*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan dalam blog ini Klik Disini
Anwar Nasoetion gelar Mangaradja Pidoli, kelak dikenal sebagai ayah dari Prof Andi Hakim Nasoetion, rektor IPB 1978-1987. Nama Pidoli merujuk pada nama huta Pidoli di Mandailing. Pada masa lampau nama Pidoli sangat dikenal karena salah satu anak Radja Pidoli bersekolah ke Belanda Si Sati Nasoetion alias Willem Iskander (pribumi pertama studi ke Belanda). Dalam perkembangannya huta Pidoli dimekarkan menjadi Pidoli Lombang dan Pidoli Dolok. Anwar Nasoetion gelar Mangaradja Pidoli dan Kroeng Raba Nasoetion gelar Soetan M Amin sama-sama lahir di Lhok Nga (Atjeh).
Mr Sutan Mohammad Amin Nasution adalah seorang pengacara dan politikus keturunan Batak Mandailing lahir tanggal 22 Februari 1904 di Lhoknga, Aceh Besar, dengan nama Krueng Raba Nasution. Belajar di Europeesche Lagere School (ELS) di Sabang pada tahun 1912. Tiga tahun kemudian, pada tahun 1915, ia pindah ke ELS di Solok, dan pada tahun 1916, ia pindah lagi ke ELS di Sibolga dan ELS di Tanjung Pinang hingga akhirnya lulus pada tahun 1918. Setelah lulus dari sekolah tersebut, ia melanjutkan studi di sekolah kedokteran STOVIA di Batavia pada tahun 1919. Di STOVIA, ia aktif dalam gerakan kemahasiswaan dan bergabung dengan Jong Sumatranen Bond. Di STOVIA selama dua tahun, pada tahun 1921, bersekolah di MULO dan lanjut ke AMS di Jogjakarta. Pada pertengahan 1927, ia lulus dari AMS dan melanjutkan studinya di Rechtschoogeschool di Batavia. Selama masa studinya di Rechtschoogeschool, ia menjadi salah satu pendiri organisasi Pemuda Indonesia. Organisasi tersebut kemudian menggelar Kongres Pemuda Kedua di Batavia. Setelah lulus gelar Mr pada tanggal 16 Juli 1934, memulai kariernya sebagai pengacara di Kutaraja, Aceh (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah Anwar Nasoetion gelar Mangaradja Pidoli dan Kroeng Raba Nasoetion gelar Soetan M Amin kelahiran Lhok Nga? Seperti disebut di atas Anwar Nasoetion dari keluarga Willem Iskander. Bagaimana dengan keluarga Kroeng Raba Nasoetion? Lalu bagaimana sejarah Anwar Nasoetion gelar Mangaradja Pidoli dan Kroeng Raba Nasoetion gelar Soetan M Amin kelahiran Lhok Nga? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Anwar Nasoetion gelar Mangaradja Pidoli dan Kroeng Raba Nasoetion gelar Soetan M Amin Kelahiran Lhok Nga
Anwar Nasoetion lahir tanggal 30-4-1906 di Lho Nga (Atjeh). Pada tahun 1919 Anwar Nasoetion menyelesaikan sekolah dasar Eropa (ELS). Namun tidak terinformasikan di kota mana. Yang jelas Anwar Nasoetion pada tahun 1919, diterima di sekolah menengah pertanian (Middelbare Landbouwschool) di Buitenzorg.
Sekolah pertanian (Landbouwschool) di Buitenzorg sudah lama dibuka. Pada tahun 1907 di Buitenzorg dibuka sekolah kedokteran hewan (Veeartsenschool). Salah satu siswa pertama yang diterima adalah Sorip Tagor Harahap. Siswa yang diterima adalah lulusan sekolah guru (kweekschool). Sorip Tagor Harahap lulusan sekolah guru (kweekschool) di Fort de Kock. Saat pembukaan sekolah kedokteran ini juga ada yang yang ditransfer dari Landbouwschool yang ditempatkan di kelas 2 seperti JA Kaligis. Sorip Tagor Harahap lulus tahun 1912. Setelah sempat menjadi asisten dosen di Veeartsenschool, Sorip Tagor Harahap pada tahun 1913 berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studi kedokteran Veeartsenhoogeschool di Utrecht. Sementara itu, pada tahun 1912, Landbouwschool di Buitenzoeg ditingkatkan menjadi Middelbare Landbouwschool. Pada tahun 1914 Abdoel Azis Nasoetion gelar Soetan Kanaikan lulus ujian akhir di Middelbare Landbouwschool. Dalam hal ini Abdoel Azis Nasoetion gelar Soetan Kanaikan lahir di Tanobato (Mandailing) merupakan lulusan pertama Middelbare Landbouwschool. Sorip Tagor Harahap di Utrecht lulus gelar sarjana kedokteran hewan pada tahun 1921. Sorip Tagor Harahap adalah dokter hewan pertama pribumi (berlisensi Eropa). Sorip Tagor Harahap lahir di Hoetarimbaroe (Padang Sidempoean) adalah ompung dari artis Inez/Risty Tagor.
Pada tahun 1921 Anwar Nasoetion lulus ujian transisi di Middelbare Landbouwschool te Buitenzorg naik dari kelas 2 ke kelas 3 di tingkat persiapan (lihat De locomotief, 24-05-1921). Satu kelas dengan Anwar Nasoetion antara lain J Hoeta Barat, Mohamad Jamin dan Mohamad Mansjoer. Sementara di tingkat akademik, yang naik dari kelas 1 ke kelas 2 antara lain Ronggoer Loebis dan Achmad Daulay. Sedangkan yang lulus ujian akhir di Middelbare Landbouwschool untuk jurusan Landbouwkundigen afdeeling antara lain IJ Kasima dan untuk jurusan boschbouwkundige afdeeling antara lain Roenggoer gelar Patoean Malaon.
Seperti halnya sebelumnya, Landbouwschool
ditingkatkan menjadi Middelbare Landbouwschool, juga dalam perkembangannya
Veeartsenschool di Buitenzorg ditingkatkan menjadi Nederlandsch Indisch Veeartsenschool).
Dalam hal ini jika lulus tingkat persiapan di Middelbare Landbouwschool sebagian
diarahkan ke tingkat akademik di Middelbare Landbouwschool dan Sebagian yang
lain diarahkan ke Nederlandsch Indisch Veeartsenschool (lihat kembali De
locomotief, 24-05-1921).
Pada tahun 1922 Anwar Nasoetion lulus ujian kelas tiga tingkat persiapan di Middelbare Landbouwschool te Buitenzorg. Anwar Nasoetion salah satu yang diarahkan ke Nederlandsch Indisch Veeartsenschool. Pada saat ini, Dr Sorip Tagor Harahap sudah sangat dikenal. Boleh jadi karena Dr Sorip Tagor Harahap dokter hewan pertama pribumi lulusan Belanda. Dr Sorip Tagor Harahap bekerja sebagai dokter hewan di istana Gubernur Jenderal (di Weltevreden dan di Buitenzorg).
Sekolah kedokteran umum
berada di Batavia. Awalnya sekolah kedokteran yang dibuka tahun 1852 ini
disebut Docter Djawa School. Pada tahun 1854 Si Asta dari Mandailing dan Si
Angan dari Angkola diterima. Kedua siswa ini merupakan yang pertama diterima
yang berasal dari luar Djawa. Pada tahun 1902 Docter Djawa School ditingkatkan
menjadi STOVIA. Pada tahun 1905 lulusan Docter Djawa School yang terakhir antara
lain Abdoel Hakim Nasoetion dan Abdoel Karim Harahap serta Tjipto Mangoenkoesoemo.
Pada tahun 1922 di STOVIA yang lulus ujian antara lain (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 06-05-1922). Di tingkat persiapan: kelas 1 antara lain Abdoel
Moerad, Nasoetion dan Moewardi; kelas 2 antara lain Daliloedin Loebis, (Gindo) Siregar,
Pamenan Harahap. Di tingkat medik: kelas 1 antara lain Tobing, Kasmir Harahap;
kelas 2 antara lain Siregar; kelas 3 antara lain Tobing, Aminoedin Pohan dan
Bahder Djohan; kelas 4 antara lain Djabangoen Harahap, Tjiong Boen Kie dan
Kielstra; kelas 5 antara lain Tobing, Pirngadi dan Nona Warow; kelas 6 antara
lain (Mohamad) Amir. Yang lulus ujian akhir dengan gelar Indisch Arts antara
lain Joesoef, Leimena dan nona Marie Thomas.
Anwar Nasoetion lulus ujian naik dari kelas 1 ke kelas 2 pada tahun 1923 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 23-05-1923). Demikian juga dengan Mohamad Jamin. Pada tahun 1924 Anwar Nasoetion naik ke kelas 3 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 26-05-1924). Tidak ada lagi nama Mohamad Jamin. Namun yang lulus kelas 1 ke kelas 2 ada nama Pinajoengan. Pada tahu 1925 Anwar Nasoetion naik ke kelas 4 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 27-05-1925). Pada tahun 1926 Anwar Nasoetion lulus ujian akhir dengan gelar Indisch Veearts (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 26-05-1926). Dalam berita ini juga disebut: Pinajoengan lulus ujian kelas 3 naik ke kelas 4; kelas 2 naik ke kelas 3 antara lain Aboebakar Siregar; kelas 1 ke kelas 2 antara lain Alibasa Harahap.
Anwar Nasoetion lulus ujian akhir di Nederlandsch Indisch Veeartsenschool di Buitenzorg tahun 1926. Ini mengindikasikan Anwar Nasoetion lancar dalam studi dan lulus ujian akhir tepat waktu. Dalam hal ini lulusan Nederlandsch Indisch Veeartsenschool dan lulusan STOVIA setara (sama-sama dokter Indisch). Untuk mendapatkan gelar dokter lisensi Eropa dilanjutkan ke Belanda. Anwar Nasoetion tidak melanjutkan studi ke Belanda. Dr Anwar Nasoetion gelar Mangaradja Pidoli sebagai Adjunct-Gouvernements veeartsen ditempatkan di kantor Hoofd van den Burgerlijken Veeartsenijkundigen Dienst (lihat Nederlandsch-Indische bladen voor diergeneeskunde, 1926, Deel: Deel XXXVIII). Anwar Nasoetion kemudian ditempatkan di Singaradja (lihat Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indië, 1927 Deel: 2). Selanjutnya ditempatkan di Parepare (lihat Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indië, 1928 Deel: 2).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Anwar Nasoetion Ahli Kedokteran Hewan, Kroeng Raba Nasoetion Ahli Hukum
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar