*Untuk melihat semua artikel Sejarah Muara Takus di blog ini Klik Disini
Pada
masa ini ada dua kabupaten di daerah aliran sungai Kampar, yakni kabupaten
Kampar (di hulu) dan kabupaten Pelalawan di hilir. Sejarah sungai Batang Kampar
diduga lebih awal dari sungai Siak. Mengapa? Situs tertua di provinsi Riau yang
sekarang adalah candi Muara Takus di hulu daerah aliran sungai Kampar Kanan
(lebih dekat ke wilayah Angkola Mandailing/Padang Lawas dan Minangkabau).
Pelalawan adalah sebuah kabupaten (hasil pemekaran dari kabupaten Kampar) di provinsi Riau, ibu kota di Pangkalan Kerinci. Wilayah dibelah aliran sungai Kampar dimana terdapat pertemuan sungai Kampar Kanan dan sungai Kampar Kiri. Kabupaten memilik beberapa pulau besar yaitu: Mendol, Serapung dan Muda serta pulau-pulau kecil: Tugau, Labuh, Baru, Ketam, Untut. Struktur wilayah daratan rendah dan bukit-bukit, dataran rendah membentang ke arah timur dengan luas wilayah mencapai 93% dari total keseluruhan. Sebagian wilayah merupakan daerah konservasi dengan karakteristik tanah pada bagian tertentu bersifat asam dan merupakan tanah organik, air tanahnya payau. Batas wilayah di utara kabupaten Siak dan kabupaten Kepulauan Meranti; di timur kabupaten Karimun dan kabupaten Indragiri Hilir; di selatan kabupaten Kuantan Singingi dan Pasir Penyu, Indragiri Hulu; di barat kabupaten Kuantan Singingi, kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru. Kabupaten Pelalawan terdiri kecamatan-kecamatan: Bandar Petalangan, Bandar Sei Kijang, Bunut, Kerumutan, Kuala Kampar, Langgam, Pangkalan Kerinci, Pangkalan Kuras, Pangkalan Lesung, Pelalawan, Teluk Meranti, Ukui (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah sungai Batang Kampar? Seperti di sebut di atas, sungai Batang Kampar adalah sungai besar yang di wilayah hulu sungai Kampar Kiri dan sungai Kampar Kanan. Tempo doeloe di daerah aliran sungai ini terdapat Kerajaan Batoe Besoerat di hulu sungai Kampar Kanan, Kerajaan Pelalawan di hilir. Lalu bagaimana sejarah sungai Batang Kampar? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Sungai Batang Kampar; Kerajaan Batoe Besoerat di Hulu Kampar Kanan, Kerajaan Pelalawan di Hilir
Seperti disinggunhg pada artikel sebelum ini, sungai Kampar Kanan dan sungai Kampar Kiri di dekat kota/kampong Langgam. Dari Langgam ke hilir sungai hanya disebut sungai Kampar saja. Jauh di hilir Langgam terdapat kota/kampong Pelalawan. Lantas setua apa kampong Pelalawan? Satu yang jelas ada sejarah tua di wilayah hulu sungai Kampar Kanan dekat Kuok yakni kampong Batoe Besoerat (ditemukan prasasti masa lampau) dan kampong Muara Takus (ditemukan situas cabdi). Lalu bagaimana asal usul nama Palalawan.
Nama Pelalawan dulunya dieja Palalawan. Pada era Portugis salah satu pulau di kepulauan Filipina, yang menjadi penghubung dengan pantai utara (pulau) Borneo (kini Kalimantan). Pulau itu diidentidikasi dalam peta Portugis sebagao pulau Paragoa. Mengapa pulau diberi nama Paragoa? Hal ini mngingatkan nama-nama yang mirip dengan kota Goa di pantai barat India dan nama kerajaan di selatan pulau Sulawesi (kerajaan Gowa). Dalam perkembangannya nama pulau Paragoa tersebut kini dikenal sebagai pulau Palawan. Apakah ada kaitan nama Palalawan dengan nama Palawan.
Catatan sejarah wilayah Palalawan sangat minim. Mengapa? Satu yang jelas pada era Pemerintah Hindia Belanda, wilayah Palalawan baru bergabung dengan pemerintah belum lama. Berbeda dengan kepulauan Riau. Pada tahun 1863 wilayah daratan Riau dipisahkan dari keresedinan Riau dengan membentuk residentie Sumatras’ Oostkust dengan ibu kota di Bengkalis. Kesultanan Siak menjadi pendukung utama residentie baru ini.
Kerajaan Palalawan bergabung dengan Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1881. Hal itu setelah ratifikasi oleh Gubernur Jenderal pada tanggal 18 Oktober 1881 pada suatu perjanjian, dengan persetujuan lebih lanjut oleh pemerintah, antara Residen Pantai Timur Sumatera (baca: di Bengkalis) dan Tongkoe besar (pangeran) Palalawan (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1884). Setelah itu akan dilakukan pengukuran batas wilayah Palalawan. Disebutkan di sebelah barat berbatasan di ranau-ranau Berkoeah (dekat Goenoeng Sahilan); sebelah timur laut Si Baras-baras, dekat Taratak Boeloeh (di sungai Kampar); sebelah utara di sungai Dajoen (Siak). sebelah barat berbatasan dengan sungei Balat (Siak); sebelah timur berbatasan dengan sungai Danie (Riouw); dan selatan berbatasan dengan Si Bakal Berkoeah (Indragiri); serta pulau-pulau Serapong, Tepang, Labo, Penjalei, Pandjang, Si Kaloeang, Sikaladie dan Toggo. Namun sejauh ini hanua klaim dari pemimpin local di Palalawan dan oleh karena itu belum dapat diterima secara pasti.
Pada tahun 1864 Ir Everwijn melakukan ekspedisi timah di Kota Rena dekat kampong Batoe Besoerat di hulu sungai Kampar Kanan. Pendukung utama wilayah ini adalah distrik V Kota sebagaimana disebut Ir Everwijn. Lebih lanjut disebut distrik V Kotta tidak mempunyai hubungan politik dengan Poeloe Lawan (Palalawan).
Pangkal pertama perseteruaan
distrik-distrik di wilayah hulu sungai Kampar Kanan dengan (kerajaan) Palalawan
soal lalu lintas perahu-perahu pedagang distrik V Kota dengan penguasa
Palalawan. Menurut Ir Everwijn para pemimpin V Kota mengalihkan perdagangannya
melalui sungai Siak (via Patapahan) dan kerajaan Palalawan mengalami kerugian
besar. Sebagaimana diketahui wilayah hulu sungai Kampar Kanan (yang dekat
dengan wilayah Batak dan wilayah Minangkabau) merupakan salah satu simber
perdagangan yang kuat. Wilayah hulu Kampar Kanan dan wilayah Kampar (bagian
hilir) masih sama-sama wilayah independen. Lalu dalam perkembangannya wilayah hulu
Kampar Kanan menyatakan bergabung dengan pemerintah di Sumatra’s Westkust (di Padang)
pada tahun 1874 termasuk para pemimpin Kuwo, Loelo (Sallo) dan Bangkinan. Peta:
Langgam dan pertemuan sungai Kampar Kanan dan sungai Kampar Kiri
Kampong/kota Palalawan dalam hal ini jauh ke hulu di pegunungan dan jauh ke hilir di pantai. Kampong utama terdekat dari kampong Palalawan adalah kampong Langgam. Untuk memahami kampong Palalawan haruslah memperhatikan keberadaan kampong Langgam (dimana sungai Kampar Kanan dan sungai Kampar Kiri bertemu). Mengapa? Sejarah tidak selalu berdasarkan catatan tertulis.
Secara geomorfologis wilayah
(kerajaan Palalawan) terbilang sangat rendah, Di arah hulu di sungai Kampar
Kiri tidak jauh dari kampong Goenoeng Sahilan ketinggian kedua sisi sungai
drastic menurun mulai dari 10 Mdi dan terus turun menjadi 7 M dpl di kampong
Rantau Kasik dan kampong Mentulik (6 M dpl). Di arah hilir sungai Kampar Kiri
bertemu dengan sungai Kampar Kanan dekat Langgam, kampong dengan elevasi antara
6 dpl (ketinggian yang sama dengan kampong Pekan Baroe). Sementara itu di hulu
wilayah sungai Kampar Kanan di Bangkinang di arah selatan perbukitan dengan
elevasi 40 M, lalu kemudian setelah kampong Air Tiris di arah timur drop dengan
elevasi 24 M dpl dan kemudian drop lagi di kampong Danao Bengkoeang dengan elevasi
20 M. Pada wilayah antara Air Tiris
dengan kampong Danao Bengkoeng di sebelah timur (ke arah sungai Tapung Kiri) terdapat
banyak rawa-rawa yang luas. Lalu lebih ke hilir lagi lebih banyak rawa-rawa
antara wilayah Danao Bengkoeang dengan wilayah Taratak Boeloeh tidak hanya arah
utara sungai juga di arah selatan sungai Kampar Kanan. Wilayah Taratak Boeloeh
rata-rata 10 M dpl (suatu ketinggian yang sangat rendah di wilayah dataram yang
luas). Ada jalan darat dari kampong Pekan Baroe di sungai Siak dengan kampong
Taratak Boeloeh di selatan (sungai Kampar Kanan). Bandingkan elevasi kampong
Taratak Boeloeh dengan kampong Pekan Baroe dengan elevasi 5 M. Tidak jauh ke
hilir Taratak Boeloeh di kampong Boeloe Tjina/Bentoe elevasi setinggi 6 M.
Demikian seterusnya hingga ke muara di Langgam.
Serendah apa elevasi kampong Palalawan? Seperti disebut di atas kampong Langgam saja dengan elevasi 6 M dpl. Apa yang bisa dibayangkan dengan ketinggian 6 M di suatu wilayah dataran yang sangat luas pada masa lampau? Apakah wilayah setinggi itu adalah suatu perairan/laut?
Secara geomorfologis,
wilayah kampong Langgam berada tepat di sisi selatan sungai Kampar, Tepat
berada di belakang kampong Langgam adalah suatu area perbukitan dengan titik tertinggi
49 M dpl. Dapat dikatakan kampong Langgam adalah ujung suatu tanjung, yang semakin
jauh ke selatan semakin tinggi seperti pada titik 71 M dan demikian seterusnya
hingg ke selatan. Sebagaimana masa kini wilayah selatan ini pada masa ini dikenal
sebagai wilayah Taman Nasional Tesso Nilo. Dari wilayah taman nasional ini
mengalir sungai Nilo yang bermuara ke sungai Kampar (7 M) dan di arah hilir
berada kampong Palalawan (7 M). Di utara muara sungai Nilo ini terdapat kampong
Koerintji (26 M).
Kampong Langgam di pertemuan sungai Kampar Kanan dan sungai Kampar Kiri adalah suatu tanjung. Bagaimana dengan kampong Palalawan. Seperti dikutip di atas bahwa dulunya nama Palalawan dicatat sebagai Poeloe Lawan. Lalu apakah Palalawan adalah benar-benar sebagai suatu pulau di masa lalu?
Secara geomorfologis kampong
Palalawan berada di sisi utara sungai Kampar. Kampong ini berada pada elevasi 7
M. Bagaimana kampong ini dapat dikatakan berada di suatu pulau. Dalam peta di sisi
utara kampong bermuara sungai Palalawan. Nama sungai ini diberikan mengambil
nama kampong Palalawan. Masih dalam peta ada dua sungai kecil yang mengapit area
perkampong Palalawan, yang satu bermuara ke sungai Kampar dan yang satu lagi
bermuara ke sungai Palalawan (Namanya sungai Kaboeng). Besar dugaan kampong
Palalawan dulunya adalah suatu pulau di tengah perairan/laut. Proses
sedimentasi jangka panjang terbentuk daratan yang mana yang pertama terbentuk area
kampong Palalawan. Lalu bagaimana dengan sungai-sungai di sekitar kampong
Palalawan hampir semuanya dari arah utara. Proses sedimentasi jangka panjang
lebih awal terjadi dibandingkan di sisi selatan sungai Kampar.
Jika nama Palalawan bermula dari nama Poeloe Lawan, lantas mengapa nama pulau disebut Lawan? Tentu saja nama kosa kat ‘lawan’ dalam KBBI yang diartikan imbangan; bandingan; tandingan. Besar dugaan ‘lawan’ adalah suatu komoditi berharga di masa lalu.
Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1844: “Kelas Thijmelea jarang terwakili di Batavia, dengan beberapa spesies terbatas hampir secara eksklusif pada beberapa pohon Laurel, yang dibawa ke sini dari hutan pegunungan atau dari daerah lain terutama untuk diambil kulit kayunya yang pedas. Ini terutama mencakup Kiamis (Cinnamomum Zeylanicum Nees dan Cinnam. Chinenne), yang sekarang merupakan barang budaya penting di tempat lain di Jawa. Namun berbagai jenis kulit pohon lainnya tersedia dalam jumlah besar di perdagangan penduduk pribumi di pasar-pasar Batavia. Sintok (Cinnam. Sintoc BI.), Koeliet Lawan (Cinnam. Culilawan BI.), Massoi, (Cinnam. spec?) (1) dll., semuanya sangat dihargai oleh penduduk pribumi, sering dikunyah oleh mereka sebagai bumbu dan keduanya di suku Melayu dan Jawa sebagai pengobatan Eropa mempunyai nilai yang tidak sedikit. Minyak atsiri dari kulit kayu ini terutama digunakan oleh penduduk asli, sebagian untuk menyegarkan diri dan memberikan aroma harum pada tubuh, dan sebagian lagi sebagai tonik yang kuat dan bahan penghangat untuk usus, yang untuk tujuan tersebut mereka juga menggunakannya untuk menggosok kulit’.
Lawan adalah nama pohon yang kulitnya diperdagangkan (seperti kulit manis). Pohon ini tumbuh di daerah pegunungan. Lalu apa hubungan pohon Lawan dengan Poeloe Lawan? Besar dugaan dulunya kampong Palalawan adalah pusat perdagangan kulit pohon Lawan yang didatangkan dari wilayah hulu sungai (Kampar Kanan atau Kampar Kiri) yang kemudian diteruskan ke perdagangan di Jawa.
Nama lawan sebagai nama tempat tentu saja tidak hanya nama Poeloe Lawan. Juga ada nama tempat di wilayah Kalimantan Barat yakni kampong Lawan Kwari di distrik Skadouw (lihat Natuurkundig tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, 1851). Bagaimana dengan nama tempat Serba Lawan di Simaloengoen? Tampaknya nama Poeloe Lawan pada masa lalu merupakan tempat yang penting. Pada masa lalu kampong Palalawan menjadi tempat yang penting, nama ketika nama ini menjadi nama kabupaten pada masa ini obu kota tidak di kampong Poeloe Lawan tetapi di Korintji (kini Pangkalan Kerinci). Yang jelas pada masa ini wilayah hilir kampong Palalawan dan selatan kampong Langgam adalah wilayah yang sangat sepi (lihat peta satelit).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kerajaan Batoe Besoerat di Hulu Kampar Kanan, Kerajaan Pelalawan di Hilir: Lain Dulu Lain Kemudian
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar