Sabtu, Juni 15, 2024

Sejarah Muara Takus (10): Rokan di Hulu Sungai Rokan Kiri; Wilayah Antara Sungai Batang Loeboe - Hulu Sungai Kampar Kanan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Muara Takus di blog ini Klik Disini

Apakah ada sejarah kota Rokan? Siapa yang peduli. Okelah, mari kita pelajari. Kota Rokan kini hanya sebagai ibu kota kecamatan di ujung kabupaten Rokan Hulu. Sebagai kota di hulu kabupaten Rokan Hulu, berbatasan langsung dengan kecamatan Mapat Tunggal (Selatan) di kabupaten Pasaman, provinsi Sumatra Barat. Kampong Rokan berada di daerah aliran sungai Rokan Kiri, wilayah diantara wilayah sungai Batang Loeboe di utara dan hulu sungai Kampar Kanan di selatan.


Rokan IV Koto adalah sebuah kecamatan di kabupaten Rokan Hulu, Riau dengan ibu kota kecamatan berada di Rokan. Rokan terletak sekitar 150 Km dari Pekanbaru, Alamnya asih asri. Beberapa objek wisata yang terdapat di Rokan yaitu: Komplek Istana Raja Rokan dan Makam Raja-raja Rokan, Puncak Kabur 550 M dpl, puluhan Air terjun (Ujan Lobek, kajatan baru, caraci manih, sei tolang, air terjun 3 tingkat muang kida), Selain pesona alamnya yang memukau, terdapat bahan baku pertambangan yaitu batu bara dan batuan Kapur (bahan dasar semen), lokasi batu bara terdapat di sebelah barat sekitar 20 Km dari kota Rokan. Kecamatan Rokan IV Koto terdiri dari kelurahan Rokan dan desa-desa Air Panas, Bengkolan Salak, Cipang Kanan, Cipang Kiri Hilir, Cipang Kiri Hulu, Lubuk Bendahara, Lubuk Bendahara Timur, Pendalian, Rokan Koto Ruang, Rokan Timur, Sikebau Jaya, Suligi dan Tanjung Medan (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah nama Rokan di hulu sungai Rokan Kiri? Seperti disebut di atas, Rokan pada masa ini adalah suatu kampong yang juga ditabalkan menjadi nama kecamatan di kabupaten Rokan Hulu. Bagaimana dengan tempo doeloe? Wilayah antara sungai Batang Loeboe dan hulu sungai Kampar Kanan. Lalu bagaimana sejarah nama Rokan di hulu sungai Rokan Kiri? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Nama Rokan di Hulu Sungai Rokan Kiri; Wilayah Antara Sungai Batang Loeboe dan Hulu Sungai Kampar Kanan

Nama Rokan diduga kuat adalah nama kampong yang kemudian menjadi nama sungai. Nama Rokan terinformasikan pertama dalam teks Negarakertagama (1365). Dalam peta-peta Portugis juga diidentifikasi nama Rokan. Nama Rokan ditulis dengan berbagai ejaan seperti Rekan, Aroekan, Recaan, Arackan.


Dalam teks Negarakertagama (1365) ada sejumlah nama yang disebut di Sumatra yakni Rokan, Siak dan Kampar. Nama-nama lainnya adalah Pane, Padang Lawas, Mandailing, Barus dan Minangkabau. Dari nama-nama ini hanya nama Barus yang berada di pantai barat Sumatra. Rokan berdekatan dengan Panai, Padang Lawas dan Mandailing.

Dalam peta VOC/Belanda (1680) nama Rokan ditulis sebagai de rivier van Arackan (sungai Rokan?). Satu yang penting dalam peta tersebut diidentifikasi suatu loji dengan berbendera Belanda. Namun dimana posisi loji ini berada pada masa ini tidak diketahui secara pasti. Kehadiran VOC di daerah aliran sungai Rokan diduga semakin kondusifnya hubungan VOC dengan wilayah Sumatra.


Komunikasi penguasa di Palembang dengan VOC/Belanda dimulai tahun 1637. Pada tahun 1641 VOC/Belanda menaklukkan Portugis di Malaka. Lalu tahun 1662 VOC/Belanda membangun benteng (fort) di sisi sungai Musi di Palembang sebagai tempat utama (hoofdplaats). Tidak lama kemudian atas permintaan para pemimpin local di pantai barat Sumatra, VOC pada tahun 1665 berhasil mengusir pengaruh Atjeh di pantai barat Sumatra dengan mendirikan pos perdagangan di pulau Chinko. Lalu VOC membuka pos perdagangan di Baroes tahun 1667 dan kemudian Singkel. Senmentara itu perselisihan VOC dengan kerajaan Gowa menyebabkan terjadi perang. Pasca Perang Gowa (1669) VOC diduga mulai membuka pos perdagangan di pantai timur Sumatra di daerah aliran sungai Rokan. Pada tahun 1680an disebutkan Djohor menyerang Djambi. Boleh jadi setelah itu Jambi bekerjasama dengan VOC.

Untuk memperluas perdagangan VOC di pantai timur Sumatra, pada tahun 1682 Gubernur VOC di Malaka mengirim utusan Thomas Dias di Pagaroejoeng. Tujuan untuk mengkonfirmasi karena kerajaan Djohor mengklaim Siak dan Indragiri. Lantas bagaimana situasi kondisi perdagangan VOC di daerah aliran sungai Rokan tidak terinformasikan. Yang jelas VOC memulai membangun pos perdagangan di pulau Goentoeng di muara Siak pada tahun 1739 (tetapi kemudian diserang).


Pada tahun 1784 VOC Malaka yang diserang. Hal itu karena pusat VOC berada di Batavia (Jawa), posisi Malaka seakan terpencil. Kerajaan-kerajaan kecil di kawasan kerap menggangu eksistensi VOC di kawasan. Kerajaan-kerajaan Melayu Selangor, Djohor dan Riau menyerang Malaka pada tahun 1784. Dengan kekuatan yang didatangkan dari Batavia berhasil membebaskan Malaka. Sebagai hukuman, VOC menyerang Selangor dan merebutnya. VOC kemudian menyerang Riau dan Radja Riau terbunuh (lihat Hollandsche historische courant, 12-03-1785). Riau jatuh ke tangan VOC. Untuk membawahi wilayah taklukan ini di bawah pimpinan Captain JP van Braam. Besar dugaan tidak lama kemudian ditinggalkan. Pada tahun 1787 Riau diambilalih oleh (kerajaan) Soeloe. Pengambilalihan ini boleh jadi karena kerajaan Riau sudah melemah setelah radjanya terbunuh oleh VOC dan tidak hadirnya VOC.

Informasi tentang Rokan hanya ditemukan dalam Peta 1680. Bagaimana situasi dan kondisi di pedalaman Sumatra bagian tengah khusunya daerah aliran sungai Rokan tidak dterinformasikan lagi. Hanya ada satu catatan tentang pedalaman yang di catat di dalam Daghregister Kasteel Batavia tahun 1703 yang menyatakan seorang pedagang Cina aktif berdagang di wilayah Angkola selama 10 tahun (dimuali dari 1693).


Sejak Thomas Dias melakukan ekspedisi dari Malaka ke Pagaroejoeng pada tahun 1682, tidak ada orang Eropa yang memasuki pedalaman Sumatra. Yang terlaporkan hanya seorang pedagang Cina di wilayah Angkola (1693-1703). Baru pada tahun 1772 seorang Inggris melakukan ekspedisi botani dari pantai barat Sumatra ke wilayah Angkola dan Padang Lawas.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Wilayah Antara Sungai Batang Loeboe dan Hulu Sungai Kampar Kanan: Candi Manggis dan Candi Muara Takus

Nama Rokan kembali terinformasikan pada tahun 1838. Hal ini terkait dengan pengepungan benteng Padri di Daloe-Daloe. Disebutkan para pemimpin Rokan, Bambie dan tempat-tempat lain, yang terletak di selatan dan juga dekat kerajaan Tamboesy, menunjukkan niat baik mereka, gubernur memerintahkan Micliiels untuk menghentikan gerakan ofensif untuk menaklukkan Daloe Daloe.


Kampong Rokan berada di daerah aliran sungai Rokan (Kiri) di sisi selatan sungai. Rata-rata ketinggian di sekitar kampong Rokan 106 M dpl (perkampungan bebas banjir). Di arah utara kampong Rokan di seberang sungai semakin tinggi dengan titik tertinggi 715 M. Ke arah selatan semakin tinggi dengan titik tertinggi 379 M dimana ada jalan dari Rokan melalui kampong Pandalian ke hulu sungai Kampar Kanan di kampong Bandar Pitjak/Sibaroeang/Goenoeng Malela.

Wilayah kampong Rokan adalah daerah pegunungan dimana sungai Rokan (Kiri) mengalir. Tidak jauh di arah hilir kampong elevasi sungai 72 M, sementara dengan jarak yang sama ke wilayah hulu sungai yang diapit tebing dengan elevasi 103 M di kampong Tibawan (sisi utara sungai). Dari kanmpong ini ke selatan ada jalan ke kampong Tandihat (126 M) dan kampong Simpang serta kampong Soengao Kiadjang; ke arah utara ada jalan ke Kersik Poetih (110 M) dan Roembai (124 M). Sebelum kampong Tandihat ada jalan melalui pegunungan ke arah timur sepanjang sungai hingga ke kampong Rokan.


Dari kampong Tibawan ke arah barat hulu sungai elevasi meningkat melalui pegunungan (melalui batas Rokan/Rai) hingga di kampong Loeboek Godang (168 M) yang masuk wilayah Mapat Toenggal. Tidak ada jalan darat sepanjang daerah aliran singai Rokan Kanan. Jalan hanya ada dari Loeboek Godang ke arah utara membelok ke timur di kampong Simalantjar di pegunungan Lagoendi (292 M) hingga Roembai, sementara ke arah selatan dari kampong Loeboek Gadang ada jalan melalui pegunungan melalui kampong Pangear di satu sisi hingga ke kampong Tombang dan di sisi lain hingga kampong Soengai Lolo dimana mengalir hulu sungai Kampar (Kanan) yang sudah masuk wilayah Mapat Toenggal.

Sungai Rokan bermuara jauh ke pantai timur setelah pertemuan sungai Rokan Kiri dan sungai Rokan Kanan. Dalam hal ini kampong Rokan di daerah hulu sungai Rokan Kiri (yang juga disebut sungai Batang Soempoer) berhulu di pegunungan sebelah barat Loeboek Sikaping. Sungai Soempoer ini melalui Panti dan Rao. Sungai Soempoer ini di Rao merupakan muara sungai Sibinail yang berhulu di Muara Sipongi dan sungai Batang Asik yang berhulu diutara Rao yang kea rah hilir juga disebut sungai Rokan (Kiri).


Meski hulu sungai Rokan berhulu di kampong Loeboek Sikaping, tetapi tidak ada jalan akses melalui kedua kampong ini. Seperti disebut di atasm sungai Soempoer dari Loeboekl Sikaping melalui Panti berbelok di Rao terus memutar lagi ke kampong Rokan. Jalan akses sepanjang sungai juga tidak ada karena dibatasi pegunungan tinggi (Mapat Tunggal). Namun demikian ada jalan lintas dari kampong Rokan di timur dengan kampong Panti di barat melalui kampong Loeboek Gadang dengan jalan yang jauh dan berlika liku (Rokan, Tibawan, Roembai, Loeboek Gadang).

Secara praktis antara Rokan dan Panti sejatinya terpisah oleh pegunungan tinggi. Wilayah Panti justru terhubung ke utara dengan Rao dan Mandailing; sedangkan wilayah Rokan selain terhubung ke selatan di hulu sungai Kampar (Moera Takoes), juga terhubung ke utara di Padang Lawas. Sementara itu wilayah Padang Lawas terhubung ke Rokan, Mandailing dan Rao. Wilayah Padang Lawas menjadi hub. Apakah ini yang mengindikasikan di masa lalu begitu pentingnya wilayah Padang Lawas? Sebagaimana diketahui masa ini di wilayah Padang Lawas ditemukan banyak situs candi.   

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: