Pada tahun 1957 di Jakarta berkumpul sejumlah
tokoh penting yang berasal dari Tapanuli yang diantaranya berasal dari Tapanuli
Selatan. Salah satu yang hadir adalah Binanga Siregar yang pernah sebelumnya
sebagai Residen Sumatera Timur (1952-1954) dan kini menjadi Residen Tapanoeli (diangkat
sejak 1954). Dalam pertemuan itu, Binanga Siregar berbicara atas nama Residen
dan anggota majelis konstituante Tapanoeli.
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 22-01-1957: ‘Pertemuan para pemimpin Tapanuli. Pada hari
Minggu di Jakarta masyarakat Tapanuli membahas situasi terkini di Sumatra.
Dengan suara bulat diputuskan membentuk dewan. Salah satu wacana untuk
mewujudkan Tapanuli sebagai provinsi namun itu masih dipertimbangkan karena
dapat terjadi perpecahan di Provinsi Sumatera Utara. Pertemuan pada hari Minggu
itu antara lain dihadiri oleh Abdul Hakim, Prof. Mr. Dr. Todung Sutan Gunung
Mulia, Sutan Guru Sinomba, Mr. Basjaruddin Nasution, Ir. Tarip Harahap,
Aminuddin Lubis, Mr. AM Tambunan, M. Hutasoit, Mr. Rufinus Lumbantobing, Ir. Debataradja,
Mr. Elkana Tobing, S. Pandjaitan, Mayor Jenderal TB Simatupang dan Binanga
Siregar, anggota dari Konstituante Tapanuli’.
Inisiatif
Pendirian Universitas Tapanuli
Binanga Siregar pada bulan September 1957
berinisiatif mengusulkan untuk didirikannya universitas di Tapanuli.
Sebagaimana diketahui, pendirian Universitas Sumatera Utara belumlah lama
berselang. Universitas Sumatera Utara didirikan pada tahun 1951 yang
inisiatifnya berasal dari Gubernur Sumatera Utara Abdul Hakim Harahap.
Inisiatif Binanga Siregar untuk mendirikan Universitas Tapanuli bukan untuk
menyaingi Universitas Sumatera Utara tetapi semata-mata untuk memberi jalan keluar
agar putra-putri Tapanuli tidak terlalu jauh kuliah karena para orangtua di
Tapanuli semakin menurun tingkat ekonominya.
Java-bode, 23-09-1957 |
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 23-09-1957. Universitas Tapanuli. Warga Tapanuli, yang juga anggota dari majelis konstituante, Binanga Siregar, menyatakan dalam sebuah wawancara dengan kantor berita PIA bahwa pengusulan Universitas Tapanuli adalah untuk kepentingan pendidikan semata, pencerdasan masa depan masyarakat di Tapanuli. Karena itu Binanga Siregar bersikeras untuk mendirikan sebuah universitas di Tapanuli. Pada saat ini di Tapanuli terdapat lima belas sekolah menengah, yang memberikan 200 lulusan setiap tahunnya. Lulusan ini harus pergi untuk kelanjutan studi mereka ke daerah-daerah di luar Tapanuli, prihatin karena memerlukan biaya besar, terutama jika mereka melanjutkan studi di Jawa’.
Penolakan
Usul pendirian Universitas Tapanuli mendapat respon di Tapanuli, namun sebagian penduduk Tapanuli agar universitas tersebut didirikan Tarutung. Namun dalam perkembangannya ketika Gubernur Sumatera Utara berkunjung pada bulan Oktober 1957 ke Tapanuli menganggap usulan itu tidak perlu direalisasikan.
Het nieuwsblad voor Sumatra, 23-10-1957. University of Tapanuli? Untuk beberapa waktu orang-orang terkemuka di Tapanuli menyarankan ide untuk mendirikan sebuah universitas di Tapanuli. Universitas ini dikabarkan akan dipusatkan di Tarutung. Hal ini dimaksudkan juga untuk membuka fakultas kedokteran, selain fakultas untuk hokum dan ilmu sosial. Gubernur Sumatera Utara, Mr. SM. Amin Nasution, yang pada saat perjalanan keliling Sumatera Utara, dan selama kunjungannya baru-baru ini di Tapanuli menolak gagasan mendirikan sebuah universitas untuk daerah Tapanuli. Kunjungan Mr. Amin tersebut dalam rangka melakukan "dengar pendapat" dengan partai politik tentang titik pandangan mereka 'apakah itu yang diinginkan setiap individu’.
Usulan dari bawah oleh Binanga Siregar (bottom-up) tidak sesuai dengan pandangan SM Amin Nasution sebagai gubernur (top down). Besar kemungkinan bahwa SM Amin Nasution menganggap sudah cukup universitas yang ada di Medan. Universitas Sumatera Utara sendiri baru mulai berkembang (dan penggagasnya adalah Gubernur Sumatera Utara sebelumnya: Abdul Hakim Harahap).
Pendirian Universitas Sumatra Utara Untuk Tapanuli, Atjeh dan Sumatra Timur
Pendirian Universitas Sumatera Utara pada dasarnya ditujukan untuk penduduk Sumatera Utara (Aceh, Tapanuli dan Sumatera Timur). Dalam pendirian Universitas Sumatera Utara pengumpulan dana juga dilakukan di Aceh dan Tapanuli. Inilah yang menyebabkan SM Amin Nasution menolak pendirian Universitas Tapanuli. Universitas Sumatera Utara juga ditujukan kepada putra-putri Tapanuli.
Het nieuwsblad voor Sumatra, 04-12-1951: ‘Di Medan dan sekitarnya, Universitas Untuk Sumatera Utara. Gubernur Sumatera Utara, Abdul Hakim Harahap mengirim surat yang ditujukan kepada coordinator dewan dari Aceh dan Tapanuli dan semua bupati di wilayah itu, yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dana di kalangan penduduk dalam rangka untuk meningkatkan modal bagi pendirian Universitas Sumatera Utara di Medan. Dana yang terkumpul akan dikelola oleh badan khusus, dan hal ini dimaksudkan bahwa pada awal tahun depan dapat memulai studi di universitas ini untuk Sumatera Utara. Gubernur Abdul Hakim menempatkan dalam suratnya menyatakan bahwa dia sudah berulang kali didesak untuk mengambil inisiatif untuk pendirian universitas yang mana mereka umumnya meminta untuk memulai fakultas kedokteran. Gubernur berharap bahwa pemerintah akan mengatur sebuah universitas di Medan yang mana sekarang ingin masyarakat Sumatera Utara memungkinkan dirinya untuk menaikkan dana yang diperlukan. Hal ini dipertimbangkan sebesar Rp 1 per kapita untuk memberikan kontribusi, selain kontribusi dari sector perdagangan, industri dan lainnya. Gubernur berharap pengumpulan daba selesai pada akhir Februari’.
Apa yang dipikirkan oleh Binanga Siregar
dalam pendirian Universitas Tapanuli pada saat dulu boleh jadi tidak tepat.
Akan tetapi pemikiran Binanga Siregar ini menjadi relevan pada masa kini.
Pemikiran Binanga Siregar jauh ke masa depan dan terbukti pada masa kini
putra-putri Tapanuli semakin sulit mengakses perguruan tinggi, selain karena
jauh juga tingkat ekonomi penduduk terus semakin melemah.
Pada masa kini pemikiran kembali berulang, keinginan
untuk mendirikan universitas negeri di Padang Sidempuan sebagai wujud dari
inisiatif pendirian universitas di Tapanuli. Perlunya mendirikan universitas
negeri di Padang Sidempuan karena semakin sulit putra-putri Tapanuli Bagian Selatan
mengakses perguruan tinggi negeri. Mari kita dukung!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar