Kamis, Juni 17, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (45): Penanggalan di Angkola Mandailing Zaman Kuno; Nama Abad, Tahun, Bulan, Hari, Jam hingga Menit

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Sistem penanggalan terkait dengan sistem bilangan. Pada zaman kuno, penduduk di wilayah Angkola dan di wilayah Mandailing tidak hanya bilingual (bahasa sanskerta dan bahasa Batak), dan telah memiliki aksara (dikembangkan dari aksara Pallawa), penduduk Angkola dan Mandailing juga telah menyederhanan semua aspek dalam kehidupan. Tidak hanya sistem pemerintahan yang disederhanakan dalam konsep inti (dalihan na tolu) juga bentuk aksara yang lebih praktis (selain dari kiri ke kanan, juga dari atas ke bawah) dan juga sistem bilangan (penyebutan bilangan belasan). Satu bentuk lainnya yang disederhanakan adalah sistem penanggalan yang memiliki presisi tinggi (bahkan hingga satuan jam).

Untuk urusan hitung-hitungan penduduk Angkola dan Mandailing (diduga sudah sejak zaman kuno) memiliki cara sendiri yang sederhana (yang berbeda di Jawa yang menggunakan kalender Saka seperti satu pekan adalah lima hari). Untuk angka 11 disebut sappulu sada, 12 disebut sappulu dua dan seterusnya 19 sappula sia (pengulangan angka dasar 1 sd 9). Meski pola yang digunakan sederhana tetapi fakta bahwa pada masa kini diterapkan pola sama dalam programming (sistem biner 0-1 komputer). Tidak ada sistem bilangan modus yang digunakan pada sistem bilangan penduduk Angkola Mandailing (seperti angka 25 di Jawa), semua bilangan diperlakukan sama (peroses pengulangan, seperti sempoa). Idem dito dengan sistem penanggalan di Angkola Mandailing, tetap menggunakan sistem matahari yang mana 1 tahun 365 hariatau 366 hari);  1 tahun adalah 12 bulan; 1 bulan adalah 30 hari (atau 28 dan 29 hari); 1 pekan (minggu) adalah 7 hari; 1 hari adalah 24 jam dan seterusnya. Keunikan sistem penanggalan ini yang membedakan di wilayah lain (termasuk di India) adalah tidak hanya satu hari yang memiliki nama tetapi juga nama-nama jam bahkan nama-nama menit mungkin.

Lantas bagaimana sejarah sistem penanggalan penduduk Angkola Mandailing? Seperti disebut di atas sudah eksis sejak zaman kuno, tidak hanya sistem bilangan, tetapi juga sistem penanggalan juga berbeda dengan di Jawa. Tentu saja nama-nama jam hanya ditemukan pada penduduk Angkola Mandailing. Seperti akan dilihat pada artikel lainnya, sistem yang disederhanakan itu juga diaplikasikan pada sistem kekerabatan (partuturon di dalam sistem dalihan na tolu) dan sistem penamaan flora dan fauna, Dengan kata lain penduduk Angkola Mandailing sangat piawai dalam angka (detail) termasuk permainan catur tradisional. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sistem Penanggalan di Angkola Mandailing Sejak Zaman Kuno

Tunggu deskripsi lengkapnya

Semua Sistem Zaman Kuno di Angkola Mandailing Diserderhanakan

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: