Minggu, September 01, 2024

Sejarah Lubuk Raya (10):Pohon Tusam Pinus Merkusi di Sipirok, Bahan Terpentin Zaman Kuno? Salju dan Pohon Cemara Tanah Tropis


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lubuk Raya di blog ini Klik Disini

Pohon tusam adalah pohon pinus Pinus Merkusi adalah tanaman khas di wilayah Angkola. Berbeda dengan di wilayah Kerinci dan Gayo, pohon tusam yang tumbuh di Sipirok, Angkola batangnya lurus bagaikan pohon cemara. Pohon tusam sendiri dianggap sebagai tanaman di belahan bumi utara. Mengapa ada pohon pinus di wilayah tropis. Pertanyaan yang sama mengapa ada salju di tropis di pegunungan Puncak Jaya di Papua.


Tusam sumatera (Pinus merkusii) merupakan tumbuhan runjung (Pinophyta) daun berbentuk jarum. Bentuk tajuk cenderung kerucut. Di wilayah hutan tropika terdapat di Sumatra ketinggian 600-1.500 dpl. Batangnya yang dapat mencapai 80 M yang disadap untuk mendapat getah sebagai bahan terpentin. Pohon tusam berumur panjang dan biasanya mencapai usia 100–1.000 tahun. Pohon tusam kulit batangnya bersisik. Pada dasarnya pohon tusam adalah khas belahan bumi utara. Di Australia di wilayah belahan bumi selatan diintroduksi baru sejak abad ke-19. Satu spesies pohon tusam di wilayah tropika berada di Sumatra tepatnya di Sipirok sudah ada sejak zaman kuno. Tusam di Sipirok sangat khas, batangnya lurus bagaikan pohon cemara. Secara lokal di tempat lain nama pohon tusam disebut senobar atau eru. Di wilayah Kerinci dan wilayah Gayo batanganya tidak lurus. Pohon tusam dapat mereduksi karbon dioksida dari atmosfer. Dalam industri batangnya sebagai bubur kertas, sementara di Tiongkok getahnya sebagai bahan obat bakar (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah pohon tusam Pinus Merkusi di Sipirok, bahan terpentin zaman kuno? Seperti disebut di atas tusam adalah pohon khas di Sipirok, Angkola pohon khas belahan bumi utara yang juga terdapat di tropis di Angkola seperti halnya salju di wilayah tropis. Lalu bagaimana sejarah pohon tusam Pinus Merkusi di Sipirok, bahan terpentin zaman kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tusam Pinus Merkusi di Sipirok, Bahan Baku Terpentin Zaman Kuno? Salju dan Pohon Cemara di Wilayah Tropis

Sudah lama pohon pinus dikenal di Eropa. Pohon pinus selama dianggap pohon yang hanya ditemukan di belahan bumi utara termasuk di Amerika. Oleh karena begitu banyak spesies pinus di belahan bumi utara, hanya bisa diasumsikan pinus adalah tanaman khas di wilayah dingin seperti pohon cemara, tidak terbayangkan akan ada pinus di belahan bumi selatan, lebih-lebih di wilayah tropis. Namun tahun 1841 Jung Huhn menemukan ada spesies pinus di Tanah Batak di wilayah Sipirok.


Jung Huhn yang didampingi Hermann von Rosenberg berangkat dari Batavia ke Padang lalu tiba di teluk Tapanoeli (Oktober, 1840). Ketika mereka tiba, di wilayah Tapanoeli hanya ada seorang posthouder (yang mengepalai pos dagang Belanda) yang berada di pulau Punchong (kini Poncang). Dari post ini dengan perahu kecil menyusuri pantai dan memasuki muara sungai Pinang Soeri (kini Pinang Sori) kemudian diteruskan dengan sampan hingga tiba di Loemoet lalu dengan jalan kaki hingga bertemu sungai Batangtoru. Target mereka adalah gunung Loeboekradja. Untuk menyeberangi sungai Batangtoru tidak mudah. Mereka menyusuri sungai hingga ditemukan sebuah jembatan rambin yang terbuat dari rotan. Gunung Lubuk Raya dan rambin di atas sungai Batangtoru mereka abadikan dalam suatu lukisan tahun 1840.

Dr FW Jung Huhn atas penemuannya memberi nama Pinus Sumatra. Namun kemudian WH et de Vriese, kepala botani di Buitenzorg, untuk menghormati Gubernur Jenderal Piter Merkus, menamakannya dengan nama Pinus Merkusi Junghuhn de Vriese. FW Jung Huhn sangat terkejut seperti dikatakannya: 'Ini adalah salah satu penemuan terpenting, yang saya alami dan sangat beruntung memilikinya’.


Pinus Merkusi ini ditemukan FW Jung Huhn di perbatasan timur Sipirok dengan Tanah Hoeroeng (kini Saipar Dolok Hole). Lebih lanjut disebut batas selatan tidak memungkinkan (Padang Lawas), batas barat di pegunungan 'Silindong sekitarnya) dan batas utara tidak ada ditemukan. Di wilayah ini disebut tusam diperkirakan populasinya sekitar 3000 dan 4500 pohon. FW Jung Huhn mencatat pohon pinus digunakan penduduk sebagai lilin untuk penerangan (dipotong-potong persegi kecil). Disebut lebih lanjut pinus tusam dicirikan oleh pertumbuhan liniernya. Jarumnya yang panjang disusun dua per dua, seperti pada pinus Skotlandia (Pinus sylvestris LJ).

Tusam dalam hal ini kegunaan pohon tusam bagi penduduk bahan penerangan. Sebagaimana diketahui sebelumnya, yang juga ditemukan di Tanah Batak, bahan api dari getah damar. Dengan demikian penduduk di Tanah Batak sejak zaman kuno tidak kekurangan bahan penerangan, tidak hanya getah damar juga ada kayu pinus (kayu dan minyak tusam). Lantas mengapa penduduk di Angkola menyebut pinus dengan nama tusam?


Di wilayah tropis dapat dikatakan sebagai sisa tanaman purba. Mengapa? Tanamam pinus berada di daerah kering dan tidak terlalu memerlukan kesuburan tanah. Pinus yang daunnya seperti ijuk (jarum) tahan terhadap berbagai cuaca. Daun yang jatuh dan kering menutupi pernmukaan tanah dimana rumput/ilalang tidak bisa tumbuh dengan baik. Oleh karena itu berbeda dengan lahan yang ditumbuhi pohon-pohon purba di lahan subur yang mudah terkenak kebakaran (yang membentuk padang ilalang). Pohon pinus bahkan ditemukan di lereng gunung api yang menunjukkan bahwa pohon pinus tahan terhadap udara panas dan abu vulkanik. Karakteristik yang demikian menyebabkan pohon pinus dapat bertahan. Pohon pinus akan selalu mengikuti penduduknya dalam membuka hutan perawan yang tidak berpenghuni dan oleh karena itu akan selalu dapat menggantikan hutan primer dengan hutan pinus, dan tidak pernah sebaliknya.

Seperti pada artikel sebelumnya, pohon kamper dan pohon kemenyan adalah pohon zaman kuno di Tanah Batak, pohon tusam juga dapat dikatakan sebagai pohon zaman kuno. Namun keberadaan pohon pinus lebih muda. Mengapa? Pohon kamper dan pohon kemenyan termasuk tanaman purba di hutan-hutan primer, sebaliknya pohon tusam cenderung tumbuh di hutan sekunder. Namun yang tetap menjadi pertanyaan mengapa pohon pinus bisa tumbuh baik di wilayah tropis. Habitat pohon pinus umumnya di belahan bumi utara.


Pohon tusam dan salju di wilayah tropis adalah anomali. Pohon tusam mudah dibawa dan diintroduksi di tempat lain. Namun pohon pinus yang cenderung tumbuh baik di iklim sejuk/dingin dapat tumbuh di iklim hangat/panas. Bagaimana dengan salju di pegunungan Jawawijaya di Papua? Salju tidak dapat dibawa seperti pohon, salju terbentuk karena proses alam sendiri. Tentu saja salju di Papua berada di tempat ketinggian yang ekstrim. Tapi, bagaimanapun salju terbentuk di tropis tetap menjadi yang sangat aneh.

Lain tusam, lain pula dengan pohon cemara. Kedua jenis tanaman ini terkesan sepintas mirip. Pohon tusam terbilang langka di wilayah tropis dan di belahan bumi selatan. Sedangkan pohon cemara ada di berbagai benua seperti Asia, Afrika, Eropa dan Australia termasuk di Indonesia, namun secara umum pohon cemara adalah khas belahan bumi selatan (berbeda dengan tusam tanaman khas belahan bumi utara).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Salju dan Pohon Cemara di Wilayah Tropis: Wilayah Paling Barat dan Wilayah Paling Tinggi di Indonesia

Keberadaan pohon tusam di wilayah Angkola (Dolok Tusam dan Dolok Hoeroeng di Saipar Dolok Hole) tidak diketahui pasti sejak kapan. Berbeda dengan pohon kamper, pohon kemenyan, pohon puli yang khas wilayah hujan tropis, pohon tusam khas wilayah iklim sejuk. Oleh karena itu pohon tusam diduga didatangkan ke Sumatra di masa lampau.


Pohon tusam pada dasarnya tidak hanya di Sipirok, wilayah Angkola, Pada tahun 1866 JWH Cordes menemukan keberadaan tusam di wilayah Kerintji yang ditulisnya di bawah judul Het geslacht pinus in ’t zuidelijk halfrond yang dimuat dalam Natuurkundig tijdschrift voor Nederlandsch-Indië, 1867. Awalnya Cordes menemukan bahan yang digunakan penduduk sebagai penerangan di Tapan (dekat Indrapoera). Lalu atas petunjuk penduduk habitat pinus ditemukan di Boekit Godang di sebelah utara Kerintji. Menurut JWH Cordes JWH Cordes pinus yang ditemukan di Kerintji mirip tusam yang digambarkan oleh Jung Huhn yang dinamai penduduk sebagai pohon Sigi. Dalam perkembangannya pohon pinus juga ditemukan di wilayah Gajolanden yang disebut penduduk sebagai pohon Oejam (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1917). Tidak seperti pohon tusam di Sipirok dan pohon Sigi di Kerintji yang pohonnya linear, pohon Oejam di Gajo Loees tidak lurus dan batangnya lebih besar. Deskripsi lebih lanjut pinus Gajo ini dipublikasikan sebagai Bijdrage tot de kennis van Pinus Merkusii Jungh et de Vr., meer in het bijzonder in de Gajô-landen, 1928. Peta 1845: Dolok Tusam.

Tusam dalam bahasa Angkola, oejam dalam bahasa Gajo dan sigie dalam bahasa Kerintji. Nama tusam di Sipirok mirip dengan nama oejam di Gajo. Namun bentuk fisik tusam di Sipirok mirip dengan sigi di Kerintji. Apa yang bisa dipelajari dari tiga habitat pinus di Sumatra? Yang jelas, tidak ditemukan di Jawa dan Kalimantan dan bahkan di wilayah lain di Sumatra (di luar tiga tempat yang disebut).


Wilaya Gajo, wilayah Angkola dan wilayah Kerintji secara geografis berada di pantai barat Sumatra. Lalu apakah pohon pinus di masa lampau didatangkan dari dari belahan bumi utara seperti Asia Tengah dan Arab/Eropa? Yang jelas pinus tidak ditemukan di belahan bumi selatan seperti Australia. Fakta bahwa masa kini pinus dapat tumbuh dimana-mana di Indonesia. Lalu mengapa di masa awal hanya terdapat di tiga wilayah saja? Tipikal pinus di belahan bumi utara juga mirip dengan tusam di Sipirok (bertajuk linear). Lantas apakah pinus di Sumatra bermula di Sipirok? Pinus di Gajoloees kemungkinan sub-spesies dari pinus di Sipirok dan Kerintji.

Jika pinus bukan tanaman asli tropis, tetapi belahan bumi utara, bagaimana pinus menyebar hingga ke pantai barat Sumatra? Pada masa lampau, kegunaan ekonomi pinus hanya sebagai bahan yang digunakan untuk penerangan. Fakta bahwa pulau Sumatra, terutama di Tanah Batak memiliki jenis pohon yang menghasilkan getah untuk bahan penerangan, yakni pohon puli. Getah puli ini dari Sumatra pada masa lampau diekspor ke Arab, Mesir dan Eropa. Getah puli lebih memiliki kegunaan yang lebih tinggi dari kayu pinus.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

1 komentar:

zvnmrtn.blog mengatakan...

Selamat pagi pak, izin minta cek email, saya sudah kirim pesan kesana. Terimakasih pak sebelumnya