Senin, Agustus 09, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (98): Sejarah dalam Jurnalistik dan Media Sosial; Media Cetak dan Media Elektronik Penyiaran Sejarah

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Sejarah jurnalistik adalah satu hal. Dalam hal ini yang dibicarakan adalah sejarrah dalam jurnalistik dan media sosial. Tentu saja dalam hal ini jurnalistik berbeda dengan media sosial. Jurnalistik lebih bersifat kelembagaan yang menyangkut status hukum media (berbadan hukum) dan status hukum jurnalisnya (organisasi profesinya yang berazaskan kode etik), Sedangkan media sosial bersifat individu dan bertanggungjawab atas nama dirinya sendiri. Namun keduanya sama-sama mimiliki misi penyiaran (narasi) sejarah.

Keterkaitan materi sejarah dengan dunia jurnalistik dan media sosial sudah berlangsung lama, bahkan sejak tempo doeloe dimana surat kabar mempublikasikan hasil penelitian sejarah. Demikian juga para pelancong yang menulis pengalamannya dalam mengunjungi berbagai tempat bersejarah baik dalam media sosial bentuk buletin atau mengirimkannya ke surat kabar apakah sebagai artikel atau hanya sekadar surat pembaca. Dalam perjalanan waktu, berita itu sendiri telah menjadi sumber sejarah dimana para peneliti sejarah juga memanfaatkannya untuk kebutuhan analisisnya. Lalu kemudian hasil-hasil analisis sejarah yang sebagian berasal dari surat kabar disiarkan oleh surat kabar. Demikian seterusnya.

Lantas bagaimana seharusnya dunia jurnalistik (mainstream) dan dunia media sosial dalam kaitannya dengan (narasi) sejarah? Sesungguhnya media jurnalistik sudah sejak lama berpartisipasi dalam penyiaran sejarah. Sementara media sosial yang awalnya bersifat buletin lalu berkembang belakangan ini dalam bentuk digital seperti platform blog (termasuk facebook), twitter, instagram, youtube dan lain sebagainya. Dunia jurnalistik dan dunia media sosial ini diharapkan dapat terus meningkatkan intensitas penyiaran, tentunya lebih ke arah pembelajaran daripada hanya sekadar motif bombastis. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Jurnalistik dan Sejarah

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah dan Media Sosial

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: