*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini
Seperti halnya Indonesia, banyak pulau-pulau dan juga banyak etnik, Filipina juga banyak pulau, Di pulau besar Luzon di Filipina, seperti halnya di pulau Sumatra terdapat banyak etnik, Secara sepintas penduduk Filipina dapat diidentifikasi empat etnik khas: Moro, Mestizo, Ayta dan Negrito, Etnik Moro terdapat di pulau Mindanao dan pulau-pulau di sekitar; etnik negrito ditemukan di pulau Begrito dan pulau Palawan; etnik Mesrtizo yang merupakan campuran Spanyol, sedangkan etnik di pulau Luzon di sekitar Manila terdapat etnik Ayta. Nama Ayta mirip nama Bata[k] dan salah satu etnik negrito ada yang menyebut dirinya Batak di pulau Palawan. Lantas apakah itu ada hubungannya dengan penduduk Sumatra khususnya Angkola Mandailing?
Pertanyaan tersebut tentulah tidak mudah dijawab. Namun yang menjadi tetap pertanyaan mengapa ada penduduk pulau Palawan menyatakan Batak dan penduduk sekitar teluk Manila disebut etnik Ayta di provinsi Bataan? Etnik asalah satu hal, pengaruh budaya adalah hal lain lagi. Lalu apakah ada penduduk Batak khususnya Angkola Mandailing bermigrasi (menetap) di Filipina pada zaman kuno yang orang Filipina sendiri kurang mengetahuinya? Nah, pertanyaan itulah yang membuat begitu menarik dipelajari. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Kerajaan Aru dan Navigasi Pelayaran Perdagangan: Prasasti Laguna 900 M
Catatan tentang nusantara sudah ada ribuan tahun, Ptolomeus pada abad ke-2 sudah mencatat pulau Sumatra bagian utara sebagai sentra produksi kamper. Dalam catatan Ptolomeus di dalam bukunya Geografi yang terbit tahun 150 M juga menyebut nama Kattigara yang banyak para ahli pada era kolonial Belanda sepakat sebagai Kamboja. Sejarah Tiongkok sudah dicatat dalam Ssu-ma Ch'ien (86 SM) dan Pan Ku (92 M). Namun dalam catatan-catatan tersebut belum ada indikasi tentang di wilayah laut selatan (Laut China Selatan). Baru pada catatan Hou-Han Shu (Bab 6 halaman 3b) atau Sejarah dari Dinasti Han disebutkan bahwa pada tahun 132 M. pesisir wilayah di timur laut Annam sudah menjadi titik terminal untuk navigasi dari Laut Selatan. Disebutkan pada tahun itu raja Yeh-tiao dikirim dari luar perbatasan Jih-nan sebuah kedutaan untuk memberikan upeti dan Kaisar dengan memberikan jaminan Tiao Pien, raja Yeh-tiao, berupa segel (cap) emas dan ungu.
Kerajaan Aru tentulah masih sangat kecil jika dibandingkan dengan Kerajaan Tiongkok. Dalam rangka perdagangan ke Annam, raja Yeh-tiao dari Kerajaan Aru di pantai timur Sumatra membutuhkan proteksi karena banyaknya ancaman bajak laut di seputar Laut China Selatan, Raja Aru tentu masih lebih murah membayar upeti daripada kapal-kapal dagangnya dirampok oleh para bajak laut. Bagaimana posisi raja dari Kerajaan Aru di seputar Laut China Selatan dapat dibaca pada prasasti Vo Cahn abad ke-3.
Prasasti Vo Cahn ini pada masa ini ditemukan di Vo Cahn, Vietnam yang lokasinya tidak jauh dari Annam atau Champa zaman kuno. Dalam prasasti ini disebutkan bahwa raja termasyhur telah mendoakan orang tua pangeran (di Annam) yang belum lama meninggal dan sang pangeran yang baru naik tahta. Istri sang pangeran ini adalah putri raja yang masyhur tersebut. Raja termasyhur ini besar dugaan raja dari Kerajaan Aru di Sumatra yang pernah meminta proteksi pada kerajaan Tiongkok untuk mendirikan kedutaan di Annam. Dalam konteks inilah yang bermula dalam hubungan perdagangan Kerajaan Aru dengan Annam menjadi hubungan perkawinan. Sudah barang tentu dalam pembuatan prasasti diperlukan biaya besar dan keahlian yang tinggi. Dalam hal ini raja Kerajaan Aru yang membangun prasasti untuk dirinya sendiri dan juga untuk putrinya yang menjadi bagian dari kerajaan di Annam.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Mix Population di Manila: Penduduk Angkola Mandailing dan Orang Moor
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar