Jumat, Agustus 06, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (95): Zaman Kuno, Peran Sejarawan dan Arkeolog; Museum Angkola Mandailing Mulai Berapapun Isinya

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Seperti dapat dibaca pada artikel sebelumnya, realisasi pembangunan museum sebagai wujud sarana sejarah peradaban kuno Angkola Mandailing di Tapanuli Bagian Selatan mutlak adanya. Tidak hanya dari sisi kegunaannya, tetapi juga wilayah Angkola Mandailing di Tapanuli Bagian Selatan memiliki persyaratan yang oke dalam studi sejarah peradaban zaman kuno maupun zaman modern. Untuk mendukung museum pada berikutnya diperlukan kebutuhan peran para sejarawan dan para arkeolog untuk lebih intens melakukan penyelidikan.

Sejauh ini, terkesan bahwa upaya penyelidikan sejarah di wilayah Tapanuli Bagian Selatan sungguh sangat minim, relatif dibandingkan di wilayah lain. Padahal secara historis wilayah Tapanuli Bagian Selatan adalah situs sejarah yang terbilang sangat penting di Indonesia. Tidak hanya sangat tua, jauh di masa lampau pada zaman kuno, juga dari berbagai aspek sangat kaya materi. Jika pulau Jawa sangat terkenal situs-situs kuno seperti Taramunagara dan candi Borobudur, Tapanuli Bagain Selatan memiliki sejarah Kerajaan Aru dan Candi Simangambat. Hanya wilayah Jawa Tengah dan Tapanuli Bagian Selatan yang memiliki sebaran situs zaman kuno terbanyak. Pengaruh Kerajaan Aru hanya dapat dibandingkan dengan pengaruh Kerajaan Majapahit di nusantara..

Lantas bagaimana upaya meningkatkan peran sejarawan dan pata arkeolog bekerja pada situs peradaban Angkola Mandailing di Tapanuli Bagian Selatan? Nah, itu penyelidikan sejarah Angkola Mandailing sangat minim, Hal itu boleh jadi karena tidak ada insentif atau ekspektasi bagi sejarawan dan arkeolog untuk menyelidiki lebih intens. Satu-satunya insentif awal adalah untuk menghargai mereka adalah dengan pembangunan museum, suatu upaya secara sadar untuk mendorong motivasi para ahli sejarah dan arkeolog bekerja lebih intens. Laly bagaimana itu semua bisa berjalan dengan baik? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Peran Arkeolog: Upaya Pembangunan Museum

Tunggu deskripsi lengkapnya

Museum Angkola Mandailing: Memotivasi Para Sejarawan

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: