Mr. Arifin Harahap (1968) |
Selama tujuh
tahun dalam tujuh kabinet Era Sukarno, Mr. Arifin Harahap telah menjabat
Menteri Muda Perdagangan, Menteri Urusan Anggaran Negara dan Wakil Menteri Bank
Sentral (Bank Indonesia).
Sebaliknya,
Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap riwayat karir dan sepak terjangnya sejak era
Belanda, Jepang dan Republik sangat luar biasa banyaknya. Demikian juga,
riwayat Burhanuddin Harahap cukup mudah untuk ditelusuri. Lantas mengapa kisah Mr.
Arifin Harahap tidak muncul ke permukaan? Jawabnya: Mr. Arifin Harahap adalah
seorang yang low profile, dan posisinya sebagai menteri yang berurusan dengan
perdagangan, anggaran negara dan kebanksentralan tidak terlalu hingar bingar
karena jauh bersentuhan dari urusan perebutan politik pada saat itu.
Anak Jaksa di
Sibolga, Lulus Sekolah Hukum di Batavia
Arifin
Harahap lulus sekolah hukum (Recht Hooge School) di Batavia tahun 1939 (lihat De
Indische courant, 19-08-1939). Setelah itu kabar beritanya tidak muncul lagi. Arifin
Harahap menyelesaikan pendidikan dasar (HIS) di Sibolga kemudian melanjutkan
studi (MULO) di Batavia. Arifin Harahap lulus MULO Menjangan (Bataviaasch nieuwsblad, 08-05-1931) dan AMS di Batavia.
Ayah Arifin Harahap bernama Djamin gelar Baginda Soripada (lahir di
Sipirok). Setelah lulus ELS, Djamin Harahap magang di kantor pemerintah di
Medan. Setelah menikah Djamin menggunakan namanya sebagai Djamin Baginda
Soripada. Anak pertama Djamin gelar Baginda Soripada lahir 1907 di Medan.
Setelah beberapa tahun sebagai calon pegawai, akhirnya Djamin gelar Baginda
Soripada diangkat sebagai pegawai di kantor Residentie di Medan (De Sumatra
post, 27-02-1911). Di lingkungan residenti ini, kemudian Djamin diangkat
menjadi mantri polisi. Pada bulan Mei 1914, Djamin diangkat sebagai
Adj-hoofddjaksa di Tanjoeng Poera (Bataviaasch nieuwsblad, 12-05-1914). Lalu
kemudian pada tahun 1915 Djamin Baginda Soripada dipindahkan ke Sibolga sebagai
Hoofddjaksa. Tidak lama kemudian, Djamin dipindahkan lagi ke Sabang. Dalam
manifest kapal s.s. de Weert yang berangkat tanggal 16 Januari 1916, Djamin
berangkat dengan istri dan empat orang anak. Kemudian, setelah dari Aceh,
Djamin dipindahkan lagi ke Sibolga sebagai kepala djaksa. Djamin Baginda
Soripada memiliki tujuh anak: empat laki-laki dan tiga perempuan. Arifin
Harahap lahir di Sibolga, Residentie Tapanuli. Koran Bataviaasch nieuwsblad,
30-05-1929 melaporkan bahwa Djamin Baginda Soripada mantan djksa di Sibolga
diangkat menjadi komisi di kantor Binnenlandsch Bestuur Tapanoeli di Sibolga.
Selanjutnya dalam Bataviaasch nieuwsblad, 24-05-1939 memberitakan bahwa Djamin Baginda Soripada diangkat menjadi
komisi-3 di Kantor Pelayanan Pegawai Negeri Sipil Luar Jawa (Buitengewesten),
yang mana yang bersangkutan sekarang sementara berugas sebagai komisi kelas-3
di kantor tersebut.
Namanya
baru kemudian muncul tahun 1946 ketika rombongan terakhir Pemerintah Republik
Indonesia hijrah dari Jakarta ke Jogjakarta. Rombongan terakhir ini berkumpul
di bekas rumah Sutan Sjahrir yang terdiri dari bagian Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Informasi dan Kementerian Perhubungan. Dalam rombongan ini termasuk
Mr. Arifin Harahap. Rombongan terakhir ini berangkat dari Stasion Manggarai
menuju Jogja yang dikawal oleh polisi Belanda (Nieuwe courant, 17-10-1946).
Sementara itu d
Jogjakarta sudah dibentuk Kabinet Sjarir III. Dalam kabinet ketiga Sutan
Sjahrir ini, posisi Amir Sjarifoeddin Harahap sebagai Menteri Pertahanan pada
waktu kabinet sebelumnya diubah menjadi Menteri Keamanan Rakyat. Perubahan
kementerian ini besar kemungkinan karena pertahanan sudah porak-poranda oleh
Belanda dan republik lebih memperhatikan keamanan rakyat (dan
mengkonsolidasikan laskar dan pembentukan kesatuan tentara RI) . Namun kabinet
Sjarir ini tidak lama lalu digantikan oleh Kabinet Amir Sjarifoeddin Harahap
(mulai 3 Juli 1947). Perdana Menteri
Amir Sjarifoeddin Harahap merangkap Menteri Pertahanan (hingga 29 Januari 1948).
Sekretaris Delegasi RI di Batavia
Pertikaian
antara militer Belanda (berpusat di Batavia)
dan Republik Indonesia (berpusat di Jogjakarta) adakalanya dilakukan
dalam hubungan diplomatik. Di Jogjakarta dan di Batavia dibentuk Sekretariat
Delegasi Republik (Indonesia) yang bertugas untuk menyiapkan dan memfasilitasi
setiap kepentingan Republik baik di Jogjakarta maupun di Batavia, yakni
Perjanjian Renville.
Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia
dengan Belanda yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak
kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat netral, USS Renville, yang berlabuh
di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan dimulai pada tanggal 8
Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN), Committee of Good
Offices for Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia
Dalam Persetujuan Renville tanggungjawab yang
berat ini terletak dipundak Amir sebagai negosiator
utama dari Republik Indonesia. Kabinet Amir Sjarifuddin mengundurkan diri
dengan sukarela dan tanpa perlawanan samasekali, ketika disalahkan atas
persetujuan Renville oleh golongan Masyumi dan Nasionalis. Kabinet Amir
digantikan oleh Kabinet Hatta. Amir Sjarifoeddin Harahap lalu tenggelam setelah
menjadi Menteri pada Kabinet Presidensial, Kabinet Sjahrir I, Kabinet Sjahrir
II, Kabinet Sjahrir III serta menjadi Perdana Menteri sejak 3 Juli 1947 hingga 29
Januari 1948: Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Kabinet Amir Sjarifuddin II.
Untuk adanya
fungsi penghubung, antara Belanda dan Republik Indonesia, Sekretariat Delegasi
Republik (Indonesia) tetap dipertahankan. Kepala kantor sekretariat untuk
Djokja adalah Setiadjit dan di Batavia diangkat Mr. Arifin Harahap (Nieuwe
courant, 27-04-1948).
Kabinet
Hatta setelah Perjanjian Renville juga terus mengalami perubahan cepat
(dinamika politik) sebagaimana di era Kabinet Amir Sjarifoeddin Harahap.
Amir
Sjarifoeddin Harahap anti fasis dan terbilang satu-satunya pemimpin anti Jepang
di Indonesia pada masa pendudukan. Pada bulan Januari 1943 ia tertangkap oleh
fasis Jepang, di tengah gelombang-gelombang penangkapan yang berpusat di
Surabaya. Kejadian ini dapat ditafsirkan sebagai terbongkarnya jaringan suatu
organisasi anti fasisme Jepang yang sedikit banyak mempunyai hubungan dengan
Amir. Dalam identifikasi penting kejadian Surabaya oleh Jepang, dari
sidang-sidang pengadilan tahun 1944, hukuman terberat dijatuhkan pada bekas
para pemimpin Gerindo dan Partindo Surabaya. Amir Sjarifoeddin Harahap mendapat
siksaan terberat dari militer Jepang.
Kabinet
Hatta mulai gamang. Di satu sisi (luar) harus bertahan terhadap militer Belanda
bangsa lain dan di sisi lain (dalam) harus rebutan politik dengan PKI bangsa
sendiri. Akhirnya pemberontakan PKI meletus di
Madiun.
Pemberontakan
PKI 1948 atau yang juga disebut Peristiwa Madiun adalah pemberontakan komunis
yang terjadi pada tanggal 18 September 1948 di kota Madiun. Pemberontakan ini
dilakukan oleh anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan partai-partai kiri
lainnya yang tergabung dalam organisasi bernama "Front Demokrasi
Rakyat" (FDR).
Setelah
Peristiwa Madiun 1948, pada masa pemerintahan Hatta PKI yang berupaya membentuk
negara komunis di Madiun dan menyatakan perang terhadap Kabinet Hatta. Amir Sjarifuddin, sebagai salah seorang tokoh yang
dikaitkan-kaitkan PKI (rumor), yang pada saat peristiwa Madiun meletus sedang
berada di Yogyakarta dalam rangka kongres Serikat Buruh Kereta Api
(SBKA) turut ditangkap beserta beberapa kawannya.
Pada 19 Desember
1948, sekitar tengah malam, di kompleks makam desa Ngalihan, kepala Amir
Sjarifuddin ditembak dengan pistol oleh seorang letnan Polisi Militer, sebuah
satuan khusus dalam Angkatan Bersenjata Indonesia.
Sebelum itu beberapa orang penduduk desa setempat diperintahkan menggali sebuah
lubang kubur besar. Dari rombongan sebelas orang yang diangkut dengan truk dari
penjara di Solo, Amir orang pertama yang ditembak mati malam itu. Beberapa hari
sebelumnya, ia dan beberapa orang lainnya, secara diam-diam telah dipindahkan
ke rumah penjara ini dari tempat penahanan mereka di Benteng Yogyakarta.
Nasi
sudah jadi bubur. Amir meninggal di Surakarta, Jawa Tengah, 19 Desember 1948
pada umur 41 tahun. Namun, rumor tentang Amir Sjarifoeddin Harahap terus
menggelinding bahkan hingga ini hari. Amir Sjarifoeddin Harahap tewas di tangan
orang-orang bangsa sendiri ketika Amir Sjarifoeddin Harahap tanpa henti
memperjuangkan, merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari penjajah asing,
Amir
Sjarifoeddin Harahap adalah satu-satunya yang berada di Indonesia yang
konsisten berjuang melawan penjajah (Belanda dan Jepang) tanpa pernah bersedia
diajak kerjasama dan tanpa mau menyerah. Sejumlah analisis pada jelang
kemerdekaan RI, hanya Amir Sjarifoeddin Harahap yang memiliki portofolio
tertinggi (tapi Amir Sjarifoeddin Harahap tengah berada di penjara militer
Jepang) ketika Sukarno-Hatta ‘dipaksa’ untuk membacakan Teks Proklamasi
Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945.
Kabinet
Hatta dibubarkan setelah setahun Amir dieksekusi pada 14 Desember 1949. Proses
ini merupakan lanjutan hasil dari KMB yang mana Belanda telah mengakui
kedaulatan RI. Dalam masa transisi ini politik mengarah ke dalam pembentukan
Negara Serikat yang mana Repulik Indonesia termasuk di dalamnya. Pemerintah
yang dibentuk disebut Kabinet RIS, M. Hatta sebagai Perdana Menteri.
Satu hal, nama Mr.
Arifin Harahap belum popular dan tenggelam di antara tokoh-tokoh lainnya yang
ikut berpolitik, seperti: Zainul Arifin Pohan, Abdul Haris Nasution, Zulkifli
Lubis, Abdul Hakim Harahap dan FL Tobing. Mr. Arifin Harahap bukan politisi
tetapi birokrat murni. Karena itu, di awal karirnya tidak terlalu dikenal
tetapi di dalalm perkembangannya nama Mr. Arifin Harahap tidak terpisahkan
dengan pembangunan dan pengembangan ekonomi di8 tahap permulaan Pemerintahan Indonesia
(Pasca Kedaulatan RI).
Untuk
sekadar diketahui, Mr. Arifin Harahap adalah adik kandung Mr. Amir Sjarifoeddin
Harahap, pejuang kemerdekaan yang menjadi Perdana Menteri. Mr. Arifin Harahap adalah juga sepupu dari
Mr. Todung Harahap gelar Sutan Gunung Mulia, PhD, yang menjabat sebagai Menteri
Pendidikan yang kedua setelah Ki Hadjar Dewantara. Mereka bertiga adalah cucu
dari Sutan Gunung Tua di Padang Sidempuan (murid pertama Nommensen).
Bersambung:
Mr.
Arifin Harahap (2): Birokrat yang Menata Ekonomi RI; Kementerian Perdagangan
Dibentuk Wakil Perdana Menteri Abdul Hakim Harahap
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap dari
berbagai sumber tempo doeloe ditambah dari Wikipedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar