Kamis, Desember 26, 2024

Sejarah Benteng Huraba (10): Pertempuran Benteng Huraba Benteng Terakhir Indonesia; Belanda Mengakui Kedaulatan Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Benteng Huraba di blog ini Klik Disini

Sejak kehadiran pasukan Inggris di Indonesia dalam rangka membebaskan para interniran Eropa/Belanda dan evakuasi militer Jepang, dan kembalinya orang Belanda (NICA), telah memunculkan banyak perang di berbagai daerah. Namun dalam narasi sejarah Indonesia masa kini tidak semua perang di berbagai daerah terinformasikan. Dalam Kompas.com hanya mengangkat perang kemerdekaan di lima daerah.


Daftar 5 Pertempuran Mempertahankan Kemerdekaan di Sejumlah Daerah. Kompas.com. 01-08-2022. 1. Pertempuran Ambarawa. Pasukan Sekutu pimpinan Brigjen Bethel mendarat di Semarang 20 Oktober 1945. Pertempuran 12-15 Desember 1945 di Palagan Ambarawa, kemenangan TKR tanggal 15 Desember 1945. Tanggal itu dijadikan Hari Juang Kartika TNI-AD. 2. Pertempuran Surabaya. Sekutu pimpinan Brigjen AWS Mallaby tiba di Surabaya 25 Oktober 1945 dimana pertempuran tanggal 28 Oktober 1945 Brigjen AWS Mallaby tewas. Ultimatum 9 November 1945 sebelum pukul 18.00. Pertempuran 10 November 1945. Tanggal itu sebagai Hari Pahlawan. 3. Pertempuran Medan Area. Pasukan sekutu dipimpin Jenderal TED Kelly tiba di Medan 9 Oktober 1945. Insiden di sebuah hotel di Jalan Bali, Medan, akhirnya terjadi penyerangan dan perusakan oleh pemuda tanggal 13 Oktober 1945. Insiden ini menjadi awal Pertempuran Medan Area. 4. Pertempuran Bandung Lautan Api. Pasukan sekutu ke Bandung 13 Oktober 1945. Pada tanggal 27 November 1945 ultimatum untuk meninggalkan area Bandung Utara. Para pemuda melakukan bumi hangus. 5. Pertempuran Puputan Margarana. Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pimpinan Gusti Ngurah Rai berupaya bertahan menyebabkan kematian seluruh pasukan. (https://regional.kompas.com) 

Lantas bagaimana sejarah pertempuran benteng Huraba, benteng terakhir Indonesia? Seperti disebut di atas, banyak pertempuran dalam perang kemerdekaan di Indonesia diberbagai wilayah namun tidak semua terinformasikan. Dalam hal inilah mengapa perang kemerdekaan di Padang Sidempoean termasuk di dalam pertempuran di Benteng Huraba. Pertempuran ini terbilang salah satu sisa pertempuran sebelum pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Lalu bagaimana sejarah pertempuran benteng Huraba, benteng terakhir Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, Desember 24, 2024

Sejarah Benteng Huraba (9): Kemerdekaan dan Perang Lawan Inggris - Belanda; Agresi di Jawa dan Ibukota Tapanuli - Sibolga Jatuh


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Benteng Huraba di blog ini Klik Disini

Kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Konstitusi negara (UUD 1945) sudah disahkan. Pemerintahan Republik Indonesia terbentuk yang mana sebagai Presiden adalah Ir Soekarno dan Wakil Presiden adalah Drs Mohamad Hatta. Kabinet dan posisi Gubernur dalam menjalankan Pemerintahan Daerah sudah ditetapkan. 


Dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) dimungkinkan Presiden sebagai Kepala Negara untuk menentukan bentuk dan susunan kabinet. Kabinet pertama Republik Indonesia adalah kabinet presidensial dimana Presiden/Wakil Presiden menjalankan langsung pemerintahan dengan menunjuk langsung siapa yang menjadi Menteri. Sementara kabinet parlementer Presiden mengangkat Perdana Menteri untuk menjalankan pemerintahan dengan susunan Menteri dalam kabinet atas dasar koalisi di perlemen (Dewan Perwakilan Rakyat/DPR). Kabinet pertama yang dibentuk di Indonesia (Presidensial) resmi dimulai pada tanggal 2 September 1945. Dalam daftar anggota kabinet yang diumumkan tidak sepenuhnya lengkap. Mengapa? Untuk posisi Menteri Penerangan diplot Mr Amir Sjarifoeddin Harahap dan Menteri Pertahanan namanya belum disebutkan. Fakta bahwa Mr Amir Sjarifoeddin Harahap masih berada di penjara militer Jepang di Malang. 

Lantas bagaimana sejarah perang kemerdekaan Indonesia melawan Inggris dan Belanda? Seperti disebut di atas, bangsa Indonesia tidak hanya telah memproklamasikan kemerdekaan tetapi juga telah membentuk pemerintahan (Republik Indonesia). Namun saat itu, masih ada yang tersisa dimana terdapat para interniran Belanda dan militer Jepang setelah Kaisar Hirohito menyatakan takluk kepada Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat. Dalam konteks inilah terjadi agresi militer di Jawa dan Sumatra. Lalu bagaimana sejarah perang kemerdekaan Indonesia melawan Inggris dan Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, Desember 20, 2024

Sejarah Benteng Huraba (8): Pendudukan Jepang, Akhir Pemerintah Hindia Belanda; Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Benteng Huraba di blog ini Klik Disini

Perang Asia Pasifik yang dilancarkan (militer) Jepang sejak 1938 telah menyebabkan munculnya panik di Hindia Belanda. Yang paling panik adalah orang Eropa/Belanda. Orang Cina di Hindia agak khawatir juga militer Jepang memasuki Hindia karena orang Cina telah memberi dukungan kepada Tiongkok saat militer Jepang memasuki Tiongkok. Orang Angkola Mandailing yang berada di berbagai kota ada yang mendukung kehadiran Jepang dan ada juga yang mengkhawatirkannya.


Radjamin Nasution was born on 15 August 1892 in the village of Barbaran Julu, today in West Panyabungan District of Mandailing Natal Regency. As his father was a civil servant of decent rank, Nasution was able to enroll at a European school (Europeesche Lagere School) in Padang Sidempuan. In 1912, he enrolled at the STOVIA medical school in Batavia. He then worked at the customs department. He was initially posted in Batavia, and he was reassigned around the Dutch East Indies between 1912 and 1917 when he returned to Batavia. He was then promoted, and was stationed in Medan before moving to Surabaya in 1929. He was elected as a member of the municipal council in 1931. He also continued to work as a bureaucrat, becoming head of the Surabaya customs office by 1938. He was then appointed as an alderman of the city in October 1938. After the Japanese takeover in 1942, he was retained in the municipal government and appointed as deputy to the Japanese-appointed mayor Takahashi Ichiro. In the immediate aftermath of the Pacific War and the proclamation of Indonesian independence on 17 August 1945, Ichiro handed over the mayoral position to Nasution on 17 August 1945. During the Battle of Surabaya, Nasution doubled as the city's health service chief due to his medical training, and coordinated search and rescue operations. He also helped to manage refugees from the city in the nearby towns of Mojokerto and Tulungagung (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah berakhirnya Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut diatas, orang Angkola Mandailing sudah banyak yang berada di berbagai kota di Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang orang Angkola Mandailing ada yang mendukung dan ada juga yang menolaknya. Lalu kekalahan Jepang menjadi pemicu proklamasi kemerdekaan Indonesia. Lalu bagaimana sejarah berakhirnya Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, Desember 19, 2024

Sejarah Benteng Huraba (7): Era Perjuangan Mencapai Kemerdekaan Indonesia; Putra-Putri Angkola Mandailing Berbagai Tempat


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Benteng Huraba di blog ini Klik Disini

Dalam sejarah Belanda memperjuangkan kepentingannya di Hindia Belanda, juga melibatkan orang pribumi. Para hulubalang Mandailing dan hulubalang Angkola (bersama pasukan Ambon, pasukan Madura dan pasukan Jawa, para hulubalang Melayu dan para hulubalang Minangkabau) dilibatkan dalam perang melumpuhkan Padri. Namun setelah Perang Padri para hulubalang Angkola Mandailing tidak pernah dilibatkan lagi. Mengapa? Yang jelas para pemuda di Angkola Mandailing sudah melihat pendidikan sebagai alat perjuangan yang paling baik untuk dilakukan. Para hulubalang Angkola Mandailing tidak dilibatkan dalam Perang Batak (melawan Sisingamangaradja) dan Perang Atjeh (melawan Teuku Umar).   


Ida Loemongga Nasution lahir di Padang, 22 Maret 1905, perempuan Indonesia pertama bergelar doktor (PhD). Hal ini diberitakan kantor berita Aneta dari Amsterdam, pada 29 April 1932. Dari Universiteiten Van Utrecht en Leiden nama Ida Loemongga Haroen al Rajid Nasution dinobatkan sebagai wanita pribumi pertama yang meraih gelar Doktor. Ayahnya adalah Haroen Al Rasjid Nasution, dokter lulusan Docter Djawa School di tahun 1902. Ibunya adalah Alimatoe Saadiah br. Harahap, perempuan pribumi pertama yang mendapat pelajaran dari kurikulum sekolah Eropa. Kedua orang tua Ida Loemongga Nasution berasal dari Padang Sidimpuan. Ida Loemongga sekolah di ELS Tandjong Karang, dilanjutkan kePrins Hendrik School (afdeeling-B/IPA) di Batavia tahun 1918. Setelah lulus tahun 1922, Ida direkomendasikan untuk melanjutkan pendidikan ke Belanda. Pada usia 18 tahun, Ida berangkat sendiri ke Amsterdam. Pada tahun 1927 Ida memperoleh gelar sarjana kedokteran di Universiteit Utrecht dan tahun 1931 dipromosikan sebagai doktor di bidang kedokteran dengan disertasi berjudul ‘Diangnose en Prognose van aangeboren Hartgebreken’ (Diagnosa dan Prognosa Cacat Jantung Bawaan) (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia? Seperti disebut di atas, setelah Perang Padri para pemuda Angkola Mandailing tidak lagi mengenal perang, tetapi hanya berusaha untuk meningkatkan pendidikan yang dengan demikian dimungkinkan untuk berjuang untuk mencapai kemerdekaan (bebas dari penjajahan). Dalam konteks itulah mengapa putra-putri Angkola Mandailing terdapat di berbagai tempat. Lalu bagaimana sejarah perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, Desember 18, 2024

Sejarah Benteng Huraba (6): Sekolah Aksara Latin di Angkola Mandailing; Pers dan Awal Permulaan Kebangkitan Bangsa di Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Benteng Huraba di blog ini Klik Disini

Pendidikan modern di Indonesia bermula sejak introduksi penggunaan aksara latin di sekolah-sekolah. Dalam hal ini Pemerintah Hindia Belanda sangat lamban dan baru kemudian secara intens memperluas pendidikan, membangun banyak sekolah dan kemudian dilanjutkan dengan peningkatan kualitas guru. Seiring dengan peningkatan mutu pendidikan pribumi mulai berkecambah pers diantara orang pribumi. Dja Endar Moeda pada tahun 1897 menyatakan pendidikan dan pers sama pentingnya, sama-sama mencerdaskan bangsa. Dalam konteks inilah kemudian terbentuklah berbagai organisasi kebangsaan Indonesia.


Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging), dikenal juga sebagai Perhimpunan Indonesia atau PI (Bahasa Belanda: Indonesische Vereeniging), adalah organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Belanda yang berdiri pada tahun 1908. Indische Vereeniging berdiri atas prakarsa Soetan Kasajangan Soripada Harahap dan R.M. Noto Soeroto. Sejak Cipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat masuk, pada 1913, mulailah mereka memikirkan mengenai masa depan Indonesia. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa Indonesia. Semenjak itulah Indische Vereeniging memasuki kancah politik. Waktu itu pula Indische Vereeniging menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama Hindia Poetera, tetapi isinya sama sekali tidak memuat tulisan-tulisan bernada politik. Semula, gagasan nama Indonesisch (Indonesia) diperkenalkan sebagai pengganti Indisch (Hindia) oleh Prof. Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan Indonesiër (orang Indonesia). Pada September 1922, saat pergantian ketua antara Dr. Soetomo dan Herman Kartawisastra organisasi ini berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah pendidikan modern aksara latin di wilayah Angkola Mandailing? Seperti disebut di atas, pendidikan dan pers sama pentingnya, sama-sama mencerdaskan bangsa. Dalam konteks inilah awal mula kebangkitan bangsa Indonesia. Lalu bagaimana sejarah pendidikan modern aksara latin di wilayah Angkola Mandailing? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Benteng Huraba (5): Pemerintah Hindia Belanda Bentuk Residentie Tapanoeli; Natal, Mandailing, Angkola, Padang Lawas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Benteng Huraba di blog ini Klik Disini

Pasca perang terhadap golongan Padri di pantai barat Sumatra (1838), Pemerintah Hindia Belanda memperluas cabang pemerintahan di luar wilayah Pagaroejoeng yakni di Air Bangis, Rau, Mandailing, Natal dan Angkola. Wilayah-wilayah tersebut tahun 1839 disatukan dengan membentuk satu residentie dengan nama Residentie Air Bangis (ibukota di Air Bangis). Pada tahun 1842 dibentuk residentie Tapanoeli dengan ibu kota di Sibolga yang mana kemudian afdeeling Angkola Mandailing dan afdeeling Natal dipisahkan dari Residentie Air Bangis dan kemudian dimasukkan ke Residentie Tapanoeli.


Keresidenan Tapanuli (Residentie Tapanoeli) atau Tapian Nauli adalah wilayah administrasi keresidenan Hindia Belanda yang beribu kota di Sibolga. Wilayah keresidenan ini pernah meliputi wilayah Tapanuli, yakni daerah pesisir barat Sumatera Utara. Keresidenan Tapanuli terbentuk sejak pemerintah Hindia Belanda melakukan ekspansi ke daerah Sumatra dari tahun 1824 sampai 1934. Keresidenan Tapanuli dibentuk pada tahun 1842. Sebelum itu, wilayah tersebut berada di bawah Keresidenan Ajer Bangis dari tahun 1837 sampai 1841. Pada 1902, Afdeling Trumon, berikutnya tahun 1903, Afdeling Singkil disatukan dengan Keresidenan Aceh. Pada 1905, Keresidenan Tapanuli menjadi keresidenan yang berdiri sendiri di bawah Gubernemen Batavia, karena Gubernemen Pantai Barat Sumatra diturunkan statusnya menjadi keresidenan. Tahun 1938, seluruh keresidenan di pulau Sumatra berada di bawah Gouvernment Sumatra Einland yang beribu kota di Medan (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Pemerintah Hindia Belanda membentuk pemerintahan di wilayah Tapanoeli? Seperti disebut diatas, residentie Tapanoeli setelah lebih dahulu dibentuk Residentie Air Bangis pasca perang terhadap golongan Padri. Cabang pemerintahan pertama yang terbentuk di Tapanoeli adalah wilayah Natal, Angkola, Mandailing dan Padang Lawas. Lalu bagaimana sejarah Pemerintah Hindia Belanda membentuk pemerintahan di wilayah Tapanoeli? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, Desember 17, 2024

Sejarah Benteng Huraba (4): VOC Berakhir Terbentuknya Pemerintah Hindia Belanda; Perang Padri di Minangkabau di Tanah Batak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Benteng Huraba di blog ini Klik Disini

Era VOC telah berakhir, era dimana pedagang-pedagang sejak 1619 banyak membuat kontrak-kontrak perdagangan dengan para pemimpin local. Dalam situasi kondisi bangkrut, properti utama VOC di wilayah-wilayah koloni adalah benteng (kasteel/fort) dan logement (fabrik/gudang). Kerajaan Belanda mengakuisiasi semua hak dan kewajiban VOC dan kemudian Kerajaan Belanda membentuk Pemerintah Hindia Belanda tahun 1800. Dalam konteks pembentukam cabang-cabang pemerintahan di berbagai wilayah inilah Pemerintah Hindia Belanda mendapat resistensi di Minangkabau dari golongan agama Padri (golongan yang telah mengentaskan golongan adat di bawah payung Kerajaan Pagaroejoeng).


Perang Padri (juga dikenal sebagai Perang Minangkabau) adalah perang yang terjadi dari tahun 1803 sampai 1837 di Sumatera Barat antara kaum Padri dan Adat. Kaum Padri adalah umat muslim yang ingin menerapkan Syariat Islam di negeri Minangkabau di Sumatera Barat. Sedangkan kaum Adat mencakup para bangsawan dan ketua-ketua adat di sana. Mereka meminta tolong kepada Belanda, yang kemudian ikut campur pada tahun 1821 dan menolong kaum Adat mengalahkan faksi Padri. Perang Padri dianggap dimulai pada tahun 1803, sebelum campur tangan Belanda, dan merupakan konflik yang pecah di negeri Minangkabau ketika kaum Padri mulai memberangus adat istiadat yang mereka anggap sebagai tidak Islami. Namun setelah pendudukan Kerajaan Pagaruyung oleh Tuanku Pasaman, salah satu pemimpin Padri pada tahun 1815, pada tanggal 21 Februari 1821, kaum bangsawan Minangkabau membuat kesepakatan dengan Belanda di Padang untuk melawan mereka memerangi kaum Padri. Pada tahun 1820-an, Belanda belum mengkonsolidasikan kepemilikan mereka di beberapa bagian Hindia Belanda setelah memperolehnya kembali dari Inggris. Hal ini terutama terjadi di pulau Sumatera (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah berakhirnya VOC dan terbentuknya Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, saat VOC bangkrut wilayah koloninya diakusisi Kerajaan Belanda dengan membentuk pemerintahan (yang dipimpin seorang Gubernur Jenderal). Dalam upaya pembentukan cabang-cabang pemerintaham di pantai barat Sumatra mendapat perlawanan dari kaum Padri. Awalnya perang Padri di Minangkabau dan kemudian meluas hingga ke Tanah Batak. Lalu bagaimana sejarah berakhirnya VOC dan terbentuknya Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.