Rabu, Juni 23, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (52): Bahasa Daun Dunia Flora di Angkola Mandailing Zaman Kuno; Sekko, Kapur, Hulim, Damar, Tusam

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Sejak zaman kuno, para ahli di Yunani mulai menyadari dunia kehidupan harus dibagi dua, dunia tumbuhan (flora) dan dunia hewan (fauna). Karena menurut pemahaman hanya dua dunia ini yang memberi dampak langsung dalam kehidupan. Hal serupa itu juga berlaku pada penduduk-penduduk awal termasuk di Hindia Timur seperti pada penduduk pedalaman Sumatra. Perhatian terhadap dunia klimatologi dan dunia geologi belum dipahami sepenuhnya. Dalam konteks inilah dunia flora (berbunga) begitu penting dalam kehidupan sehari-hari mulai dari bahan masakan, obat-obatan dan kegunaan lainnya. Tidak seperti cara pandang Yunani (bunga), penduduk di Tanah Batak, khususnya di Angkola Mandailing, dunia daun ini dianggap lebih bermakna sehingga para ahli pada era Hindia Belanda menyebut orang Angkola Mandailing sangat ahli soal ragam (bahasa) daun.

Seperti halnya pemahaman terhadap dunia hewan (fauna) di berbagai wilayah di nusantara pada zaman kuno, pemahaman terhadap dunia tumbuhan ini begitu penting, Dengan kata lain dunia hewan dan dunia tumbuhan sama pentingnya. Oleh karena itu semua hewan dan tumbuhan yang dimanafaatkan telah diberi nama-nama (identifikasi) sendiri. Nama-nama setempat menjad bagian dari bahasa asli. Seperti halnya sebutan (bahasa) partuturaon dalam bahasa Angkola Mandailing yang begitu rinci, ternyata berlaku, secara khusus pada dunia tumbuhan, terutama terkait daun juga sebutan (penamaannya) begitu rinci. Perincian tentang daun(-daunan) inilah yang dimaksud dalam judul ini dengan nama tunggal bahasa daun. Lantas mengapa begitu? Ini terkait dengan adat (pemanfaatan untuk masakan) dan obat-obatan (hadatuon). Pemahaman daun oleh penduduk Angkola Mandailing membuat orang Eropa tercengang, karena dalam ilmu dasar Eropa (sejak zaman Yunani kuno), daun adalah pembeda antar satu tumbuhan dengan tumbuhan (tidak hanya bunga). Dalam dunia botani yang sekarang, batang, cabang dan ranting boleh berbeda tetapi fungsi daun (juga bunga) tetap sama.

Lantas bagaimana sejarah dunia tumbuhan dan bahasa daun di Angkola Mandailing? Bahasa daun tampaknya hanya (khas) Angkola Mandailing, seperti halnya orang Eskimo tentang dunia ikan. Lalu apakah soal bahasa daun ini di Angkola Mandailing terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Angkola Mandailing pada zaman kuno seperti halnya aksara, adat (dalihan na tolu dan marga) dan dunia masakan dan obat-obatan serta partuturon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Dunia Tumbuhan: Dari Tanah Batak hingga Yunani

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dunia Tumbuhan dan Bahasa Daun di Angkola Mandailing

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: