Jumat, Juni 14, 2024

Sejarah Muara Takus (9): Kota Intan dan Kota Lama di Daerah Aliran Sungai Rokan Kiri; Bagan Siapi-Api di Hilir Sungai Rokan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Muara Takus di blog ini Klik Disini

Kota Intan kini masuk wilayah kabupaten Rokan Hulu. Kota Intan dulunya merupakan kerajaan di daerah aliran sungai Rokan/Rokan Kiri. Bagaimana dengan nama tempat Tanah Putih? Yang jelas Tanah Putih menjadi nama kecamatan di hilir sungai Rokan yang kini masuk wilayah Kabupaten Rokan Hilir. Namun yang menjadi ibu kota di daerah hilir aliran sungai Rokan pada masa ini adalah Bagan Siapi-Api.


Kabupaten Rokan Hilir di Riau, yang dulu tiga kenegerian, yaitu Kubu, Bangko dan Tanah Putih di bawah Sultan Siak masuk dalam Kabupaten Bengkalis. Distrik pertama didirikan di Tanah Putih tahun 1890. Bagansiapiapi dimana pemukim-pemukim Cina dijadikan ibu kota tahun 1901. Pasca kemerdekaan, Rokan Hilir digabungkan ke dalam Kabupaten Bengkalis. Tahun1999 ditetapkan sebagai kabupaten dan Bagansiapiapi sebagai ibu kota. Batas wilayah utara Selat Malaka, timur Kota Dumai, selatan Rokan Hulu dan Bengkalis; barat Labuhanbatu/Selatan, Sumatera Utara. Mulai dari muara hingga ibukota Kecamatan Rimba Melintang daerah pasang surut. Kecamatan Tanah Putih hingga ke bagian selatan dari Kecamatan Bagan Sinembah bervariasi berombak hingga bergelombang ketinggian 5- 100 M. Kabupaten Rokan Hilir terdiri kecamatan Bangko, Sinaboi, Rimba Melintang, Bangko Pusako, Tanah Putih Tanjung Melawan, Tanah Putih, Kubu, Bagan Sinembah, Pujud, Simpang Kanan, Pasir Limau Kapas, Batu Hampar, Rantau Kopar, Pekaitan, Kubu Babussalam, Balai Jaya, Bagansinembah Raya dan Tanjung Medan (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Kota Intan dan Kota Lama di daerah aliran sungai Rokan Kiri? Seperti disebut di atas Kota Intan da Kota Lama kini di kabupaten Rokan Hulu, sementara di hilir Tanah Putih dan Bagan Siapi-Api di hilir sungai Rokan masuk kabupaten Rokan Hilir. Lalu bagaimana sejarah Kota Intan dan Kota Lama di daerah aliran sungai Rokan Kiri? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja. Peta 1825

Kota Intan dan Kota Lama di Daerah Aliran Sungai Rokan Kiri; Nama Bagan Siapi-Api di Hilir Sungai Rokan

Ada sungai Siak dan juga ada sungai Siak Ketjil. Sungai Siak berhulu di arah barat, sebagai sungai Tapoeng Kiri dan sungai Tapoeng Kanan yang mana kedua sungai ini berhulu di wilayah perbukitan di sekitar Tandoen. Bagaimana dengan sungai Siak Ketjil? Seperti sungai Siak. Sungai Siak Ketjil juga berhulu di selat Pandjang.


Sungai Kampar berhulu di wilayah pegunungan sebagai hulu sungai Kampar Kiri (di batas Pagaroejoeng) dan hulu sungai Kampar Kanan (di batas Rao dan Mandailing). Seperti disebut di atas sungai Siak berhulu di perbukitan (rendah). Sungai Siak Ketjil tidak berhulu di pegunungan maupun di perbukitan, lalu dimana? Berhulu di wilayah dataran rendah di arah selatan sungai Rokan. Banyak tasik di sekitar hulu sungai Siak Ketjil. Peta 1825 vs Peta Now.

Tentang sejarah pada artikel sebelumnya. Artikel ini mendeskripsikan sejarah daerah aliran sungai Rokan hingga ke Kota Intan (di daerah aliran sungai Rokan Kanan). Lantas apa pentingnya sejarah Kota Intan di daerah aliran sungai Rokan. Yang jelas cukup dekat di hilir Kota Intan terdapat nama kampong Kota Lama.


Sungai Rokan Kanan dan sungai Rokan Kiri bertemu di wilayah kampong Tanah Poetih. Sungai Rokan Kiri berhulu di Rao dan Panti sebagai sungai Batang Soempoer; sungai Rokan Kanan berhulu di Mandailing sebagai sungai Batang Loeboe dan di Padang Lawas sebagai sungai Sosa. Di selatan Tanah Poetih ini merupakan hulu dari sungai Siak Ketjil.

Wilayah sungai Rokan di hilir dari masa ke masa cukup sepi. Mengapa? Yang jelas di wilayah hulu, di hulu sungai Rokan Kanan dan hulu sungai Rokan Kiri sangat ramai. Mengapa? Apakah itu memiliki relasi dengan hulu sungai Rokan di pegunungan, sementara hulu sungai Siak di perbukitan, sedangkan hulu sungai Siak Ketjil di daratan rendah.


Kampong Kota Lama di daerah aliran sungai Rokan Kiri. Posisi GPS kampong Kota Lama berada di sisi selatan sungai memiliki elevasi 39 M dpl. Di belakang kampong Kota Lama semaking tinggi dengan titik tertinggi 129 M (sedangkan ke arah utara kampong Kota Lama di seberang sungai semakin tinggi dengan titik tertinggi 125 M). Sementara itu di arah hulu kampong Kota Intan berada di sisi utara sungai Rokan Kiri memiliki elevasi 50 M (yang semakin ke utara semakin tinggi dengan titik tertinggi 275 M. Kampong Kota Lama dan kampong Kota Intan di daerah aliran sungai Rokan Kiri berada di wilayah lembah.

Ke arah hilir kampong Kota Lama elevasi sungai Rokan Kiri langsung drop dengan yang mana di arah berbeda dari kedua sisi sungai rawa-rawa semakin melauas. Ketinggian elevasi di kampong Manding 26 M.


Kampong Tanah Poetih berada di ketinggi 13 M tetapi di sekitar sungai memliki elevasi 9 M. Sekitar wilayah kampong Tanah Poetih sejauh mata memandang adalah wilayah rawa-rawa. Di sungai Bangko bermuara di sungai Rokan elevesi 5 M. Kampong Bangko berada di arah hulu sungai Bangko dengan elevasi 9 M. Tipologi geografis kampong Bangko kurang lebih sama dengan kampong Tanah Poetih.

Area kampong Tanah Poetih di daerah aliran sungai Rokan dapat diartikan sangat basah yang ketinggiannya rendah dan banyak rawa-rawa yang luas. Jika dibandingkan dengan area kampong Lama dan kampong Kota Intan di daerah aliran sungai Rokan Kiri (39-50 M), diduga di masa lampau adalah daratan di sisi perbukitan, sedangkan kampong Tanah Poetih adalah perairan/laut. Dengan kata lain kampong Tanah Poetih ada kampong baru dan kampong Kota Lama adalah kampong lama.


Di arah hulu kampong Kota Intan adalah kampong Oedjoeng Batoe di sisi selatan sungai. Ke arah hulu lagi di sungai Rokan Kiri ada kampong Leoeboe Bandahara di susi utara sungai. Di sisi mana kampong berada di daerah aliran sungai menjadi penting untuk penanda navigasi. Dari kampong Kota Lama dan kampong Oedjoeng Batoe yang keduanya di sisi selatan sungai terdapat jalan darat ke arah selatan (Tandoen); sebaliknya dari kamong Kota Intan dan kampong Loeboe Bandahara di sisi utara sungai terdapat jalan ke arah utara (Pasir Pangaraian).

Kampong Kota Lama dapat dikatakan adalah batas wilayah daratan dan wilayah perairan/rawa-rawa di daerah aliran sungai Rokan Kiri. Lantas seberapa tua kampong Kota Intan dan kampong Kota Lama? Ada baiknya dikaitkan dengan nama Rokan yang disebut dalam teks Negarakertagama (1365).


Di pulau Sumatra ada sejumlah nama yang disebut dalam teks Negarakertaga. Selain Rokan, juga ada Siak dan Kampar. Nama-nama lainnya adalah Pane, Padang Lawas, Mandailing, Barus dan Minangkabau. Dari nama-nama ini hanya nama Barus yang berada di pantai barat Sumatra. Dalam hal ini menarik di perhatikan yang mana Rokan berada di antara Siak dan Panai di arah timur dan Padang Lawas dan Mandailing di arah barat.

Lantas dimana posisi GPS Rokan yang disebut dalam teks Negarakertagama? Besar dugaan Rokan berada di kampong Rokan di hulu sungai Rokan Kiri yang sekarang. Mengapa? Kampong Rokan adalah satu-satunya nama di kawasan, nama yang diduga kuat memberi nama kepada sungai. Kampong Rokan dalam hal ini berada di arah hulu kampong Kota Intan di daerah aliran sungai Rokan (Kiri).


Sungai Rokan Kiri nama yang sebenarnya adalah sungai Rokan (yang berhulu di Rao). Di sebelah utara sungai Rokan mengalir sungai Batang Loeboe dan lebih ke utara lagi mengalir sungai Sosa. Kedua sungai Batang Loeboe (berhulu di Mandailing) dan sungai Sosa (berhulu di Padang Lawas) kemudian bertemu di kampong Kapenoehan yang lalu ke hilir nama sungai disebut sungai Rokan Kanan. Seperti disebut di atas, sungai Rokan Kanan dan sungai Rokan Kiri bertemu di kampong Tanah Poetih, yang kemudian ke arah hilir nama sungai disebut sungai Rokan (saja).

Bagaimana dengan nama Siak? Seperti nama Rokan, nama Siak juga diduga awalnya adalah nama kampong dan berada di hulu sungai Siak. Mengapa? Nama kampong biasanya merujuk pada nama sungai (sebagai penanda navigasi). Terbentuknya kampong Siak Indrapoera di arah hilir sungai Siak mengindikasikan ada nama kampong baru bernama Indrapoera di daerah aliran sungai Siak. Sebagaimana diketahui banyak nama tempat yang mirip Indrapoera (Bengkulu dan Sumatra Timur), yang berakhiran poera (kota) seperti halnya juga Martapoera, Singapoera dan Telainapoera.


Idem dito dengan nama Rokan dan nama Siak, nama Pane di wilayah Padang Lawas adalah suatu nama sungai (Batang Pane). Sungai ini bertemu dengan sungai Sangkilon di Binanga, yang kemudian ke hilir diseebut sungai Baroemoen. Nama sungai Pane dan nama sungai Baroemoen saling dipertukarkan. Sungai Batang Pane berhulu di perbatasan Padang Lawas dan Angkola sementara sungai Sangkilon berhulu di perbatasan Padang Lawas dan Mandailing. Nama Pane dan nama Mandailing diduga adalah nama-nama kuno. Nama Pane dan Mandailing ditemukan dalam prasasti Tanjore (1030). Yang paling tua adalah nama Binanga. Mengapa? Dalam prasasti Kedoekan Boekit (682) disebut nama Minanga yang diduga adalah nama Binanga (di pertemuan sungai Batang Pane dan sungai Sangkilon) di Padang Lawas.

Nama Rokan dan nama Siak diduga kuat bermula di pedalaman di hulu sungai Rokan dan hulu sungai Siak. Jika nama Rokan yang dimaksud adalah kampong Rokan di arah hulu kampong Kota Intan (sungai Rokan Kiri), lalu dimana posisi GPS kampong Siak pada masa lampau? Mengapa itu penting. Sebagaimana nama Rokan, Pane dan Siak disebut dalam teks Negarakertagama (1365), sangat mungkin ketiga nama ini nama-nama tempat yang berdekatan secara geografis yang kebetulan berada di daerah aliran sungai.


Dalam hal ini kampong Tanah Poetih pada era Majapahit (teks Negarakertagama) belum ada alias masih berupa perairan/laut. Idem dito dengan kampong Indrapoera (Siak Indrapeora) masih berupa perairan/laut. Sebagaimana disebut sebelumnya sungai Tapoeng Kiri dan sungai Tapoeng Kanan (berhulu di Tandoen) bertemu di kampong Koeala Tapoeng yang kemudian ke hilir disebut sungai Siak yang melalui kampong Pakan Baroe dan kampong Siak Indrapoera, Lantas dimana nama kampong Siak masa lampu di daerah aliran sungai Tapoeng Kanan dan sungai Tapoeng Kiri. Perlu ditambahkan disini pertanyaan yang sama dengan nama Kampar. Besar dugaan kampong Palalawan masih berupa perairan/laut. Dimana kampong Kampar berada di diduga di salah satu cabang sungai Kampar, apakah di Bangkinang (Kampar Kanan) atau di Goenoeng Sahilan atau Koetoe (Kampar Kiri).

Seperti disebut di atas, kampong Kota Intan berada diantara kampong Kota Lama dan kampong Rokan di daerah aliran sungai Rokan/Kiri. Dalam hal ini secara geomorfologis, kampong Kota Lama merupakan batas wilayah daratan dan wilayah perairan/lautan. Kampong Kota Lama memiliki jalan darat ke selatan (Tandoen) dan kampong Kota Intan memiliki jalan darat ke utara ke Pasir Pangaraian (sungai Batang Loeboe).


Dengan merujuk pada catatan sejarah (prasasti) dan memperhatikan secara geomorfologis, maka nama-nama yang disebut dalam teks Negarakertagama (1365) yakni Pane, Padang Lawas, Mandailing, Rokan, Siak dan Kampar, semuanya berada dan mewakili wilayah daerah aliran sungai. Nama Pane berada di daerah aliran sungai Batang Pane, nama Padang Lawas di daerah aliran sungai Sangkilon, Mandailing di daerah aliran sungai Batang Loeboe/sungai Sosa (Rokan Kanan); nama Rokan di daerah aliran sungai Rokan (Rokan Kiri); nama Siak di daerah aliran sungai Tapoeng Kiri atau sungai Tapoeng Kanan; dan nama Kampar di daerah aliran sungai Kampar Kiri atau sungai Kampar Kanan.    

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama Bagan Siapi-Api di Hilir Sungai Rokan: Lain Dulu Lain Sekarang

Nama Kota Intan tidak hanya di daerah aliran sungai Rokan Kiri. Nama Kota Intan juga ditemukan di Batavia (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 17-08-1864). Nama Intan juga digunakan sebagai nama gelar di Lampoeng (lihat Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 1862). Nama kampong Kota Intan di daerah aliran sungai Rokan/Kiri adalah suatu kerajaan pada era Hindia Belanda. Kerajaan Kota Intan sedang beselisih dengan (kerajaan) Tapoeng (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 08-04-1876).


Disebutkan pada tahun 1874, Jaug di Pertoean Besar dari Kotta Intan, sebuah negeri di Sumatra, juga dikenal sebagai Koenta, dan terletak di cabang kiri sungai Rakkan, menyerbu Tapong Siak. Kampung utama Tebing Tinggi atau Tandoen dihancurkan yang mana pemimpinnya dengan beberapa lagi laki-laki dibunuh dan juga seseorang dari Goenoeng Kandis (hulu sungai Kampat) terbunuh. Lalu pemerintah mengirim ekspedisi ke Tapoeng Kiri dengan didampingi Controleur dari kerajaan Siak dengan 400 orang bersenjata dengan kapal hingga kampong Kasikan. Setelah menyelesaikan sebagian perjalanan dengan perahu pribumi, dari sana mereka maju ke Lindaij. Pangeran Rokkan atau Loeboe Bandara menjauhkan diri dari segala campur tangan dalam urusan Kotta Intan. Meski adik laki-laki sang pangeran menikah dengan putri Kota Intan.

Dalam hal ini kerajaan-kerajaan di daerah aliran sungai Rokan dan kerajaan=kerajaan di daerah aluran sungai Siak bersaing dan berselisih. Mengapa?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: