Sabtu, Mei 11, 2024

Sejarah Dolok Hole (5): Nama Sunge di Luat Harangan; Nama Simangambat di Dolok Hole, di Padang Lawas dan di Angkola Jae


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Saipar Dolok Hole di blog ini Klik Disini 

Apalah arti suatu nama. Demikian dikatakan William Shakespeare (26 April 1564-23 April 1616). Bagaimana dengan nama Simangambat di Dolok Hole? Yang jelas ada juga nama yang sama di Angkola Jae dan Padang Lawas. Nama Simangambat diduga merujuk pada kata dasar ‘ambat’. Soal nama lain yang juga terkesan remeh tetapi perlu dipikir ulang adalah nama tempat dengan menggunakan kata ‘sunge: Sunge Sigoring-goring; Sunge Pining dan Sunge Durian.


Simangambat adalah sebuah kecamatan di kabupaten Padang Lawas Utara. Ibu kota kecamatan ini terletak di desa Langkimat. Sebelah Utara: Kecamatan Ujung Batu dan Kecamatan Halongonan Timur; Sebelah Selatan: Kecamatan Huristak (Kab. Padang Lawas) dan Provinsi Riau; Sebelah Barat: Kecamatan Halongonan; Sebelah Timur: Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Provinsi Riau. Simangambat salah satu kelurahan di kecamatan Siabu, kabupaten Mandailing Natal. Rerdapat sungai Batu Tunggal, sungai Muara Sada, Ayu Ara, Rodang, Belok. Simangambat adalah salah satu desa di Kecamatan Saipar Dolok Hole, Kabupaten Tapanuli Selatan. Desa ini dibentuk pada tahun 2008 sebagai hasil penggabungan desa Huta Rakyat, Pagaran Panindoan, dan Simangambat Godang. Pusat pemerintahan desa ini berada di dusun Simangambat Godang (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah nama Sunge di Luat Harangan? Seperti disebut di atas ada nama tempat disebut Sunge di wilayah Angkola dan Padang Lawas. Mengapa dengan kata ‘sunge’. Nama Simangambat di Saipar Dolok Hole, juga nama Simangambat di di Padang Lawas dan di Angkola Jae. Lalu bagaimana sejarah nama Sunge di Luat Harangan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Nama Sunge di Luat Harangan; Nama Simangambat di Saipar Dolok Hole, di Padang Lawas dan di Angkola Jae

Sigoring-goring, kampong di Saipar Dolok Hole yang kini digabungkan dengan Pasar Simangambat menjadi satu desa dengan nama Aek Simotung. Akan tetapi juga ada nama kampong Sigiring-Giring. Kampong tetangganya adalah Sunge Pining. Dua ama ini digabung dengan nama Sunge Sigiring-Giring sebagai nama desa baru.


Sunge Sigiring-giring adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Saipar Dolok Hole, Kabupaten Tapanuli Selatan. Desa ini dibentuk pada tahun 2008 sebagai hasil penggabungan desa Huta Tonga Turunan, Sigiring-Giring, Sunge Pining, dan Turunan. Pusat pemerintahan desa ini berada di dusun Sigiring-giring.

Nama kampong Sunge Pining juga terdapat di kecamatan Dolok, kabupaten Padang Lawas Utara (di daerah hulu aliran sungai Aek Bilah). Kampong Sunge Pining kecanatan Saipar Dolok Hole, kabupaten Tapanuli Selatan lebih dekat ke kampong Mandalasena di daerah hulu aliran sungai Batang Pane. Di daetah hilir sungai Batang Pane (dekat Gunung Tua) terdapat nama kampong Sunge Durian.


Sungai Batang Pane bermura di sungai Barumen di Binanga. Sungai Batang Pane di hulu di dekat Gunung Tua di kampong Sunge Durian bercabang dua. Sungai Batang Pane Kanan berhulu di Mandalasena; sungai Batang Pane Kiri berhulu kampong Liang dekat danau Marsabut (Sipirok/Arse). Diantara hulu sungai Batang Pane Kanan (Mandalasena) dan hulu sungai Batang Pane Kiri (Liang) berada tor Batoe Nanggar Djati. Nama kampong Sunge Durian juga ditemukan di (diantara kampong Liang dan kampong Djamboer Batoe). Kampong Sunge Durian/Djamboer Batoe berada di daerah aliran sungai Batang Tura, yang menjadi hulu sungai Batang Siapas, sungai yang bermuara di sungai Barumun. Lalu mengapa nama kampong sunge berada di pedalaman (luat harangan)? Perlu ditambahkan disini: hulu sungai Sirumambe (Sialang, Sirumambe dan Tapus) tepat berada diantara hulu sungai Batang Panen Kiri (Barnang Koling, Gadu dan Liang) dengan sungai Batang Tura yang menjadi hulu sungai Siapas (Gunung Manungkap, Djamboer Batoe dan Sunge Durian). Lalu apakah hulu daerah aliran sungai Batang Pane Kanan, Batang Pane Kiri, Sirumambe dan Siapas/Batang Tura adalah hulu peradaban orang Batak Angkola di Padang Lawas? Sebagaimana diketahui Binanga diduga menjadi tempat yang penting sejak abad ke-7 (lihat prasasti Kedoekan Boekit 682).

Pining dalam bahasa Melayu adalah pinang; dan durian dalam bahasa Batak adal tarutung. Lantas mengapa nama kampong menggunakan nama Sunge, mengapa tidak Sungai? Dalam Kamus Angkola- en Mandailing-Bataksch-Nederlandsch woordenboek door HJ Eggink, 1936 disebutkan ‘soenge’ adalah sungai atau aliran. Jadi, dalam hal ini sunge adalah bahasa Batak dan sungai adalah bahasa Melayu.


Dalam kamus HJ Eggink, 1936 kata aek diartikan sebagai air, sungai. Sementara itu kata batang diartikan sebagai stam, bagian utama; batang ni hajoe; batang aek diartikan sungai. Oleh karena itu aek atau batang aek (adakalanya digunakan keduanya, aek atau batang untuk menyatakan sungai). Nama-nama kampong di Tapanuli Selatan juga ada nama Aek Pining (Batang Toru) dan juga Aek Tarutung (Sangkunur). Jadi dalam hal ini Aek Tarutung sinonim dengan Sunge Durian. Di tempat lain ada nama tempat disebut Sungai Durian (Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sumatera Barat dan Kelantan/Malaysia. Di Jambi disebut nama Sungai Duren.

Apakah kata sunge lebih tua dari kata sungai? Yang jelas nama aek (sungai) hanya ditemukan di wilayah Tanah Batak, tetapi nama batang (sungai) juga ditemukan antara lain di Sumatra Barat (sungai Batang Arau) dan di Jambi (sungai Batang Hari). Nama sunge (sungai) hanya ditemukan di Angkola/Padang Lawas. Lalu apakah kata sunge lebih tua dari kata sungai?


Lingua franca tempo doeloe adalah bahasa Sanskerta, seperti bahasa Inggris pada masa ini. Bahasa Melayu menggantikan bahasa Sanskerta sebagai lingua franca di nusantara (di Sumatra dan pulau-pulau lainnya). Pada masa ini Bahasa Indonesia telah menggantikan bahasa Melayu sebagai lingua franca. Lalu bagaimana asal-usul bahasa Sanskerta? Yang jelas bahasa Inggris berkembang dari bahasa Jermanik. Lantas bagaimana asal-usul bahasa Melayu? Tanaman ada asal-usulnya yakni biji atau batang; hewan maupun manusia ada asal usulnya. Demikian juga dengan adat istiadat ada asal-usulnya, idem dito dengan bahasa ada asal usulnya. Dalam hal ini asal usul bahasa Melayu haruslah merujuk pada satu bahasa utama (predecesson) yang kemudian diperkaya dengan bahasa asing dan bahasa tetangganya. Bahasa apakah yang menjadi predecessor bahasa Melayu? Yang jelas Bahasa Indonesia predecessornya adalah bahasa Melayu.

Untuk menjawab apakah kata sunge lebih tua dari kata sungai haruslah dapat dijawab pertanyaan apakah bahasa Batak lebih tua dari bahasa Melayu. Jika lebih tua bahasa Batak, lalu apakah bahasa Melayu berasal dari bahasa Batak? Dalam prasasti Kedoekan Boekit (682) bahasa yang digunakan adalah bahasa Sanskerta dan bahasa Batak. Elemen bahasa Batak dalam prasasti adalah kata mangalap, marlapas, marbuat. Perhatikan juga awalan mar dalam kata dasar alap, lapas dan buat; sebutan bilangan saribu (1.000), toluratus (300), sapulu dua (12). Kosa kata lainnya adalah banua, bulan, naek. Juga akhir na banyakna (banyaknya) Dalam prasasti Talang Tuo (684) akhiran ni niparbuat=diperbuat. Perhatikan juga awalan par, yang dalam hal ini awalan ni dan awalan par hanya ditemukan dalam bahasa Batak.


Awalan ma/mar dan ni, akhirnya na hanya ditemukan dalam bahasa Batak. Demikian juga sebutan bilangan belasan sampulu dua (dua belas) hanya ditemukan dalam bahasa Batak. Dalam daftar Swadesh (kosa kata elementer), lima kosa pertama bahasa Melayu mirip bahasa Batak: au menjadi aku; ho menjadi ko/kau; ia menjadi dia; hami/hita menjadi kami/kita; hamu menjadi kamu. Kosa kata selanjutnya i-itu, on=ini, disi/dison=disini, disan=disana; ise=siap, aha=apa. Demikian seterusnya. Lalu apakah kosa ksa sunge bahasa Batak menjadi sungai dalam bahasa Melayu. Lalu bagaimana awalan ma/mar menjadi be/ber dalam bahasa Melayu? Besar dugaan melalui proses ma/mar (Batak) menjadi ba (Minangkabau) lalu be/ber (Melayu). Bahasa Minangkabau mirip bahasa Melayu. Demikian juga perubahan awalan ni menjadi di, awalan pa/par menjadi pe/per serta perubahan akhiran na menjadi nya. Catatan: Diantara bahasa-bahasa Austronesia (nusantara) bahasa Melayu adalah yang paling dekat (paling mirip) dengan bahasa Batak. Mengapa? Apakah karena wilayah bahasanya saling berdekatan? Bagaimana aek menjadi air? Boleh jadi aek (Batak), menjadi aie (Minangkabau) dan menjadi air (Melayu). Untuk kosa kata batang tidak berubah antara bahasa Batak dengan bahasa Minangkabau dan bahasa Melayu. Lalu bagaimana dengan pining dan durian? Kosa kata pining menjadi pinang. Selanjutnya kata duri dalam bahasa Batak sama dengan bahasa Minangkabau dan bahasa Melayu yang kemudian mendapat akhiran on/an menjadi durion/durian. Perhatikan terbentuknya bahasa Batak: dahan, mardahan, indahan, dahanon dan duri, marduri, anduri, durion; eme, mareme. same, pareme, parsamean, saba, marsaba, parsaba, sabaon; ina, marina, parina, inaon, parinaan. Lantas bagaimana dengan tarutung? Lain kali saja dideskripsikan.  

 

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama Simangambat di Saipar Dolok Hole, di Padang Lawas dan di Angkola Jae: Wilayah-Wilayah Perbatasan

Nama tempat menyandang nama Sunge berada di wilayah hulu sungai Batang Pane. Sirumambe dan Batang Siapas (yang ketiganya bermuara di sungau Barumun di Padang Lawas). Bagaimana dengan nama tempat Simangambat? Seperti dikutip di atas, nama Simangambat terdapat di Saipar Dolok Hole, di Padang Lawas (hilir sungai Batang Barumun di Binanga) dan di Angkola Jae (hilir sungai sungai Batang Angkola di Sayurmatinggi).


Seperti disebut sebelumnya, nama Saipar Dolok Hole mengambil nama dari gunung Dolok Hole (bukan dari nama kampong Loboe Hole). Dalam pemetaan geografis yang dilakukan ahli geologi pada era Pemerintah Hindia Belanda dinyatakan bahwa bukit (tor) Dolok Hole memisahkan nama tempat Simangambat di selatan dan nama tempat Sipagimbar di utara. Dua nama tempat ini disebut seakan mengindikasikan Simangambat dan Sipagimbar adalah dua kampong penting. Nama Dolok Hole dalam hal ini juga menjadi penting karena gunung/bukit Dolok Hole yang memisahkan kedua kampong penting tersebut. Lalu kemudian, diduga yang menyebut nama Saipar Dolok Hole adalah orang Sipirok di selatan. Kata ipar dalam bahasa Angkola diartikan di sisi lain, itu berarti di ipar Dolok Hole yang kemudian bergeser pengucapannya menjadi mudah yakni Saipar (Dolok Hole).

Sungai utama di wilayah Saipar Dolok Hole adalah sungai Aek Puli. Sungai Aek Puli dan sungai Aek Arse berlawanan arah/ Sungai Aek Puli dari utara dan sungai Aek Arse dari selatan. Di wilayah sekitar pertemuan dua sungai inilah wilayah Simangambat.


Sungai Aek Puli berhulu di utara Sipagimbar. Sungai ini mengalir ke selatan melalui kampong Somba Debata. Salah satu anak sungai yang bermuara ke sungai Aek Puli adalah sungai Aek Silo yang berhulu di Batoe Nanggar Djati. Sungai Aek Puli bertemu dengan sungai Arse di Arse (berhulu di Bulu Mario/Sipirok) yang kemudian mengalir ke barat daya bertemu dengan sungai Aek Sarulla yang ke hilir disebut sungai Batang Toru.

Pertemuan sungai Aek Puli dan sungai Aek Arse di Simangambat/Saipar Dolok Hole, mirip (coincidence) dengan pertemuan sungai Batang Angkola dan sungai Batang Gadis di Simangambat/Siabu. Sungai Batang Angkola dari utara dan sungai Batang Gadis dari selatan. Lalu apakah penamaan tempat Simangambat berkaitan dengan pertemuan dua sungai yang berlawanan arah di Siabu dan di Saipar Dolok Hole? Yang jelas nama Simangambat tidak hanya di Siabu dan Saipar Dolok Hole, juga ada nama Simangambat di hilir sungai Barumun (Binanga).


Mengapa nama sungai di Siumangambat/Saipar Dolok Hole disebut Aek Puli? Aek Puli adalah nama kampong di dekat Simangumban dimana sungai Aek Puli yang berhulu di Simangambat/Saipar Dolok Hole, bertemu dengan suangai Aek Sarulla yang ke hilir disebut sungai Batang Toru. Yang jelas ada nama kampong Huta Puli di dekat Simangambat/Siabu di sisi timur sungai Batang Angkola. Yang mana yang duluan ada, kampong Aek Puli atau kampong Huta Puli? Di Simangambat/Siabu terdapat candi tua yang berasal dari abad ke-8 yang disebut candi Simangambat. Bagaimana dengan nama kampong Huta Puli sendiri? Dalam catatan Tiongkok tahun 525 disebut nama-nama tempat yang diduga berada di pantai barat Sumatra, yakni: Pa-lus-se (diduga Barus), Pe-song (diduga Hapesong), Pu-lie (diduga Huta Puli) dan Pan-tie (diduga Panti). Puli adalah getah dari pohon puli, yang diperjualbelikan sejak zaman kuno, yang mana fungsinya untuk penerngan dan bahan obat.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: