Senin, Mei 27, 2024

Sejarah Dolok Malea (10): Nama Sungai Sosa Nama Kampong Mondang Tempo Dulu; Batas Wilayah Batak, Melayu, Minangkabau


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dolok Malea di blog ini Klik Disini

Nama Sosa ditemukan di berbagai bagian dunia apakah sebagai nama tempat atau nama orang/marga. Nama Sosa juga ditemukan di wilayah Padang Lawas sebagai nama sungai. Dua nama kampong terpenting tempo doeloe di daerah aliran sungai Sosa adalah Mondang dan Daloe-Daloe. Pada masa ini nama Sosa menjadi nama kecamatan di Tapanulis Selatan/Padang Lawas, dimana Mondang sebagai salah satu desa di kecamatan.


Sosa adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Sosa terdiri dari desa-desa: Aek Tinga, Aer Bale, Gunung Baringin, Huta Imbaru, Huta Raja Lama, Janji Raja, Mondang, Parau Sorat, Pasar Ujung Batu, Plasma Mondang, Rao Rao Dolok, Simarancar, Sisoma, Tanjung Bale, Tanjung Botung Sosa Jae dan Ujung Batu. Pasar Ujung Batu merupakan ibukota kecamatan Sosa. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah nama sungai Sosa dan nama kampong Mondang tempo dulu? Nama kampong Mondang di daerah aliran sungai Sosa. Wilayah Batak berbatasan dengan wilayah Melayu dan wilayah Minangkabau. Lalu bagaimana sejarah nama sungai Sosa dan nama kampong Mondang tempo dulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Nama Sungai Sosa dan Nama Kampong Mondang Tempo Dulu; Batas Wilayah Batak, Melayu dan Minangkabau

Nama sosa di Padang Lawas lestari sebagai nama sungai. Sejak kapan sungai disebut nama Sosa tidak diketahui pasti. Lantas apakah ada nama kampong Sosa? Mungkin ada tempo doeloe tetapi kemudian hanya diketahui sebagai nama sungai yang kini juga menjadi nama wilayah. Bagaimana dengan nama kampong Mondang? Besar dugaan dulunya disebut Modang tetapi kemudian bergeser menjadi Mondang.


Dalam kamus bahasa Angkola Mandailing oleh Eggink tahun 1936 kosa kata sosa diartikan 1. hati-hati, jelas, lugas; sosa pangobatimoe di na marnjaei, kamu harus perlakukan orang yang sakit dengan hati-hati; sosa pandokkonmoe disia, kamu memberitahunya dengan jelas. 2. manjosa, untuk mencuci pakaian. Sedangkan modan disebutkan nama sejenis pohon, menghasilkan kayu yang bagus.

Nama Sosa yang dicatat sebagai sungai Sossoh (lihat Militaire spectator; tijdschrift voor het Nederlandsche leger, 1841). Disebutkan pada tanggal 22 September, Kapten de Leau mengambil alih komando pasukan, dan dengan sangat hati-hati, mengikuti taktik pendahulunya, dia maju ke arah timur dari Goenoeng Intang pada tanggal 20 Oktober dan, setelah perjalanan yang sulit selama sembilan jam, meninggalkan bivaknya di tepi sungai Sossah. Pada tanggal 30 berikutnya, ia menyerang beberapa posisi musuh di sekitar Soengi Auer, yang setelah beberapa pertempuran kecil, berhasil direbut dan diduduki. Di sisi utara Daloe Daloe, kapten Fan der Riet dan Fan Rocque, dengan kompi bawahannya, mengambil dua posisi yang sangat menguntungkan. Daloe Daloe terletak di sisi barat sungai Sossah.


Deskripsi yang dicatat di dalam majalah militer di Belanda tersebut merupakan ringkasan laporan militer Pemerintah Hindia Belanda tahun 1938 dalam mengepung benteng Padri di Daloe-Daloe. Pada tahun sebelumnya, 1837 benteng Padri di Bondjol telah ditaklukkan militer. Pasca perang Padri di Bondjol banyak pengikut padri yang melarikan diri ke wilayah Tambusai dimana berada pemimpin setempat Toeankoe Tamboesai. Para imigran dari wilayah Minangakabau (Bondjol) yang telah memperkuat posisi Daloe-Daloe sebagai pertahanan berikutnya dari Padri. Dalam konteks inilah kemudian militer Pemerintah Hindia Belanda mengepung benteng Daloe-Daloe untuk ditaklukkan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Batas Wilayah Batak, Wilayah Melayu dan Wilayah Minangkabau: Kerajaan Mondang dan Kerajaan Daloe-Daloe di Daerah Aliran Sungai Sosa

Seperti halnya nama Sosa (sebagai nama sungai), nama Mondang pertama kali terinformasikan pada tahun 1838. Ini bermula Ketika benteng Bondjol jatu, disebutkan para pemimpin Rao dan para pemimpin Padang Lawas telah menyatakan bergabung dengan Pemerintah Hindia Belanda. Dengan memusatnya pendukung Padri di Daloe-Daloe, lalu militer akan mengepung Daloe-Daloe yang didukung pasukan pribumi dari Ambon dan Madura. Para hulubalang dari Mandailing, Angkola, Rao akan ambil bagian dalam pengepungan.


Di dalam Militaire spectator; tijdschrift voor het Nederlandsche leger, 1841 disebutkan pemerintah memerintahkan semua elemen kekuatan langsung antara Pertibie dan Rau ke ke kotta Radja Moendang, tiga hari-hari perjalanan yang panjang di tenggara Pertibie. Militer dari Tapanoeli, Natal dan Sumatra Barat. Militer dari Tapanoeli yang didukung hulubalang Angkola menuju Portibi via Pidjor Koling. Demikian juga militer dari Natal yang didukung hulubalang Mandailing ke Portibi via Siaboe. Semua elemen kekuatan yang berkumpulk kemudian menuju Huta Radja Mondang. Sementara itu militer dari Sumatra Barat yang didukung hulubalang Rao berangkat ke Huta Radja Mondang. Semua elemen kekuatan yang berkumpul di Huta Radja Moendang 

Radja Mondang adalah pemimpin paling berpengaruh di daerah aliran sungai Batang Sosa. Kesan ini sudah ada saat terjadinya perang Padri. Ini bermula pasca penaklukan benteng Bondjol tahun 1837, para pengikut dan pendukung Padri merlarikan diri ke Daloe-Daloe melalui sungai Kampar dan sungai Rokan. Dalam upaya militer Hindia Belanda untuk menaklukkan benteng Daloe Daloe, militer yang didukung pasukan pribumi dan dukungan tambahan hulubalang Rao, Mandailing dan Angkola dari Portibi dan Rao berkumpul di Huta Mondang.


Huta Radja Mondang berada di selatan sungai Aek Sosa yang terhubung dengan Pasar Oedjoeng Batoe. Huta Radja Mondang memilik akses ke Rao di selatan. Hulu sungai Aek Sosa (Siambirang, Tonga dan Siamoen) sendiri di lereng gunung Dolok Tindjoan/Tor Sopo Oentjim, melalui huta Sihapoeng (yang mana di sisi timur gunung Dolok Tindjoan adalah hulu sungai Si Oetam/Siamoen). Di sebelah barat huta Sihapoeng adalah hulu sungai Aek Same-Same (Tor Sianggoenan) yang merupakan hulu sungai Sangkilon. Huta Radja Mondang sejajar dengan huta Sihapoeng.

Posisi strategis Huta Radja Mondang di wilayah daerah aliran sungai Sosa, tidak hanya memiliki akses ke Rao (dan bahkan ke Mandailing), juga menjadi wilayah hulu sungai Sosa, sungai Si Oetam dan sungai Sangkilon, menyebabkan Radja Moendang memiliki sumber daya yang kuat. Tiga wilayah hulu sungai ini kaya dengan hasil-hadil hutan seperti kamper, kemenyan, puli dan kulit manis.


Algemeen Handelsblad, 24-10-1878: ‘Para pemimpin Hadjoran, Pertibi dan Sosah, yang masing-masing memegang kekuasaan utama di suatu bagian wilayah Padang Lawas’.

Setelah berakhirnya perang Padri, Pemerintah Hindia Belanda memisahkan wilayah Tambusai dari wilayah Padang Lawas (juga memisahkan Bila dan Pane di hilir sungai Barumun). Boleh jadi karena wilayah Sosa lebih dekat ke Angkola/Mandailing (Tapanuli) dan Daloe-Daloe (serta Bila dan Pane) lebih dekat ke pantai timur. Boleh jadi pemisahan Sosa/Padang Lawas dengan Daloe Daloe/Tambusai bukan karena factor geografis/perdagangan semata, tetapi juga karena factor sejarah (dalam hubungannya dengan kaum Padri).


Deli courant, 23-10-1895: ‘Daloe Daloe dan Mondang, masih berperang, tetapi kerajaan pertama Daloe Daloe pasti akan dikalahkan, karena penduduknya jarang dan kekurangan amunisi, sementara kerajaan Mondang memiliki persediaan yang baik’.

Lembah hulu Sosa yang berpusat di Radja Mondang dengan pasarnya di Oedjoeng Batoe diduga kuat menjadi wilayah ekonomi kuat sejak zaman kuno. Sementara itu di sebelah barat yang dipisahkan bukit rendah (Tor Gariang Radja Tano) merupakan lembah hulu Barumun (Sibuhuan). Dua lembah di hulu sungai ini kaya dengan sumber daya alam. Sementara wilayah di hilir sungai Barumun (Binanga) dan wilayah hilir sungai Sosa (Daloe-Daloe/Tamboesai) adalah wilayah marjinal yang memiliki kekuatan karena factor (transaksi) perdagangan (pelabuhan sejak zaman kuno).


Beberapa waktu yang lalu salah satu pembaca blog Tapanuli Selatan dalam Angka dengan inisial Nst Juni menemukan stupa mirip Hanuman di sekitar Mondang di desa Manggis dan desa Lubuk Bunut. Catatan: sebagaimana diketahui, penemenuan candi di Manggis sudah dilaporkan Dr Schnitger tahun 1935. Jadi memang ada candi di sekitar Mondang. Candi Manggis menjadi candi penghubung dengan candi di Muara Takus (hulu daerah aliran sungai Kampar). Motif candi Muara Takus sama dengan di Padang Lawas. Nama Modang sendiri mungkin dapat dihubungkan dengan nama Medang di Jawa (bagian tengah) dalam konteks dinasti Seilendra.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: