Rabu, Oktober 02, 2024

Sejarah Pantai Timur (4): Kota Bandar Pulau di Sungai Asahan Tempo Doeloe, Tanjung Balai Masa Kini; Kota Kisaran di Sungai Silo


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pantai Timur Sumatra di blog ini Klik Disini

Lain dulu lain sekarang, lain lubuk lain pula dalamnya. Pepatan lama ini tampaknya sesuai dengan sejarah tempo doeloe di daerah aliran sungai Asahan dan di daerah aliran sungai Silo. Kota Bandar Pulau di sungai Asahan yang berhulu di (danau) Toba, Kota Kisaran di sungai Silo berhulu pegunungan batas danau Toba. Kota Tanjung Balai dimana sungai Silo bermuara dan di arah hilirnya sungai dekat pantai Teluk Nibung.  


Bandar Pulau sebuah kecamatan di kabupaten Asahan dimekarkan tahun 2008: Aek Songsongan, Bandar Pulau, dan Rahuning. Kecamatan ini, dialiri sungai Asahan yang berhulu di danau Toba dan bermiara di Tanjung Balai. Pada zaman penjajahan Belanda, Bandar Pulau pusat perdagangan antara orang Batak Toba dengan orang Melayu. Berdasarkan sejarah, keberadaaan kota Tanjung Balai tidak dapat dipisahkan dengan Kesultanan Asahan yang telah berdiri ± 392 tahun yang lalu di lampung Tanjung yang merupakan cikal bakal nama Tanjung Balai pada tahun 1620. Asal-usul nama Kota Tanjung Balai menurut cerita rakyat bermula dari sebuah balai yang ada di sekitar ujung tanjung di muara sungai Silau selanjutnya kampung tersebut dinamakan "Kampung Tanjung" dan orang lazim menyebutnya “Balai di Tanjung” yang menjadi tempat pertemuan sungai Silau dan sungai Asahan berada di timur laut Kota Tanjung Balai. Kota Tanjung Balai memiliki sebuah pelabuhan bernama Teluk Nibung tertua kedua di provinsi Sumatera Utara sesudah Belawan (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah kota Bandar Pulau di sungai Asahan tempo doeloe, Tanjung Balai masa kini? Seperti disebuu di atas, pepatah lama lain dulu lain sekarang, lain lubuk lain pula dalamnya di daerah aliran sungai Asahan. Bagaimana dengan di sungai Silo dimana terdapat Kota Kisaran. Lalu bagaimana sejarah kota Bandar Pulau di sungai Asahan tempo doeloe, Tanjung Balai masa kini? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Kota Bandar Pulau di Sungai Asahan Tempo Doeloe, Tanjung Balai Masa Kini; Sungai Silo dan Kota Kisaran                                                   

Dalam peta-peta Portugis, sungai Asahan diidentifikasi sebagai Songi Casang dan sungai Barumun diidentifikasi sebagai (sunga) Brama serta sungai Indrapoera diidentifikasi sebagai sungai Parei. Secara morfologi Casang mirip Asahan, Brama mirip Barumun dan Parei mirip (Indra)poera. Dalam hal ini nama Barumun dan nama Asahan terbilang nama yang sudah lama.


Dalam Peta 1660 didientifikasi sungai Casang bermuara ke dalam suatu teluk besar. Peta 1685 selain sungai Cassang juga diidentifikasi sungai Carang. Pada Peta 1753 teluk besar di muara sungai Casang tersebut diidentifikasi sudah menyempit sebagai sungai yang sangat lebar.

Jika dala peta-peta lama di hilir daerah aliran sungai Casang atau sungai Asahan adalah suatu teluk besar, lalu apakah sudah eksis wilayah kota Tanjung Balai? Bagaimana dengan kota Bandar Pulau dan kota Kisaran?


Secara teoritis pulau Sumatra dari masa ke masa semakin membengkak ke arah timur. Proses sedimentasi khususnya terjadi di pantai timur karena massa padat (lumpur dan sampah vegetasi) yang terbawa sungai besar dari pedalaman. Hal itulah yang diduga terjadi di hilir daerah aliran sungai Baroemoen (Pane, Bila dan Kualuh) dan hilir dsaerah sungai Asahan (Asahan dan Silo). Sebagai pembanding perhatikan peta wilayah di hilir daerah aliran sungai Batang Hari di Jambi dan peta wilayah di hilir daerah aliran sungai Deli di Medan (Peta 1657). Muara sungai Batanghari dulunya jauh di pedalaman, dimana di depannya terdapat teluk besar. Di teluk ini terbentuk pulau sedimen. Perairan di teluk lambat laun pulau-pulau semakin menyayu dengan daratan (proses sedimentasi lebih lanjut). Di Ujung dararan diidentifikasi suatu tanjung (Tanjong Bon/Tanjong Jabon) dan di dekatnya sebuah pulau kecil. Di pulau kecil inilah dulunya dibangun percandian (kini Candi Muaro Jambi). Sementara iti di hilir sungai Deli adalah teluk kecil dimana sungai Deli dan sungai Hamparan Perak bermuara (pintu teluk menyempit). Di tengan teluk terdapat pulau kecil yang diduga menjadi cikal bakal pulau Sicanang. Pada masa ini pulau Sicanang sudah menyatu dengan daratan (teluk menghilang).     

Wilayah kota Kisaran diduga dulunya merupakan perairan/laut, atau berada tepat di wilayah pesisir/pantai (dimana sungai Silo bermuara). Sementara itu kota Bandar Pulau jauh berada di arah hulu daerah aliran sungai Casang/Asahan. Jika Kisaran adalah garis pantai dan wilayaj kota Tanjung Balai belum terbentuk, lalu dimana garis pantai di daerah aliran sungai Casang/Asahan?


Dalam laporan I’tsing pada abad ke-7 disebutkan I’tsing berlayar dari Sriboja (diduga Kamboja) selama 20 hari ke Moloyu (diduga Malea/Tambusai atau Muaro/Jambi) dan kemudian selama 15 hari pelayaran dari Moloyu ke Ki-cha (lalu melanjutkan pelayaran ke Nalanda). Apakah Ki-cha dalam hal ini adalah Kisaran? Dalam prasasti Kedoekan Boekit (652) disebut Radja Dapunta Hyang Nayik berangkat dari Minanga (diduga Binanga) dan tiba di Matajab dan membuat banua (benteng). Matajap diduga adalah Kedoekan Boekir di Palembang tempat ditemukan prasasti tersebut.  

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sungai Silo dan Kota Kisaran: Lain Dulu Lain Sekarang, Lain Lubuk Lain Pula Dalamnya dan Navigasi Zaman Kuno

Nama sungai Asahan diduga nama kuno. Nama Asahan unik, mungkin satu-satunya. Dalam peta-peata Portugis dicatat sebagai Casang. Apakah Casang dari nama Hasang? Hasan dan Casang lalu bergeser menjadi Asahan. Dalam kamus bahasa Angkola Mandailing oleh HJ Eggink tahun 1936 kosa kata hasang adalah tanah kering atau tandus.


Sungai Asahan berhulu di danau Toba di dekat kota Porsea. Nama Hasang ditemukan sebagai nama kampong/desa di daerah aliran sungai Kualuh (dekat Bandar Lama/Gonting Saga). Nama Onan Hasang berada di Pahae (Tapanuli Utara). Sungai Asahan ini dari danau Toba melalui celah-celah sempit yang mana pada titik tertentu mengalami elevasi yang drastik menurun yang membentuk air terjun seperti Sigura-gura.

Nama kota/kampong Bandar Pulau terdapat di arah hulu daerah aliran sungai Asahan. Namanya merupakan gabungan Bandar dan Pulau. Dalam hal ini banda adalah pos perdagangan, pelabuhan di daerah aliran sungai. Lalu mengapa namanya disebut Pulau? Apakah ada pulau di daerah aliran sungai Asahan di sekitar Bandar Pulau?


Nama Bandar ditemukan diberbagai wilayahh. Di pulau Sumatra dari Banda Atjeh hingga Bandar Lampoeng. Di Panatai timur Sumatra antara lain Bandar di arah hulu daerah aliran sungai Bila, Bandar (Lama)di arah hulu daerah aliran sungai Kualu, Bandar Pulau di arah hulu daerah aliran sungai Asahan, Bandar Masilam di hulu daerah aliran sungai Indrapoera, Bandar Hanopan di hulu daerah aliran sungai Padang, Bandar Khalifah di arah hulu daerah aliran sungai Temboeng.

Tentang pulau bisa berada di muara sungai dan di sepanjang sungai. Sebagaimana disebut di atas, tempo doeloe di muara sungai Deli terdapat pulau (Sicanang), tetapi kini telah menyatu dengan daratan. Pulau Rantai di muara sungai Pane/Bila di Labuhan Bilik masih eksis. Lalu apakah adalah pulau di sepanjang sungai di arah hulu daerah aliran sungai? Banyak seperti di sungai Rokan, Kampar dan Indragiri. Bagaimana dengan di pantai timur Sumatra? Apakah dulunya di Bandar Pulau dulunya ada pulau (tapi kini telah menyatu dengan daratan)? Yang jelas pada masa ini di kota Tanjung Balau di daerah aliran sungai Asahan banyak ditemukan pulau-pulau di tengah sungai.


Secara geomorfologis, di pantai timur Sumatra di kawasan tangkapan air di hilir sungai pada masa lampau banyak pulau-pulau, seperti pulau karang dan pulau-pulau sedimen. Lalu dalam perkembangannya, dari masa ke masa terjadi proses sedimentasi jangka panjang lalu kawasan perairan tangkapan air dimana terdapat pulau-pulau itu membentuk daratan baru sehingga garis pantai bergeser ke timur/laut. Hal itulah diduga yang terjadi di wilayah kota Tanjung Balai yang sekarang, yang awalnya perairan/laut menjadi daratan baru yang terbentuk. Proses terbentuknya daratan baru di Tanjung Balai itu tidak hanya dipengaruhi sungai Asahan juga oleh sungai Silo.

Dugaan adanya pulau dai Bandar Pulau di hulu daerah aliran sungai Asahan, mirip dengan dugaan adanya pulau yang terbentuk awal di hilir daerah aliran sungai Asahan sebelum terbentuknya daratan baru yang menyatu dengan daratan pantai timur Sumatra di Tanjung Balai. Boleh jadi tidak hanya wilayah Tanjung Balai yang merupakan daratan baru tetapi juga wilayah kota Kisaran. Dalam hal ini sungai Asahan dan sungai Silo di masa lampau memiliki peran dalam pembentukan daratan baru yang luas dari wilayah kota Kisaran hingga wilayah kota Tanjung Balai hingga ke selatan/tenggara.


Seperti disebut di atas nama sungai Asahan sudah dikenal sejak masa lampau yang pada era Portugis diidentifikasi dengan nama sungai Casang (Hasang atau Asahan). Bagaimana dengan nama sungai Silo atau sungai Silau.

Nama sungai Asahan unik, mungkin satu-satunya, tetapi tidak dengan nama sungai Silo. Lalu mengapa kini namanya bergeser menjadi Silau? Yang jelas ada nama sungai (aek) Silo di wilayah Sipirok/Dolok Hole. Juga ada nama sungai di wilayah Pagarioejoeng dengan nama Batang Selo (yang menjadi hulu sungai Indragiri). Dan jangan lupa di Jawa Tengah ada nama sungai (bengawan) Solo. Apakah arti silo dan silau sama?


Dalam kamus bahasa Angkola Mandailing oleh HJ Eggink tahun 1936 kosa kata silo diartikan sebagai cahaya yang mempesona; siloan, dibutakan melalui cahaya; menyakitkan di mata dengan melihat cahaya yang menyilaukan, melihat ke mataharil sumilo-silo, berkilau. Jadi, silo dan silau memiliki arti sama. Bagaimana dengan selo dan solo? Apakah silo, selo dan solo dihubungkan dengan daerah aliran sungai di pedalaman atau di pegunungan? Sungai yang airnya jernih, silau terkena cahaya matahari?

Di pantai timur Sumatra tidak hanya ada sungai Silo, juga ada nama bukit/gunung Dolok Silo (Simalungin). Nama Silo juga menjadi nama kerajaan tempo doloe di Simaloengoen. Jika itu berkaitan, yang mana yang lebih dulu eksis: nama gunung, nama sungai atau nama kerajaan?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: