung Sorik Marapi melalui kampong Maga dan sungai Batang Poengkoet di Kotanopan.


Dalam sejarag geografi, penamaan nama geografis saling berkaitan dengan nama gunung, nama sungai dan nama kampong. Lazim penduduk pedalaman (pegunungan) memiliki nama sendiri terhadap sungai yang berbeda dengan penduduk di hilir/di pesisir. Sungai Tjiliwong di hulu/pedalaman di hilir disebut sungai Djakarta; sungai Tjisadane di hulu dan sungai Tangerang di hilir. Demikian juga sungai Aek Puli di hulu dan sungai Batang Toru di hilir. Penduduk di pantai barat menyebut sungai Batang Gadis dengan sungai Singkoeang.

Seperti disebut di atas sungai Batang Gadis berhulu di lereng gunung Kulabu melalu kampong Pakantan Lombang dan kampong Muara Sipongi. Di kampong Muara Sipongi sungai Aek Sipongi bermuara di sungai Batang Gadis. Wilayah Muara Sipongi ini termasuk wilayah distrik Batang Gadis di onderafdeeling Oeloe. Besar dugaan di wilayah Oeloe inilah di hilir pertemuan sungai Batang Pakantan dan sungai Aek Sipongi disebut sungai Batang Gadis.


Pembagian wilayah Angkola terdiri dari Angkola Djae, Angkola Djoeloe dan Angkola Dolok (yang kemudian disebut Sipirok). Idem dito dengan pembagian wilayah Mandailing terdiri dari Mandailing Djoeloe dan Mandailing Djae. Biasanya penyebutanan nama orang Eropa/Belanda untuk wilayah tinggi (pegunungan/hulu) adalah boven dan wilayah rendah (pesisir/hilir) adalah beneden. Dalam hal ini djoeloe adalah hulu dan djae adalah hilir.  Lantas mengapa Mandailing Djoeloe disebut Klein Mandailing dan Mandailing Djae disebut Groot Mandailing? Apakah karena sungai di hilir disebut Aek Godang (groot rivier/Panjaboengan) dan di wilayah hulu disebut Batang Gadis (klein rivier/Kotanopan)? Catatan: Panjaboengan (Groot Mandailing) kini terbagi beberapa kecamatan seperti Panyabungan, Panyabungan Timur dan lainnya, sementara Kotanopan (Klein Mandailing) terdiri kecamatan Kotanopan dan kecamatan Ulu Pungkut. Onderafdeeling Pakantan yang dulu kini menjadi kecamatan Pakantan; onderafdeeling Oeloe menjadi kecamatan Muarasipongi. Bagaimana dengan nama distrik Batang Gadis sendiri?

Nama Batang Gadis menjadi nama tunggal sungai yang berhulu di gunung Kulabu dan bermuara ke pantai barat di Singkuang. Wilayah Mandailing dan wilayah Natal kini disatukan menjadi satu weilayah kabupaten dengan nama kabupaten Mandailing Natal. Nama Batang Gadis dijadikan menjadi nama wilayah adalah nama kecamatan Muara Batang Gadis (di pesisir pantai barat) dengan ibu kota di Singkuang.


Nama Batang Gadis pernah menjadi nama wilayah administratif setelah kemerdekaan sebagai Kabupaten Batang Gadis dengan ibukota di Kotanopan. Dalam perkembangannya ibu kota dipindahkan ke Panyabungan. Pada tahun 1950 wilayah Kabupaten Batang Gadis digabungkan dengan Kabupaten Angkola dan Kabupaten Padang Bolak_menjadi_Kabupaten Tapanuli Selatan. Pada tahun 1999, Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan dengan membentuk Kabupaten Mandailing Natal dengan ibu kota di Panyabungan. Catatan: Pada saat perang Padri (1833-1838) afdeeling Mandailing Angkola beribukota di Kotanopan yang kemudian pasca perang ibu kota dipindahkan ke Panjaboengan pada tahun 1839. Pada tahun 1870 afdeeling Angkola Mandailing dipindahkan dari Panjaboengan ke Padang Sidempoean. 

Lalu sudah setua apa nama Batang Gadis? Tidak diketahui secara pasti. Yang jelas pada tahun 1846 Batang Gadis adalah juga nama distrik di onderafdeeling Oeloe (kini kec Muarasipongi). Nama Batang Gadis diduga awalnya sebagai nama kampong lalu kemudian menjadi nama distrik. Dari nama kampong/distrik inilah nama sungai disebut sungai Batang Gadis.


Nama Batang Gadis yempo doeloe sebagai nama kampong sudah lama menghilang tetapi lestari sebagai nama distrik. Akan tetapi nama Batang Gadis sebagai nama distrik juga telah menghilang. Yang tetap lestari adalah nama sungai Batang Gadis. Seperti disebut di atas pada masa ini nama Batang Gadis diberikan pada nama kecamatan (kecamatan Muara Batang Gadis). Juga ada nama desa Batang Gadis di kecamatan Panyabungan Barat.

Lantas bagaimana asal usul nama disebut gadis? Apakah dalam arti putri atau jual? Yang jelas sulit diketahui secara pasti. Yang jelas nama gadis menjadi nama kampong, kemudian menjadi nama wilayah dan kemudian menjadi nama sungai. Lalu mengapa kini diberi nama kecamatan Muara Batang Gadis? Cukup jelas karena kecamatan berada di wilayah muara dari sungai Batang Gadis. Bagaimana dengan nama desa Batang Gadis di Panyabungan Barat?


Di wilayah desa Batang Gadis yang sekarang, tempo doeloe tidak terdapat nama kampong Batas Gadis. Nama kampong yang ada adalah kampong Barbaran di sisi barat sungai Batang Gadis dan di arah selatan terdapat kampong-kampong Saba Longat dan Saba Jior. Diantara kampong Barbaran dengan kampong Saba Longat terdapat kampong Hoeta Taroetoeng Djae dan diantara kampong Barbaran dengan kampong Saba Jior (sungai Aek Na Milas/tempat wisata Sampuraga) terdapat kampong Hoeta Taroetoeng Djoeloe. Di wilayah Hoeta Taroetoeng Djoeloe dan Hoeta Taroetoeng Djae inilah diduga menjadi wilayah desa Batang Gadis yang sekarang.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Berhulu di Danau Tinggal Bermuara di Danau Siabu: Klein Mandailing en Groot Mandailing

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: