Senin, Juli 19, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (77): Pendudukan Jepang; Transportasi Darat Coast to Coast dari Zaman Kuno hingga Era Hindia Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Bagaimana situasi dan kondisi di wilayah Tapanuli Bagian Selatan selama pendudukan Jepang kurang terinformasikan. Hal ini karena kurang tersedianya data. Namun, sambil terus dilakukan pencarian data, dapat didekati dari sisi sebelum dan sisi sesudah pendudukan Jepang. Interval waktu yang pendek selama pendudukan Jepang di wilayah Tapanuli bagian selatan diperkirakan tidak banyak hal yang berubah. Yang jelas bahwa sebelum pendudukan Jepang jalur transportasi antara pantai barat dan pantai timur sudah eksis apakah via Sipirok atau Gunung Tua.

Invasi Jepang ke wilayah Asia Tenggara sudah dimulai pada tanggal 20 Desember 1941 dan mulai mengebom Tarakan dan Manado pada tangga 11 Januari. Setelah itu pendudukan dimulai dari tanggal 14 Februari hingga 28 Maret 1942. Di Sumatra Utara sendiri pendaratan militer Jepang dimulai ketika militer Jepang yang sudah berrpangkalan di Singapura mendarat tanggal 11 malam 12 Maret 1942. Titik pendaratan di Tanjung Tiram (Batubara) lalu memasuki Kota Medan. Dari kota Medan militer Jepang memasuki wilayah Tapanuli dengan pos di Tarutung. Di Tarutung pemerintahan militer Jepang mulai melakukan administrasi pemerintahan di wilayah Tapanuli termasuk Tapanuli Selatan.

Lantas bagaimana sejarah Tapanuli Selatan semasa pendudukan militer Jepang? Seperti disebut di atas kurang terinformasikan. Namun sejarah tetaplah sejarah. Upaya pencarian data dan menarasikan sejarrah pendudukan Jepang di wilayah Tapanuli Selatan sudah barang tentu perlu diketahui. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pendudukan Jepang di Indonesia: Bagaimana di Tapanuli Selatan?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Orang Angkola Mandailing di Luar Tapanuli Selatan di Jawa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: