Kamis, Juni 10, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (38): Ulos Zaman Kuno, Mengenal Industri Tenun di Angkola Mandailing; Ulos Tondi dan Parompa Sadun

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Ulos adalah kata adat, secara harfiah diartikan sebagai selimut tetapi secara adat adalah selimut tondi atau selimut jiwa. Ulos ini sudah menjadi bagian adat sejak zaman kuno. Ulos diproduksi sendiri sebagai hasil manufaktur tenun kain (abit) di Angkola Mandailing sejak zaman kuno. Kain ulos tidak diproduksi sebagai pakaian sehari-hari dalam bentuk selimut atau bahan pakaian, tetapi diproduksi untuk keperluan adat apakah untuk siriaon atau siluluton. Varian dari manufaktur kain khas Angkola Mandailing ini digunakan sebagai hadiah (parompa sadun) dalam paradaton seperti peristiwa kelahiran.

Kain ulos (abit godang) adalah bersifat simbolik sebagai wujud penghormmatan atau penghargaan kepada orang tua meninggal dan suatu peristiwa perkawinan. Ulos juga dapat digunakan untuk menhormati atau menghargai tamu setinggi-tingginya layaknya mora dengan menyelimutkan kain ulos ke badan. Arti simbolik itulah yang dimaksudkan untuk melindungi jiwa yang baru datang dan baru meninggal. Kain parompa sadun yang ukurannya lebih kecil dari ulos (abit godang) juga memiliki arti simbolik yang sama sebagai rasa syukur terhadap kelahiran anak yang akan melindungi jiwanya. Motif yang terdapat pada tenun mengindikasikan fungsi penggunaanya. Warna benang yang digunakan dalam tenun ulos ini awalnya mengikuti warna tradisi sejak zaman kuno merah, putih dan hitam yang dimbuhi dengan manik-manik berwana. Pola, warna dan elemen manik-manik yang menarik pada masa kini dijadikan sebagai bahan yang eksotik pada pembuatan pakaian.

Lantas bagaimana sejarah ulos dan parompa sadun di Angkola Mandailing? Seperti disebut di atas, ulos dan parompa sadun bagian dari adat. Sebagaiman adat adalah suatu warisan sejak zaman kuno, diduga juga telah diproduksi sejak lama. Namun yang menjadi pertanyaan: sejak kapan adanya ulos. Tentu saja tidak mudah mengetahuinya, tetapi masih dimungkinkan jika semua sumber dijadikan sebagai bahan analisis. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Ulos: Pakaian Adat dan Industri Tenun Zaman Kuno

Tunggu deskripsi lengkapnya

Parompa Sadun: Perkembangan Penggunaan Ulos

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: