Perayaan pertama HUT RI di Lapangan Merdeka, 1950 |
Lapangan Medan Merdeka, 17 Agustus 1950
Secara resmi Belanda
mengakuai kedaulatan RI tanggal 27 Desember 1949. Sejak itu kemerdekaan
Indonesia tanpa hambatan. Untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI yang kelima
(yang pertama setelah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda) akan dipusatkan di
depan istana negara di Jakarta, tepatnya di lapangan Koningsplein. Nama
lapangan ini awalnya disebut Lapangan Gambir (lihat Java-bode: nieuws, handels-
en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 20-01-1950).
Di Medan, peringatan Hari
Kemerdekaan RI yang kelima (yang pertama setelah pengakuaan kedaulatan RI) akan
dipusatkan di Lapangan Esplanade. Ketua panitia peringatan adalah Mr. GB Josua.
Mr. GB Josua adalah Sipirok 10 Oktober 1901 (10-10-01). Setelah lulus
Kweekschool Fort de Kock, Gading Batoebara melanjutkan sekolah ke Hogere
Kweekschool di Poeworedjo dan lulus 1923. Setelah lulus, Gading Batoebara
pulang kampung dan menjadi guru sementara di HIS swasta Sipirok (kampung
halamannya). Kemudian Gading Batoebara merantau dan menjadi guru di
Tandjoengpoera (Langkat). Tidak lama di Tandjongpoera, GB Josua tertarik atas tawaran
untuk memajukan sekolah HIS swasta di Doloksanggoel. Kehadirannya membuat
sekolah HIS Doloksanggoel maju pesat hingga akhirnya diakuisisi oleh pemerintah
menjadi HIS negeri. Sukses GB Josua merancang HIS di Doloksanggoel membuat
namanya diperhitungkan oleh pemerintah Nederlansch Indie. Dalam
perkembangannya, Gading Batoebara Josua (GB Josua) diangkat menjadi guru
pemerintah dan ditempatkan di Medan. Pada tahun 1929 GB Josua melanjutkan
pendidikannya ke Negeri Belanda di Groningen. Setelah mendapat akte Lager
Onderwijs GB Josua kembali ke tanah air. GB Josua di Medan mendirikan sekolah
menengah pertama (HIS) dan MULO. Lembaga pendidikan ini kemudian dikenal Josua
Instituut. GB Josua pernah menjadi anggota dewan kota, Selama pendudukan Jepang
tetap sebagai pendidik dan selama agresi militer Belanda mengasuh anak-anak republic
di lembaga pendidikannya. GB Josua adalah Wakil Ketua Front Nasional Medan
(Ketua: Dr. Djabangoen Harahap). GB Josua adalah salah satu dari empat orang republic
yang menerima penyerahan Negara Sumatera Timur masuk ke dalam NKRI.
Uniknya, peringatan Hari
Kemerdekaan RI di Medan ini tidak ada yang bertindak sebagai inspektur upacara.
Sebab yang menjadi inspektur upacara adalah Presiden Sukarno yang disiarkan (relay)
secara langsung dari Jakarta. Presiden Sukarno lalu berpidato.
Setelah usai Presiden
Sukarno berpidato, ada empat orang penting yang kemudian berpidato, yakni: GB
Josua, Kolonel Maludin Simbolan, Soegondo dan Sarimin Reksodihardjo.
Lapangan Merdeka Medan, 17 Agustus 1951
Het nieuwsblad voor Sumatra, 13-07-1951 |
Untuk peringatan Hari
Kemerdekaan RI di Medan pada tanggal 17 Agustus 1951, Presiden Sukarno
diagendakan akan hadir. Yang bertindak sebagai ketua Panitia adalah Abdul Hakim
Harahap, Gubernur Sumatera Utara yang pertama secara definitif setelah
pengakuan kedaulatan RI. Salah satu persiapan peringatan Hari Kemerdekaan RI
ini di Medan adalah mempersiapkan lapangan tempat dimana Presiden Sukarno dijadwalkan
akan bertindak sebagai inspektur upacara dan sekaligus pidato kenegaraan.
Panitia memandang perlu untuk memberi nama baru lapangan Esplanade.
Het nieuwsblad voor Sumatra, 13-07-1951: ‘Tanah Lapang Merdeka. Walikota
Medan, Mr. Djaidin Poerba, mengumumnkan secara resmi nama lapangan Esplanade di
Medan diganti dengan nama yang baru Tanah Lapang Merdeka’.
Untuk peringatan Hari
Kemerdekaan RI yang ketujuh di Medan pada tanggal 17 Agustus 1952 adalah Walikota
Medan, AM Djalaloeddin. Yang menjadi inspektur upacara adalah Abdul Hakim Harahap
(Gubernur Sumatera Utara). Salah satu yang hadir dalam upacara ini adalah Muda
Siregar (Residen Sumatera Timur). Abdul Hakim Harahap, Muda Siregar dan AM
Djalaloeddin adalah tiga diantara putra terbaik asal Padang Sidempuan.
Pada jaman kemerdekaan
Indonesia, Medan adalah kota besar. Kota Medan sangat besar dibandingkan Kota
Padang Sidempuan. Menurut cakap orang Medan, Kota Padang Sidempuan sangat jauh
letaknya dan berada di pedalaman. Di Medan ada Lapangan Merdeka, di Padang Sidempuan
hanya disebut Alaman Bolak (Halaman Luas). Menurut cakap orang Medan,
orang-orang Padang Sidempuan tidak banyak cakap. Karena itu orang-orang Padang
Sidempuan yang datang dari pedalaman kurang dikenal. Itulah persepsi dan cakap
orang Medan tentang kecakapan orang-orang Padang Sidempuan. Orang Medan bilang,
orang Padang Sidempuan hanya orang pendatang di Medan. Orang Padang Sidempuan
kampungnya tinggal di huta-huta di tengah luat harangan. Orang Padang Sidempuan
hanyalah manusia biasa tetapi selalu menggunakan pikirannya. Orang Padang
Sidempuan tidak peduli apa yang dicakapkan oleh orang Medan. Orang Padang
Sidempuan hanya peduli bagaimana NKRI terwujud.
Pada peringatan Hari Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1955 yang menjadi ketua panitia adalah Haji Muda Siregar sebagai walikota Medan yang baru (bertukar posisi dengan AM Djalaloeddin yang menjadi Residen Sumatra Timur). Yang menjadi inspektur upacara adalah Gubernur Sumatera Utara, SM Amin Nasoetion.
Di Jaskarta, yang menjadi inspektur upacara adalah Presiden Sukarno seperti
tahun-tahun sebelumnya. Salah satu yang hadir dalam upacara ini adalah
Burhanuddin Harahap (yang baru belum lama diangkat sebagai Perdana Menteri RI).
Burhanuddin Harahap adalah kelahiran Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar