Gonjang ganjing politik, pasang surut politik adalah pangkal masalah ekonomi. Siapa yang berkuasa, dialah yang membuat kebijakan yang dapat mengarahkan kemana arah ekonomi berjalan. Pada Kabinet Burhanuddin Harahap, kebijakan ekonomi telah membuat ekonomi lebih terkendali. Namun pada cabinet Ali II, selain kebijakan ekonomi mulai tidak terarah juga ada indikasi yang kuat adanya korupsi. Mosi tidak percaya muncul, serangan pers makin kuat, sementara di sisi yang lain harga-harga merangsek naik. Kabinet Ali II digugat. Demonstrasi sudah mulai menghangat. Akhirnya Kabinet Ali II tumbang. Presiden Sukarno mengambil alih jabatan Perdana Menteri yang kemudian dibentuk Kabinet Kerja I (sejak 10 Juli 1959). Dalam jabatan rangkap Sukarno (Presiden merangkap Perdana Menteri) Mr. Arifin Harahap dipromosikan menjadi Menteri (Muda) Perdagangan. Situasi dan kondisi ekonomi makin runyam. Mr. Arifin Harahap yang menjadi Menteri Perdagangan menjadi sasaran tembak, padahal gerak menurun ekonomi sudah meluncur jatuh sejak Kabinet Ali II. Akhirnya Sukarno meresuffle cabinet dan membentuk cabinet baru 18 Februari 1960 (Kabinet Kerja II).
Algemeen Handelsblad, 19-01-1960: ‘Di Jakarta: Demonstrasi
terhadap kenaikan harga. Untuk pembangunan, Departemen Perdagangan di Jakarta
kemarin menjadi sasaran melawan meningkat pesat biaya hidup. Wanita mengenakan
tanda-tanda dengan tulisan seperti ‘Anak-anak kita telanjang’. Dimana pakaian,
di mana makanan? Para demonstran yang sebagian besar berafiliasi dengan serikat
pekerja dikendalikan federasi serikat pekerja oleh komunis. Mereka menuntut
penurunan harga umum 50 persen. Menteri Perdagangan Arifin Harahap menolak
delegasi dari para pengunjuk rasa untuk menerima. Gedung kantor menteri dijaga
oleh polisi militer. Harga emas di Jakarta kemarin 460-470 rupiah per gram, dolar
diperdagangkan di pasar terbuka 320-350 rupiah. Dua minggu lalu, harga emas 250-270
dan dolar 200-240 rupiah’.
Pada saat Kabinet Kerja I demisioner, posisi
semua menteri kosong, tetapi fungsi Mr. Arifin Harahap tetap jalan, tetapi tidak
lagi sebagai Menteri Perdagangan melainkan (kembali) sebagai Sekjen Departemen
Perdagangan. Sebagaimana diketahui, jabatan menteri adalah jabatan politis,
ketika secara politis menteri kosong, aktivitas Departemen (Perdagangan) tetap
jalan yang mana posisi tertinggi dijabat oleh Sekjen (jabatan tertinggi pegawai
karir). Oleh karena Mr. Arifin Harahap pejabat karir di Departemen Perdagangan,
maka secara otomotis Mr. Arifin Harahap kembali menjadi sebagai sekjen.
Dalam situasi demisoner ini, Mr. Arifin Harahap sebagai
Sekjen Departemen Perdagangan tetap menjalankan tugasnya. Salah satu yang
dilakukan Mr. Arifin Harahap adalah melakukan peresmian pembukaan Akademi Dinas
Perdagangan. Akademi ini telah lama digagas Mr. Arifin Harahap. Oleh karena
kekosongan jabatan menteri, maka yang meresmikan adalah sekjen yang dijabat
oleh Mr. Arifin Harahap sendiri. Peresmian berlangsung pada tanggal 23 Februari
1960.
Dengan terbentuknya Kabinet Kerja II yang dimulai
tanggal 18 Februari 1960, kinerja pemerintah akan lebih baik. Dalam daftar
final cabinet baru ini nama Mr. Arifin Harahap tetap muncul yakni sebagai Menteri
Perdagangan. Ini berarti Mr. Arifin Harahap naik lagi dari Sekjen menjadi
Menteri Perdagangan.
Ekonomi Indonesia semakin runyam. Pengadaan
impor sudah tertasi tetapi tidak banyak membantu karena kekurangan devisi.
Kerjasama ekonomi dengan asing (khususnya dengan Belanda) telah ditolak. Kini
giliran ekspor yang menjadi masalah. Mr. Arifin Harahap pada tahun 1957 ketika
masih menjadi Dirjen Daglu ikut menghadiri Sidang GATT di Geneva soal
pembentukan pasar Eropa (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 24-10-1957).
Namun pasar Eropa tidak menguntungkan
Indonesia malahan memperburuk situasi.
Friese koerier: onafhankelijk dagblad voor Friesland en
aangrenzende gebieden, 02-08-1961: ‘Pasar umum Eropa dari sisi perdagangan luar
negeri Indonesia dianggap pukulan luar biasa berat dan bahkan dapat mengacaukan
perkembangan negara kita, menurut pernyataan oleh Menteri Perdagangan Indonesia,
Mr. Arifin Harahap. The Market Common bisa sangat menyesakkan bagi kami, kata Ariifin.
Tapi juga bisa kerugian untuk semua negara-negara yang perekonomiannya
bergantung pada ekspor bahan baku dan produk. Sebagai contoh, yang disebut Arifin,
kopi Indonesia kena pajak 16 persen akan dikenakan di Eropa. Walaupun kualitas
koffie kami lebih baik, kata Harahap, Ini jelas kami tidak akan mampu bersaing
dengan koloni Eropa. Di sini ia melihat ancaman serius bagi pengembangan
negara. Menteri Arifin mengharapkan bahwa perdagangan kita akan menghasilkan
sekitar 4 miliar roepiah’.
Ketika Eropa membuat tekanan terhadap
Indonesia, tetapi masih ada jalan keluarnya yakni dengan melirik Negara non
Eropa. Masih banyak Negara tujuan ekspor selain Eropa, seperti Negara-negara
Latin (Amerika Tengah dan Selatan).
Gereformeerd gezinsblad / hoofdred. P. Jongeling, 04-11-1961:
‘Meksiko dan Indonesia telah menandatangani perjanjian komersial dengan jangka
waktu tiga tahun, negara-negara ini telah memberikan satu sama lain status
bangsa saling menguntungkan. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Menteri
Perdagangan Indonesia, Dr. Arifin Harahap, Duta besar Indonesia, Ismael Taajeb,
Menteri Luar Negeri Meksiko Manuel Tello dan Menteri Perdagangan dan Industri,
Raul Lorenzo. Perjanjian tersebut meliputi empat belas produk yang Indonesia
akan membeli di Meksiko, termasuk kapas, benang kapas dan tekstil, tembaga dan
besi dan baja pipa. Meksiko akan membeli sebelas produk Indonesia, termasuk
karet, kayu manis, lada hitam, kopi dan pala’.
Indonesia juga melihat kemungkinan dengan
Inggris sendiri (di luar Eropa daratan). Inggris dan Australia adalah dua Negara
yang secara historis memiliki hubungan baik. Indonesia sejauh ini telah
memiliki hubungan dagang yang baik dengan Australia. Hubungan dagang Indonesia
dan Asutralia ini secara intens sejak awal dikembangkan oleh Mr. Arifin Harahap.
Nieuw Guinea koerier: de groene: onafhankelijk dagblad
voor Ned. Nieuw Guinea, 10-11-1961: ‘Menteri Perdagangan Indonesia Dr Arifin
Harahap, telah tiba di London kemarin untuk kunjungan empat hari. Dia menjadi tamu
dari pemerintah Inggris. Dia akan membahas hubungan perdagangan antara Inggris
dan Indonesia. Ekspor Inggris ke Indonesia adalah tiga kali lebih tinggi dari
impornya. Minggu Dr. Harahap dari London akan pergi untuk mengunjungi beberapa
negara Eropa’.
Nieuwsblad van het Noorden. 11-11-1961: ‘Indonesia
terhadap keanggotaan Inggris dari EEC. Menteri Perdagangan Indonesia Arifin
Harahap telah mengumumkan kemarin di London bahwa ia dan Frederick Erroll, Presiden
British Council Trade mengatakan bahwa Indonesia telah mengambil sedikit
rekening aksesi Inggris untuk Masyarakat Ekonomi Eropa, karena Indonesia takut
bahwa negara-negara pengekspor produk yang sama ke Inggris sebagai Indonesia
lebih suka jika negara-negara ini memiliki beberapa hubungan dengan EEC. Erroll
meyakinkannya, bagaimanapun, bahwa Indonesia pada saat itu tidak perlu takut’.
Kabinet Kerja II berakhir 6 Maret 1962. Saat
ini Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Serikat (MPRS) adalah Chaerul Saleh
dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR GR) adalah Zainul Arifin
Pohan. Zainul Arifin Pohan meninggal dunia pada tanggal 2 Maret 1963, yang mana
10 bulan sebelumnya Zainul Arifin Pohan tertembak disamping Soekarno saat
melakukan shalat Idul Adha.
Selama ini Mr. Arifin Harahap berada di bidang
distribusi. Namun pada Kabinet Kerja III (6 Maret 1962) Mr. Arifin Harahap
diangkat sebagai Menteri Urusan Anggaran Negara (bidang keuangan). Dalam bidang
keuangan ini terdapat tiga pos menteri: selain Menteri Urusan Anggaran Negara adalah
Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan, dan Pengawasan; dan Menteri Urusan Bank
Sentral.
Mr. Arifin Harahap dalam Kabinet Kerja III tentu
saja tidak asing dengan bidang keuangan, karena selama ini bidang perdagangan
dan bidang keuangan adalah dua bidang yang saling menunjang (dan masing-masing
memahami tugas partnernya satu sama lain. Kabinet Kerja III berakhir 13 November 1963
Bersambung:
Mr. Arifin Harahap (5): Menjadi Duta Besar
untuk Alzajair; Sukarno dan Arifin Harahap Digantikan Suharto dan Adam Malik
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap dari berbagai sumber tempo doeloe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar