Sejauh ini
belum ada yang mempertanyakan dari mana asal nama Medan. Sepintas semua tulisan
berasumsi bahwa nama Medan asli dari tempatnya sendiri. Ada yang mengaitkan
dengan Karo, ada juga yang mengaitkannya dengan Melayu. Meski demikian, tidak
ada alasan yang kuat. Hanya menduga-duga. Soal ini tidaklah terlalu penting,
tetapi menarik untuk ditulis.
Peta 1873 |
Nama-nama
seperti Batavia, Buitenzorg, Depok tidak ada orang yang peduli. Semua orang
hanya menganggap itu apa adanya, meski setelah itu namanya berubah menjadi
Jakarta, Bogor. Depok ya tetap Depok. Tidak ada yang gaduh. Lantas bagaimana
dengan nama Medan? Juga tidak menarik perhatian. Kecuali beberapa mengaitkan
dengan Karo dan Melayu. Jika begitu, dari mana asal nama Medan? Mari kita
lacak!
Nama Medan Dilaporkan Kali Pertama
oleh de Caet, 1866
Nama Medan
sebagai nama sebuah kampong disebut oleh de Caet, Controleur Deli ketika pada
akhir tahun 1866 melakukan ekspedisi ke Bataklanden. Ekspedisi ini dilaporkan
oleh de Caet pada tahun 1875.
‘…Rombongan ekspedisi ini
berangkat tanggal 9 Desember. Pada pagi hari pukul Sembilan berangkat dari
Labuan, ibukota Deli, kami akan menuju Kampong Baru (kini Medan Baru) yang
diperkirakan akan tiba pukul lima sore. Beberapa kampong yang kami lewati
adalah kampong Alai, kampung Gengah, kampoog Besar, Rantoe-Blimbing,
Mertoeboeng, Rengas Sambilan, Kota Bangon, Mabar, Rengas Sekoepang, Poeloe
Braian, Gloegoer, Medan Poetri, Kesawan dan Tebing Tinggi…’.
Nama
kampong Medan juga dilaporkan oleh Controleur de Haan ketika tahun 1870
melakukan eskpedisi ke Bataklanden. Mereka berdualah yang pertama mencatat nama
Medan dalam laporan masing-masing.
Dalam peta tahun 1873 (Topographische
Dienst Hirsch en Fritz in 1872/ Topographisch Bureau in 1873) nama
Medan ditulis sebagai Medan of Medan Poetri yang berada di dekat kampong
Polonia dan kampong Kesawan.
Dari
nama-nama yang disebut nama Medan dan nama Polonia paling tidak sudah dikenal
sejak 1866. Nama Medan dan Polonia sebelumnya belum ada yang melaporkannya.
Nama Polonia muncul belakangan dan tidak pernah tercatat dalam laporan
ekspedisi (kecuali dalam peta 1873). Nama Polonia diduga bukan nama kampong melainkan
sebuah nama area tempat pemukiman baru bagi kegiatan perkebunan (homebase).
Area ini berada diantara Medan Poetri dan Kesawan.
Nama Medan dan Polonia di dalam laporan ekspedisi yang
dilakukan oleh seorang Inggris, John Anderson (1820-1823) tidak disebut.
Laporan Anderson ini diterbitkan sebagai buku tahun 1848.
Nama Medan Sudah Sejak Lama Dikenal di Eropa
Dua diantara nama yang terkenal di
era Belanda adalah Batavia dan Medan. Nama Batavia muncul menggantikan nama Sunda
Kelapa di muara sungai Ciliwung. Nama Medan muncul menyebut nama area di
pertemuan antara sungai Babura dan sungai Deli.
Sejauh yang dapat ditelusuri, nama
Medan dicatat pertama kali tahun 1866. Sedangkan nama Batavia dicatat pertama
kali tahun 1627.
Courante uyt Italien, Duytslandt, &c., 31-07-1627: ‘Cargo
van de navolgende Schepen van Batavia in December 1626’. Courante uyt Italien,
Duytslandt, &c., 16-07-1633: ‘Ladinghe van leven Oost-Indische Schepen, ses
comende van Batavia’.
Sebelum nama Medan ditemukan di
Deli, nama Medan sudah eksis jauh sebelumnya di Eropa.
Amsterdamse courant, 08-06-1737: ‘de Maerfchlkin van Medan…’.
Utrechtsche courant, 19-02-1802: ‘ te Mallaga M. B. Dekker van.Medan’.
Bagaimana
Nama Medan Muncul?
Seperti halnya Batavia, nama Medan diduga
muncul sebagai penanda navigasi. Sebagaimana dicatat, orang Eropa pertama yang
datang ke Deli untuk tujuan membuka perkebunan tembakau adalah Nienhuys dan dua
orang Eropa, yakni JCLB Falk mewakili JF van Leeuwen & Co dan Mr. Elliot mewakili
Maintz & Co. Ini terjadi pada tahun Maret 1863 (sebulan setelah ekspedisi
Netscher ke muara sungai Deli. Asisten Residen Mr. Arnoudt di Bengkalis
menunjuk Mr Locker de Bruin untuk mendampingi Nienhys dkk.
Ketika Nienhuys sendirian (teman-teman Eropanya tidak betah)
beruntung masih ada teman setianya seorang kepala suku Batak (sebut Mr. Batak)
yang selama ini memasok pekerja untuk kebutuhan Nienhuys dalam mengolah lahan
dan menanam tembakau. Nienhuys dan Mr. Batak tidak mudah mendapatkan pekerja
baik dari penduduk Melayu maupun penduduk Batak di Deli. Namun usaha mereka
berdua yang telah berkeliling jauh ke pedalaman ke kampong-kampong Batak hingga
jauh di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura mendapatkan hasil beberapa
pekerja.
Dalam perkembangannya, pemerintah melalui
Resident Netscher menempatkan seorang controleur di Deli, Baron de Caet pada
tahun 1864. Sebagaimana biasanya, Controleur dikawal oleh beberapa militer
dalam menjalankan tugas di daerah baru. Controleur ini besar dugaan sudah
melakukan ekspedisi melalui sungai ke pertemuan sungai Babura dan sungai Deli
sebagaimana Nienhuys dengan temannya kepala suku Batak.
Pertemuan sungai Babura dan sungai Deli terdapat sebuah
perkampungan. Perkampungan ini diduga bernama Poetri Hajau (mengacu pada
hikayat yang ada). Sebagai penanda navigasi, orang-orang Eropa menyebutnya
sebagai Medan Poetri. Dari sinilah diduga awal nama Medan muncul. Dalam
perkembangannya, sebagaimana yang bisa ditelusuri dalam surat kabar waktu itu, lambat
laun nama Medan Poetri mengalami reduksi dan hanya disebut sebagai Medan (saja)
hingga sekarang.
Jika nama Medan sudah sejak lama
eksis di Eropa dan nama Medan tidak ditemukan dalam sumber lain, maka nama
Medan merupakan nama adopsi dari Eropa. Nama Medan sebagai sebuah tempat baru
muncul dalam laporan de Caet (1870) dan peta tahun 1873. Dalam hubungan ini
tidak masuk akal jika nama Medan merupakan nama lokal, melainkan nama yang
muncul kemudian yang diadopsi dari sebuah nama tempat di Eropa seperti halnya
Batavia.
Area yang menjadi kampong asli dengan area yang menjadi
lokasi kebun Nienhuys dipisahkan oleh sungai Deli yang tepat berada di hilir
pertemuan sungai Babura dan sungai Deli. Area perkampungan asli besar
kemungkinan bernama kampong Poetri Hidjaoe, sedangkan area perkebunan Nienhuys
disebut Medan (suatu area tidak berpenghuni). Kombinasi nama Poetri Hidjaoe
(suatu hikayat) dengan nama Medan (penanda navigasi) diringkas menjadi Medan
Poetri. Lalu kemudian nama Medan Poetri mengalami reduksi (lafal) karena lidah
Eropa menjadi hanya disebut Medan (saja).
Baca juga:
Nama Danau Toba Sudah Disebut oleh Orang Batak Angkola Sejak dari Doeloe: Junghuhn yang Berasal dari Jerman Hanya Sekadar Mencatat
Sejarah Batak Kuno di Sumatera Utara: Mengapa Melayu Tidak Dikenal? Ada Benarnya Medan Disebut Batak
Sejarah Kota Medan (13): Kerajaan Aru di Sungai Barumun, Kerajaaan Batak, Kerajaan Islam Pertama, Suksesinya adalah Kerajaan Batak Deli (di Deli Toea) dan Kesultanan Melayu Deli (di Laboehan Deli)
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Danau Toba Sudah Disebut oleh Orang Batak Angkola Sejak dari Doeloe: Junghuhn yang Berasal dari Jerman Hanya Sekadar Mencatat
Sejarah Batak Kuno di Sumatera Utara: Mengapa Melayu Tidak Dikenal? Ada Benarnya Medan Disebut Batak
Sejarah Kota Medan (13): Kerajaan Aru di Sungai Barumun, Kerajaaan Batak, Kerajaan Islam Pertama, Suksesinya adalah Kerajaan Batak Deli (di Deli Toea) dan Kesultanan Melayu Deli (di Laboehan Deli)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar