Jumat, Juni 11, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (39): Migrasi Orang Angkola Mandailing Zaman Kuno, Sejauh Mana? Mereka Jauh Di Mata Dekat di Hati

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Pengetahuan tentang migrasi penduduk hanyalah seputar migrasi semasa hidup, migrasi risen dan migrasi komuter. Badan Pusat Statistik (BPS) menerbitkan datanya setiap 10 tahun (Senus dan Supas). Pengetahuan tentang migrasi pada era kolonial (Hindia Belanda) juga sudah ada yang menulis. Namun mulai tidak tersentuh migrasi penduduk pada era VOC. Satu topik migrasi yang jauh lebih tua dari, mungkin tidak terpikirkan adalah migrasi pada zaman kuno. Lantas bagaimana migrasi penduduk Angkola Mandailing pada zaman kuno? Nah, itulah yang ingin dikeksplorasi.

Penduduk Kota Medan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 10.16 persen berasal dari (etnik) Angkola Mandailing (sebesar 7.83 persen dari Minangkabau). Sekitar satu abad yang lalu (hasil Sensus Penduduk 1930) penduduk kota Medan yang berasal dari Angkola Mandailing sebesar 6.28 persen (7.11 persen). Masih berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1930. Satu dekade sebelumnya (Sensus Penduduk 1920) di (pulau) Jawa penduduk berasal dari Tanah Batak sebanyak 868 orang (yang sebagian besar berasal dari Angkola Mandailing), sementara yang berasal dari Minangkabau baru delapan orang. Sedangkan migran terbanyak di Jawa adalah Minahasa (9.463 orang), Ambon (6.076), Bugis (3.925), Palembang (3.549), Makassar (2.317), Timor (1.475), Mandar (1.378) baru kemudian menyusul Batak. Hanya inilah data migrasi tertua di nusantara (Indonesia).

Untuk memahami migrasi zaman kuno, jelas tidak ada data statistik atau hasil sensus penduduk yang tersedia. Lantas apa pentingnya memahami migrasi zaman kuno? Hal itu sudah dijawab mengapa sensus pada zaman modern dilakukan setiap negara. Untuk memahami migrasi zaman kuno data yang digunakan tidak lagi kuantitatif tetapi bersifat kualitatif untuk mendapatkan gambaran perseberan migrasi penduduk Angkola Mandailing di zaman kuno. Dalam hal ini kita dapat gunakan sumber-sumber zaman kuno seperti candi dan prasasti yang dapat dibandingkan dengan fakta masa kini. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Migrasi Penduduk Angkola Mandailing Zaman Kuno: Pelaut dan Pedagang Andal

Tunggu deskripsi lengkapnya

Migrasi Penduduk Angkola Mandailing Zaman Modern: Kilas Balik Masa Lampau

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar: