Hanya ada dua presiden di Indonesia yang begitu lama menjabat: Sukarno dan Suharto. Hanya ada dua orang yang begitu lama berada di rezim Sukarno dan rezim Suharto: Arifin Harahap dan Adam Malik Batubara. Arifin Harahap dapat dipercaya oleh Sukarno maupun Suharto; demikian juga Adam Malik dapat dipercaya Sukarno dan Suharto.
Adam Malik Batubara Menjadi Menteri Perdagangan
Pada Kabinet Kerja IV (sejak 13 November 1963)
yang masih tetap di bawah Perdana Menteri Sukarno, posisi Mr. Arifin Harahap
tetap sebagai Menteri Urusan Anggaran Negara. Untuk posisi Menteri Perdagangan
dijabat oleh Adam Malik Batubara. Sementara Abdul Haris Nasution naik dari
Menteri Pertahanan/Kepala Staf AD menjadi Menteri Koordinator Pertahanan dan
Keamanan. Ini berarti untuk kali pertama tiga putra-putra terbaik dari Tapanuli
Selatan duduk bersama dalam jajaran menteri. Kabinet Kerja IV berakhir 27
Agustus 1964)
Kabinet Dwikora I (27 Agustus 1964), Adam
Malik Batubara naik menjadi Menteri Koordinator Pelaksanaan Ekonomi Terpimpin. Mr.
Arifin Harahap digeser menjadi Menteri Negara. Jabatan Menteri
Koordinator/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal tetap dijabat oleh Abdul
Haris Nasution.
Menteri/Panglima Angkatan Darat, Letjen TNI Achmad Yani sampai
dengan 1 Oktober 1965 kemudian digantikan Mayjen TNI Pranoto Reksosamodra (sejak
3 Oktober 1965-14 Oktober 1965) dan kemudian digantikan oleh Mayjen TNI
Soeharto (sejak 16 Oktober 1965). Kabinet Dwikora I berakhir 22 Februari 1966
Mungkin banyak yang bertanya-tanya dimana itu
Tapanuli Selatan. Ibukota Padang Sidempuan. Ketika Medan masih kampong, Padang
Sidempuan sudah menjadi kota.
Tapanuli Selatan berada di Residentie Tapanuli beribukota
Padang Sidempuan. Tapanuli Selatan adalah pemerintahan sipil pertama yang
dibentuk Belanda di Sumatera Utara (1840). Sejak itu, Tapanuli Selatan cepat
berkembang dan maju sehingga penduduknya banyak merantau sebagai guru, dokter,
jaksa, dan penulis (pers dan kesusastraan), tidak hanya ke Atjeh, Sumatera Timur tetapi juga ke Raiau dab Djambi. Tentu saja ke Sumatra Barat, Batavia dan berbagai tempat di nusantara termasuk Surabaya di Jawa Timur, .
Kabinet Dwikora II, Presiden masih tetap Ir.
Soekarno. Kabinet ini diumumkan tanggal 21 Februari 1966. Kabinet ini dibentuk
pasca peristiwa G 30 S PKI (1965). Mr. Arifin Harahap tetap diangkat sebagai
menteri (diperbantukan pada Menteri Urusan Bank Sentral). Jabatan ini masih
sesuai dengan kompetensi Mr. Arifin Harahap (masih di bidang keuangan), dimana
jabatan sebelumnya Menteri Urusan Anggaran Negara.
Ini berarti Mr. Arifin Harahap telah bergeser dari bidang
perdagangan menjadi bidang anggaran negera dan kemudian bidang kebanksentralan.
Ketiga bidang ini masih satu bidang besar Ekonomi).
Suharto Menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat
Dalam Kabinet Dwikora II posisi Adam Malik
Batubara adalah Menko (diperbantukan pada Presiden untuk Urusan Hubungan
Ekonomi Luar Negeri). Jabatan sebelumnya di dalam Kabinet Dwikora I sebagai Menteri
Koordinator Pelaksanaan Ekonomi Terpimpin
Bidang Pertahanan dan Keamanan pada Kabinet Dwikora II
adalah sebagai berikut: Menteri Koordinator, Mayjen
TNI Sarbini; Wakil Menteri Koordinator, Mayjen
TNI Mursyid; Menteri/Panglima Angkatan Darat, Letjen. TNI Soeharto, Menteri/Panglima
Angkatan Laut, Laksda TNI Muljadi, Menteri/Wakil Panglima Angkatan Laut, Mayjen
KKO R.Hartono; Menteri/Panglima Angkatan Udara, Laksda Udara Sri Muljono
Herlambang; dan Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian, Kom Jen Pol Soetjipto
Joedodihardjo.
Lantas beberapa posisi terjadi kokosongan
jabatan. Posisi yang digantikan sangat strategis. Dua orang yang menggantikan
adalah Adam Malik dan Hamengkubuwono. Wakil Perdana Menteri I, Dr. Subandrio
sejak tanggal 18 Maret 1966 digantikan oleh Sultan Hamengkubuwono IX (ad-interim)
yang menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Pembangnan. Wakil Perdana
Menteri III, Chaerul Saleh pada tanggal yang sama (18 Maret 1966) digantikan Adam
Malik (ad-interim). Adam Malik juga menggantikan Menteri Luar Negeri dan Hubungan
Ekonomi Luar Negeri, Dr. Subandrio (ad-interim) pada tanggal yang sama. Namun
tidak lama, karena Kabinet Dwikora II berakhir pada 27 Maret 1966.
Adam Malik dan Hamengkubuwono, posisinya tidak hanya
strategis dalam cabinet, tetapi sudah tampak powerful. Lantas apa posisi
Suharto? Masih tetap sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat.
Kabinet Dwikora III sejak 31 Maret 1966 dibentuk.
Nama-nama seperti Subandrio dan Chaerul Saleh tidak ada lagi. Kekuatan lama
sudah digantikan kekuatan baru. Tiga nama yang menjabat posisi strategis adalah
Adam Malik (Wakil Perdana Menteri untuk urusan Sosial dan Politik) yang
merangkap sebagai Menteri Luar Negeri; Letjen Suharto (Wakil Perdana Menteri
Pertahanan dan Keamanan merangkap Menteri Panglima Angkatan Darat) dan
Hamengkubuwono (Wakil Perdana Menteri untuk Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan).
Lantas apa posisi Mr. Arifin Harahap? Sebagai Asisten II
Waperdam untuk Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan. Mr. Arifin Harahap akan
membantu Hamengkubuwono. Kemampuan dan pengalaman Mr. Arifin Harahap tidak ada
yang meragukan.
Namun Kabinet ini diubah lagi tanggal 25 Juli
1966 dengan membentuk Kabinet Ampera I (28 Juli 1966). Ketua Presidium Kabinet
Ampera adalah Soeharto yang merangkap Menteri Utama bidang Pertahanan dan
Keamanan dan juga merangkap sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat). Adam
Malik menjadi Menteri Utama bidang Politik (merangkap Menteri Luar Negeri) dan
Hamengkubuwono sebagai Menteri Utama bidang Ekonomi dan Keuangan. Tiga orang
ini telah menduduki jabatan tertinggi dalam kabinet (Kabinet Ampera I). Dengan
demikian, unsurnya tidak berubah tetapi strukturnya beribah: Suharto seara
defacto menjadi presiden.
Mr. Arifin Harahap tidak terdapat lagi namanya dalam kabinet
baru (Kabinet Ampera I). Yang menarik dalam Kabinet Ampera I ini adalah
Soeharto, sejak 12 Maret 1967 telah menggantikan posisi Sukarno sebagai
Presiden RI.
Mr.
Arifin Harahap Memimpin Pemulihan Ekonomi dengan Singapura dan Malaysia
Meski
Mr. Arifin Harahap yang seharusnya sudah pension tetapi karena
pengalamannya masih dibutuhkan dan diserahi tugas. Tugas tersebut adalah
sebagai Sekjen Departemen Perdagangan. Sebagaimana diketahui Mr. Arifin Harahap
adalah pejabat karir di Departemen Perdagangan. Ini artinya, jika tidak menjabat
ebagai menteri secara otomatis kembali ke tupoksi awalnya sebagai
pegawai/pejabat Departemen Perdagangan. Saat menjadi Sekjen (kali ini) Mr.
Arifin Harahap mendapat tugas berat untuk memimpin misi perdagangan Republik
Indonesia dengan Singapura.
Tugas khusus itu antara lain, memulihkan secepatnya hubungan
politik dan hubungan ekonomi antara Indonesia dengan Malaysia dan Singapore.
Antara Indonesia dengan dua Negara sempat kritis karena dua sebab: misi Ganyang
Malaysia dan pemboman di Singapoera. Untuk urusun politik sudah menjadi tugas
pokok Adam Malik sebagai Menteri Luar Negeri.
Mr. Arifin Harahap dan Adam Malik Batubara
adalah dua tokoh penting Indonesia yang merajut kembali hubungan yang sempat
memanas antara Indonesia dengan Malayasia dan Singapoera. Satu orang di
belakang mereka berdua adalah Jenderal Abdul Haris Nasution. Seperti halnya Mr.
Arifin Harahap, bukan lingkaran dalam Suharto, Jenderal Abdul Haris Nasution
masih dapat diharapkan turut aktif memulihkan hubungan Indonesia dengan dua negara
jiran ini. Kuncinya di sini adalah Adam Malik Batubara (yang memiliki hubungan
baik dengan Jenderal Abdul Haris Nasution dan Mr. Arifin Harahap) baik secara
historis (kampong halaman), secara professional (tugas Negara) maupun secara
politis. Adam Malik Batubara tidak bisa sendiri (politik) tetapi juga butuh dua
rekan sekampung: Jenderal Abdul Haris Nasution (hankam) dan Mr. Arifin Harahap
(ekonomi, perdagangan dan keuangan).
Saat itu, hanya dua wilayah Indonesia yang terbilang
sangat dekat dengan Negara jiran di semenanjung, yakni: Sumatera Barat dan
Tapanuli Selatan. Sejak Padri dan terutama sejak era tanam paksa (1840) di Agam
dan Tapanuli Selatan banyak penduduk migrasi ke semenanjung. Orang-orang dari
dua wilayah itu kini telah banyak menjadi pemimpin dan memiliki kedudukan
strategis di Malaysia. Secara kultutural sanak keluarga hingga saat ini masih
saling mengunjungi. Sebagaimana diketahui di Selangor umumnya migrant Tapanuli
Selatan (Angkola/Mandailing) dan di Negeri Sembilan umumnya adalah migrant Agam
dan sekitranya (Minangkabau). Sayang
sekali, dalam situasi ini orang-orang Minangkabau secara politis sudah
tersingkir dari pemerintahan (terutama sejak pemberontakan PRRI/1957) dan
posisi strategis di cabinet tidak kelihatan lagi. Yang ada hanya orang-orang
Tapanuli Selatan. Oleh karenanya dalam memulihkan hubungan antara Jakarta
dengan Kualalumpur dan Songapoera peran para pemimpin asalah ranah Minang tidak
terlalu menonjol. Adam Malik Batubara dalam hal ini paham betul, krisis
hubungan antar tetangga ini dapat diatasi. Boleh jadi dari sinilah istilah Adam
Malik yang kerap mengucapkan terminology ‘bisa diatur’.
Mr. Arifin Harahap, Sekjen Departemen
Perdagangan telah memimpin hubungan kerjasama Indonesia dengan Singapoera. Sesi
ketiga dari pembicaraan hubungan kerjasama ini dilansgungkan pada tanggal 26
April hingga 2 Mei 1968. Namun hubungan antar kedua Negara masih benci tapi
rindu (satu sama lain).
De tijd: dagblad voor Nederland, 14-11-1968: ‘Indonesia telah
berubah menjadi suasana hati yang buruk untuk kedua kalinya dalam tiga tahun
melawan kurcaci Singapura. Penyebab konflik saat ini tidak sulit untuk
menemukan. Indonesia mungkin masih sulit untuk menerima bahwa dua juta
Sinpaporeanen, selama lebih dari tiga perempat asal dari Cina!, dalam hal
kesejahteraan, perdamaian, dan kemakmuran bagaikan kepala di atas bahu tetangga
mereka. Penyebab langsung: eksekusi dua anak muda Indonesia, yang menempatkan
bom di lift gedung kantor besar di Singapura pada bulan Maret 1965 yang
bertanggung jawab atas kematian mengerikan tiga Singaporeanen. Tubuh salah satu
korban, seorang juru ketik muda, robek menjadi puluhan potong. Sebaliknya dua
penyabot itu sebagian besar menganggap sebagai kebanggaan di Indonesia pada
pelaksanaan dua penyabot dapat menjadi pahlawan di Indonesia. Singapoera
semakin meradang. Dr. Arifin Harahap, pemimpin misi perdagangan resmi
Indonesia, menyatakan pada Mei di Singapura tahun ini: skala perdagangan antara
Singapura dan Indonesia terus naik pada tahun 1967 secara signifikan lebih
tinggi daripada di tahun-tahun sebelum konfrontasi Indonesia. Tingkat tinggi serupa
ini masih tidak pernah tercapai sebelumnya. Arifin Harahap menyebut Singapura
telah menjadi mitra utama kami dalam perdagangan dunia. Hampir dua pertiga dari
perdagangan kita di luar negeri adalah melalui Singapura, terutama karena Negara
ini telah gagal di masa lalu untuk membangun industri manufaktur yang memadai.
Indonesia memiliki basis produksi yang besar: Singapore menyediakan fasilitas
yang diperlukan untuk perdagangan. Pendapatan tahunan per kapita hampir 2.000
gulden di Singapura, dan 200 Gulden di Indonesia. Kesenjangan besar ini standar
hidup dapat menjadi positif atau memiliki konsekuensi negative. Arifin Harahap
benar, meskipun konsekuensi jauh positif Indonesia telah selama bertahun-tahun
tampak dengan mata iri ke pulau republik kecil, Semua begitu luar biasa akan
baik. Contoh yang baik dari Singapura sejauh ini hanya mengangkat iri tetangga
besar, yang sayangnya masih tampaknya selalu dalam kebiasaan keterbelakangan
mereka sendiri (terutama kekurangan kepemimpinan yang baik di setiap tingkat)
untuk menutupi dengan serangan pahit pada negara yang lebih makmur. gangguan di
seluruh Indonesia, yang kecuali segelintir yang Singaporeanen juga orang-orang
China harus membayar untuk itu untuk kesekian kalinya, memiliki beberapa negara
lagi jelas menggarisbawahi. Titik utama adalah perbedaan yang jelas pendapat
dan persepsi hubungan Indonesia dengan negara-negara lain, seperti yang ditunjukkan
oleh laporan dari menteri luar negeri Adam Malik, militer menyerang Singapura di
dalam. Sementara Adam Malik meyakinkan pernyataan setelah lebih dahulu rapat di
parlemen untuk memungkinkan penanganan lebih lanjut dari konflik dengan dirinya
sendiri sebagai juru bicara dari berbagai bagian dari angkatan bersenjata terutama
komentar diplomatik eksekusi dua penyabot. Setelah eksekusi, mereka diberi
pemakaman pahlawan di pemakaman Kalibata, di luar Jakarta. Suatu kehormatan
sampai sekarang milik menyebutkan korban kudeta komunis tahun 1965. Tak mana
unsur militer di pemakaman ini digambarkan oleh pengamat Barat sebagai
karnaval. Satu hal lagi yang memicu dan membuat meradang Singapura adalah gedung
Kedutaan Besar Indonesia di Singapura terkesan sombong, bahwa prestise ‘raksasa’
Jakarta harus berbasis di negara kecil’.
Diangkat Menjadi Duta Besar
Setelah hubungan Indonesia dan Singapura
beres, Mr. Arifin Harahap, sebagai Sekjen Departemen Perdagangan juga melakukan
pemulihan hubungan ekonomi dengan Malaysia. Sebagaimana diberitakan, Mr. Arifin
Harahap memimpin misi ekonomi perdagangan. Pada tanggal 24 Maret 1969, Mr.
Arifin Harahap hubungan ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Malaysia
akan berjalan lebih baik.
Mr. Arifin Harahap telah sukses menjalin (pemulihan
kembali) ekonomi dan perdagangan dengan tiga negara tetangga terdekat:
Australia, Singapore dan Malaysia. Pengetahuan dan pengalaman Mr. Arifin
Harahap masih dibutuhkan Presiden Suharto. Pada tanggal 24 April 1969 Mr.
Arifin Harahap diangkat dan dilantik menjadi duta besar. Tugas sebagai duta
besar tentu tidak mudah, karena Mr. Arifin Harahap akan ditempatkan di tempat
yang baru sama sekali bagi Indonesia yakni di Afrika, tepatnya di Alzajair.
Tugas ini tentu dimaksudkan untuk membuka hubungan diplomatik dengan negara-negara
Afrika terutama untuk menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan.
Bersambung:
Mr. Arifin Harahap (6): Dari ‘Trio Lama’
(Sukarno, Hatta, Amir) Hingga ‘Trio Baru’ (Suharto, Hamengkubuwono, Adam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar