Sabtu, Juni 26, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (54): Aceh dan Batak, Benci Tapi Rindu, Jauh di Mata Dekat di Hati; Kerajaan Aru di Angkola Mandailing

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Sesungguhnya Aceh dan Batak begitu dekat, bahkan dekat bukan karena persamaan dan perbedaan agama, tetapi secara historis di zaman kuno bermula dari satu kesatuan wilayah (Kerajaan Aru). Hal itulah mengapa pada saat terjadi Perang Batak 1876 (pasca jatuhnya Kraton Atjeh 1874) para hulubalang Atjeh dan hulu balang Padang Lawas (Angkola Mandailing) memberi dukungan kepada Sisingamangaraja dan sekutunya (Boetar dan Samosir) dalam melawan militer Belanda yang dibantu oleh Nommensen. Itulah wujud masih adanya semangat federasi sejak Kerajaan Aru dari zaman kuno.

Sesunguhnya pula pada awal terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1950, wilayah-wilayah di Sumatra bagian utara disatukan dalam satu provinsi (Sumatra Utara) yang terdiri dari tiga residentie (Tapanoeli, Sumatera Timur dan Aceh). Suatu pembagian wilayah sejak era kolonial Belanda yang dibedakan ke dalam tiga residentie (yang pada era NKRI tiga wilayah itu disatukan). Namun menjadi perkara baru ketika pada tahun 1953 ingin meisahkan diri kesatuan wilayah Sumatra menjadi provinsi sendiri. Pemisahan ini seakan berulang, yang sejak zaman kuno semua wilayah Sumatra bagian utara (Kerajaan Aru), di wilayah paling utara membentuk kerajaan sendiri (Kerajaan Aceh), suatu kerajaan baru yang memisahkan diri dari Kerajaan Aru. Kerajaan Aceh mulai melakukan aneksasi sehingga beberapa anggota federasi (Kerajaan Aru) jatuh ke pihak Kerajaan Aceh. Pada tahun 1845 Pemerintah Hindia Belanda membentuk administrasi peerintahan residentie Tapanoeli (termasuk Singkil) dan kemudian pada tahun 1887 dibentuk residentie Sumatra Timur terasuk Tamiang. Pada saat pembentukan Residentie Aceh tahun 1905, Singkil dan Tamiang dimasukkan ke residentie Aceh. Kisah inilah yang melatarbelakangi mengapa antara Aceh dan Batak benci tapi rindu dan jauh di mata dekat di hati.

Lantas bagaimana sejarah pemisahan (kerajaan) Aceh dari kerajaan Batak (Kerajaan Aru)? Seperti disebut di atas, itu bermula ketika terbentuk Kerajaan Aceh. Pada saat itu (kerajaan) Lamuri salah satu anggota federasi Kerajaan Aru, berubah orientasi yang diperkuat oleh asing (militer Turki) yang menyebabkan anggota federasi Kerajaan Aru yang lain jatuh ke tangan Kerajaan Aceh. Lantas bagaimana hubungan antara Kerajaan Aceh dan Kerajaan Aru? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kerajaan Aru: Terbentuknya Kerajaan Aceh

Kerajaan Aru dan Kerajaan Aceh berperang pada awal Era Portugis. Berdasarkan laporan Mendes Pinto, Kerajaan Aceh yang juga telah menguasai Pedir, Pacem dan Baroeas, melancarkan serang ke Atjeh, sebagai upaya balasa denda karena pasukan Kerajaan Aceh telah menyebabkan tiga putra raja Kerajaan Aru terbunuh di Nagur (wilayah Simalungun) dan Lingai (wilayah Lingga Karo). Kerajaan Aru awalnya memenangkan pertempuran dan mengepung kota, tetapi berbalik karena senjata canggih dari militer Turki. Pasukan Kerajaan Aru yang tersisa kembali ke ibu kota Kerajaan Aru. Itulah catatan terlengkap tentang Kerajaan Aru dan Kerajaan Aceh. Lantas bagaimana terbentuknya Kerajaan Aceh? Mari kita mulai dari informasi yang ada dari zaman kuno.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Aceh dan Batak:  Benci Tapi Rindu dan Jauh di Mata Dekat di Hati

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar: