Jumat, Mei 10, 2024

Sejarah Dolok Hole (4): Mandalasena dan Pargumbangan; Nama Binanga dan Portibi Sepanjang Batang Pane hingga Mandalasena


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Saipar Dolok Hole di blog ini Klik Disini 

Nama Mandalasena dan Pargumbangan di Saipar Dolok Hole, juga ada nama Mandalasena di kecamatan Silangkitang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Nama Pargumbangan juga ada di Angkola Jae. Okelah, tapi dalam hal ini hanya dibicarakan Mandalasena dan Pargumbangan di Saipar Dolok Hole. Apakah Mandalasena dan Pargumbangan nama tua di wilayah Dolok Hole.   


Situs Hindu di Pargumbangan-Mandalasena.  Kamis, 1-9-2016. Oleh: Syamsul Bahri Ritonga. Membaca atau mendengar Pargumbangan dan Mandalasena pasti masih sangat asing. Pargumbangan dan Mandalasena adalah nama dua desa di Kecamatan Saipar Dolok Hole, Tapanuli Selatan. Simpang Mandala dari Sipirok sebelum Sipagimbar mengarah ke kanan jalan menuju Pargumbangan dan Mandalasena. Dapat dilalui dengan kenderaan roda dua, jika dengan roda empat (dalam keadaan jalan kering). Istilah "Pargumbangan", dalam Kamus Bahasa Angkola (Arden Siregar, dan ka¬wan-kawan), berarti "gerbang desa" yang terbuat dari dua tiang. "Mandalasena" dapat diartikan menurut dua asal bahasa Sansekerta. "Mandala" berarti "Gelanggang" atau "Arena" sedangkan "Sena" berarti "Pemuda". Sepanjang jalan, tangga terbuat dari batu tulpang berlubang bentuknya empat segi, ukuran sekitar 50 cm persegi disusun sampai ke pintu gerbang Desa Pargumbangan. Sedikit arah timur laut Pargumbangan terdapat satu tempat pekuburan bentuk empat segi berukuran 7 x 9 M dan patung singa disetiap sudut (https://analisadaily.com/)

Lantas bagaimana sejarah Mandalasena dan Pargumbangan? Seperti disebut di atas, Pargumbangan dan Mandalasena adalah duan ama kampong tua diantara Saipar Dolok Hole dan Padang Lawas. Binanga dan Portibi sepanjang sungai Batang Pane hingga Mandalasena. Lalu bagaimana sejarah Mandalasena dan Pargumbangan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Mandalasena dan Pargumbangan; Binanga dan Portibi Sepanjang Batang Pane hingga Mandalasena

Nama Mandalasena (juga nama Tano Hudon) terinformasikan pada tahun 1885 (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1885). Dalam laporan ini Mandalasene dan Tano Hudon diakses dari Goenoeng Toea sepanjang daerah aliran hulu sungai Batang Pane. Nama Pargoembangan disebut tahun 1914. Namun tidak begitu jelas apakah yang di Saipar Dolok Hole atau Angkola Jae (lihat Geïllustreerd zendingsblad voor het huisgezin; orgaan van het Java-Comité en van het Centraal-Comité voor de Oprichting en In Stand Houding van een Seminarie Nabij Batavia, 1914).


Pargoembangan, dorpspoort of hek, bestaande uit twee palen en ronde houten; pargoembangan na marsinggaloean, een hek, waarvan de beide palen elk een scheeven stand hebben. Terjemahan: Pargoembangan, pintu gerbang atau pagar desa, terdiri dari dua tiang dan terbuat dari kayu bulat; pargoembangan na marsinggaloean, pagar yang kedua tiangnya masing-masing posisinya bengkok (Kamus Angkola- en Mandailing-Bataksch-Nederlandsch woordenboek Eggink door HJ Eggink, 1936).

Mandalasena adalah hulu sungai Batang Pane dari lereng pegunungan Tampulonanjing, Mandalasena berada di suatu lembah dinmana hulu sungai Batang Pane mengalir. Oleh karena itu, secara geografis Mandalasena lebih mengarah ke Padang Lawas daripada ke Saipar Dolok Hole. Dalam kamus HJ Eggink, 1936 tidak ditemukan kata mandala maupun sena. Mandalasena hanya menyebut nama tempat.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Binanga dan Portibi Sepanjang Batang Pane hingga Mandalasena: Bagaimana Zaman Kuno?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: