Selasa, November 11, 2014

Bag-1. Sejarah Tapanuli: ‘Prakondisi Berawal di Natal dan Menjadi Kresidenan yang Berkedudukan di Sibolga’

Peta Tapanoeli, 1830 (KITLV)

Setelah Jawa, wilayah ekspansi berikutnya pemerintahan kolonial Belanda adalah Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan. Pada tahun 1815, pemerintah kolonial Belanda menempatkan seorang Residen di Palembang en Banca. Sedangkan dua pulau yang lainnya baru setingkat asisten residen. Dalam perkembangannya di Sumatra, daerah koloni Belanda merangsek ke wilayah barat yang disebut Sumatra’s Westkus. Singkat cerita, pada tahun 1829 pejabat tertinggi di Sumatra’s Westkus adalah seorang Residen berkedudukan di Padang. Dengan kata lain struktur pemerintahan  di Sumatra’s Westkust baru berpangkat Resident dengan dibantu tiga asisten residen masing-masing di Padang, Zuidelijke afdeeling dan Benkoelen yang berkedudukan di Padang. Ini berarti wilayah Benkoelen masuk Sumatra’s Westkust dan wilayah Tapanuli yang sekarang, belum disebut sebagai bagian dalam sistem pemerintahan Belanda di Sumatra’s Weskust sejauh ini..

Namun tahun berikutnya, pada tahun 1830, di satu sisi wilayah Benkoelen dipisahkan dari Sumatra’s Westkust, tetapi di sisi lain administrasi Sumatra’s Westkust diperluas ke utara. Struktur pemerintahan tetap menjadi Residen dengan dibantu satu asisten residen di lanskap Padang dan satu lagi asisten residen di lanskap Padangsche Bovenlanden. Nama asisten residen anonym sebelumnya Zuidelijke afdeeling menjadi midelijke afdeeling.  Dalam wilayah kerja Residen Sumatra’s Westkust ini ada empat lanskap baru, yakni: Nattal dan Tappanoeli masing-masing dengan menempatkan seorang posthouder en ontvanger der regten; Aijer Bangies dengan menempatkan seorang civiel kommandant; dan Poelo Batoe dengan menempatkan seorang posthouder. Diantara empat lanskap baru ini baru Aijer Bangies yang sudah melakukan sivilisasi.

Empat wilayah baru tersebut masih tetap sama pada tahun 1831. Namun nama jabatan Residen di Sumatra’s Westkust berubah nama menjadi Resident en Militaire Kommandant.  Posisi ini dipegang oleh seorang militer yakni Luitenane Kolonel C.P.J Elout. Hal lain yang berubah adalah adanya penambahan lanskap baru yang sebelumnya belum disebut, yakni Pariaman dengan menempatkan seorang civiel kommandant dan lanskap baru dengan Zuidelijke afdeeling yang menempatkan seorang posthouder di Poelo Tjinka.

Pada tahun 1832 terjadi perubahan atmosfir wilayah. struktur pemerintahan militer diperkuat yang sebelumnya hanya pada Resident en Militair Kommandant di seluruh Sumatra’s Westkust, kini terdapat empat lanskap yang menerapkan intervensi militer, yakni: di lanskap Padangsche Bovenlanden yang sebelumnya asisten residen menjadi Civiel en Militaire Kommandant dengan pangkat Kapitein; di lanskap Pariaman yang sebelumnya civiel kommandant menjadi Civiel en Militaire Kommandant dengan pangkat Tweede Luitenane; dan di lanskap Nattal dan Aijer Bangies menjadi Civiel en Militaire Kommandant. Di lanskap Natal sendiri ditempatkan seorang berpangkat yang lebih tinggi, 1ste Luitenane.

***
Pada tahun 1833 satu lanskap baru ditambah yakni Tapanoeli. Empat lanskap (Nattal, Tappanoeli, Aijer Bangies dan Poelo Batoe)  kemudian menjadi satu kesatuan wilayah yang disebut Noordelijke Afdeeling (belum diberi nama). Pimpinan wilayah baru ini adalah Civiel en Militaire Kommandant berpangkat tertinggi (1ste Luitenane), sebagaimana sebelumnya di tempatkan di Natal.

Pada tahun 1836 di Noordelijke Afdeeling struktur pemerintahan sudah bergeser dari militer ke sipil. Seorang asisten residen ditempatkan di Noordelijke Afdeeling yang berkedudukan di Natal. Untuk membantu asisten residen di lanskap Natal yang diperluas di Mandheling dan lanskap Aijer Bangies yang diperluas di Rau  diangkat masing-masing seorang asisten yang dibebankan pada tugas-tugas sipil (adsistent, belast met het civiel gezag). Sementara di lanskap Aijer Bangies masih tetap diberlakukan civiel commandant dengan pangkat Tweede Luitenane. Untuk lanskap Tapanoeli dan lanskap Poelo Batoe masih tetap dalam posisi semula yang masing-masing menempatkan seorang posthouder. Di Noordelijke Afdeeling ini satu fungsi baru untuk membantu asisten residen yakni dengan menempatkan seorang pakhuismeester.

***
Pada tahun 1838 wilayah Sumatra’s Westkust ditingkatkan dari kresidenan menjadi provinsi. Pimpinan pemerintahan dari sebelumnya Residen menjadi Gubernur dengan nama Civiel en Militaire Gouverneur. Posisi gubernur ini dijabat oleh A.V. Michiels. Gubernur dibantu dua residen yakni Residen untuk Padang dan Residen untuk Aijer Bangies. Namun demikian, kedua residen ini berkedudukan di kantor gubernur di Padang. Untuk kresidenan Aijer Bangies ditempatkan seorang asisten residen di Aijer Bangies yang dibantu seorang pakhuismeester. Asisten residen di Natal dihapuskan. Sedangkan empat lanskap lainnya (Mandheling, Rau, Tapanoeli dan Poela Batoe) tetap seperti semula yang mana di Mandheling dan di Rau  dijabat oleh  masing-masing seorang asisten yang dibebankan pada tugas-tugas sipil (adsistent, belast met het civiel gezag) untuk membantu asisten residen di Aijer Bangies. Semantara di Tapanoeli dan Poelo Batoe masih tetap dijabat oleh masing-masing seorang posthouder. Residen Aijer Bangies, selain dibantu seorang Asisten Residen, juga dibantu oleh empat belas ‘ambtenaren ter beschikking van den gouverneur’ yang salah satu diantaranya ditempatkan langsung di Aijer Bangies. Pada tahun 1839 struktur pemerintahan ini tetap dan tidak berubah.

Pada tahun 1840 terjadi perubahan besar-besaran. Nama Noordelijke Afdeeling diubah namanya menjadi Residentie Aijer Bangies. Residen untuk Aijer Bangies yang sebelumnya berkantor di gubernuran, kini ditempatkan langsung di Aijer Bangies. Fungsi ‘ambtenaren ter beschikking van den gouverneur’ dihapuskan. Akan tetapi, untuk membantu Residen dibantu seorang asisten residen, seorang  sekretaris, seorang kommies dan seorang pakhuismeester. Asisten residen baru disebut adsistent resident van Mandheling en Ankola tetapi berkantor di Aijer Bangies. Untuk membantu asisten residen, posisi Natal yang sebelumnya dihapuskan, diaktifkan lagi dengan menempatkan seorang controleur yang berkedudukan di Natal, Sedangkan posisi di lanskap Rau dihapuskan. Untuk lanskap Tapanoeli tetap ditempati seorang posthouder, tetapi diperluas ke Baros dengan menempatkan seorang civiel gezaghebber. Untuk memperkuat struktur pemerintahan di Residentie Aijer Bangies diangkat seorang kommies aontvanger  dan seorang controleur ter beschikking van den resident (wilayah Tapanoeli dan Baros). Struktur pemerintahan ini tetap dan tidak berubah pada tahun 1841.

Pada tahun 1842 terjadi perubahan besar-besaran kembali. Selain residentie Aijer Bangies tetap eksis, dibentuk satu residenti baru yang dinamakan Residentie Bataklanden. Sebagian lanskap yang ada masuk residentie Aijer Bangies dan sebagian lanskap yang lain masuk residentie Bataklanden. Di Residentie Aijer Bangies selain Residen berkedudukan di Aijer Bangies juga diperluas dengan menempatkan seorang controleur di Pasaman. Sementara lainnya dibentuk tiga afdeeling, yakni: Afdeeling Mandheling en Ankola, Afdeeling Rau dan Afdeeling Natal. Di Afdeeling Rau ditempatkan seorang asisten residen dan seorang controleur. Sementara di Afdeeling Mandheling en Ankola asisten residen yang sebelumnya berkantor di Aijer Bangies kini berkedudukan di Kotanopan. Asisten Residen Mandheling en Ankola dibantu dua controleur yakni controleur kelas-1 di Ankola dan controleur kelas-2 di Oeloe en Pakanten. Sedangkan di Afdeeling Natal ditempatkan seorang controleur kelas-1.

Di Residentie Bataklanden dibentuk dua afdeeling, yakni: Afdeeling Tapanoeli dan Afdeeling Pertibie. Untuk mengordinasi dua afdeeling ini dilakukan oleh hoofd geocommiterde (bukan residen). Di Afdeeling Tapanoeli diangkat seorang asisten residen berkedudukan di Sibolga yang dibantu seorang kommies dan ambtenar. Selain itu di afdeeling ini ditempatkan dua contreleur yang masing-masing berpangkat kelas-2 di Baros dan Singkel. Pada masing-masing controleur ini ditempatkan seorang kommies. Afdeeling ini juga meliputi eilend Nias yang mana di Goenoeng Sitoli ditempatkan seorang posthouder berpangkat eerste luitenane. Sementara itu, di Afdeling Pertibie, ditempatkan seorang geocommiterde untuk lanskap Padang Lawas, Tamboese, Paneh en Bila. Tugas ini diperankan oleh F,J. Willer yang dibantu seorang ambtenar, seorang controleur kelas-2 di Bila dan seorang geocommiterde voor topographische.

Pada tahun 1843 gubernur Sumatra’s Westkust masih dijabat Michiels. Di Sumatra’s Westkust terdiri dari tiga kresidenan yakni Kresidenan Padangsche Bovenlanden berkedudukan di Fort de Kock, Kresidenan Aijer Bangies berkedudukan di Aijer Bangies dan Kresidenan Bataklanden. Struktur pemerintahan di Residentie Airjer Bangies masih sama dengan tahun 1842. Di Residentie Bataklanden hanya ada perubahan di afdeeling Pertibie yang mana hanya diperankan oleh seorang ambtenar saja. Pada tahun 1844 tidak ada perubahan di Residenti Aijer Bangies. Namun di Residentie Bataklanden, namanya diubah menjadi Residentie Tapanoeli. Afdeeling Pertibie dihapuskan dari Residentie Bataklanden/Tapanoeli.

Pada tahun 1845 gubernur Sumatra’s Westkust masih dijabat Michiels. Di Sumatra’s Westkust hanya dibentuk dua kresidenan yakni Kresidenan Padangsche Bovenlanden berkedudukan di Fort de Kock dan Kresidenan Tapanoeli berkedudukan di Sibolga. Aijer Bangies sendiri yang dulu berstatus residen diturunkan menjadi asisten residen tetapi seperti beberapa asisten residen yang lainnya berada di luar Kresidenan Padangsche Bovenlanden. Sementara asisten residen Mandheling en Ankola dimasukkan ke Residentie Tapanoeli. Sementara controleur Natal masih tetap di Asisten Residen Aijer Bangies. Selain itu, Residentie Tapanoeli ditingkatkan statusnya dari sebelumnya asisten residen menjadi Residen yang berkedudukan di Sibolga. Dengan perubahan itu, maka Kresidenan Tapanoeli terdiri dari tiga afdeeling (Mandheling en Ankola, Baros dan Singkel) plus eilend Nias. Di afdeeling Mandheling tetap ditempatkan asisten residen dengan dibantu dua controleur. Di kantor Residen di Sibolga, Residen dibantu oleh sekretaris, kommies, ambtenar dan seorang controleur. Pada tahun 1846 tidak ada perubahan yang berarti kecuali bahwa afdeeling Natal yang sebelumnya masih di Aijer Bangies kini dimasukkan ke Residentie Tapanoeli. Selanjutnya struktur pemerintahan baru ini tidak mengalami perubahan hingga tahun 1851.

(bersambung)

*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber tempo doeloe: Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar (terbitan 1815 sd 1851).

4 komentar:

Tuan Syahron mengatakan...

Membuka wawasan sekali tulisan pak Harahap ini, dan Sudah beberapa tahun dinanti, sambungan sejarah Tapanuli belum ada, mohon kelanjutan sejarahnya ya pak.Trims.

Akhir Matua Harahap mengatakan...

Pak Syahron, suatu waktu ke akan kembali ke serial Sejarah Tapanuli. Beberapa tahun terakhir ini waktu saya lebih banyak di blog Postaha Depok. Untuk serial sejarah Tapanuli ditunda dulu, tetapi Pak Syahron dapat mengikuti serial sejarah Kota Sibolga yang baru dimulai dengan artikel pertama di blog Poestaha Depok.
Terimakasih

Unique mengatakan...

Assalamualaikum terima kasih atas informasinya alm ayah saya adalah keponakan dr beliau abdul hakim bin mangaradja gading harahap keluarga ayah saya dari mangaradja tagor harahap satu buyut dengan syech syahbuddin harahap... Kalau ada info tentang syech syahbuddin harahap bisa email saya saya di uniquece21@gmail.com terima kasih 🙏🙏🙏

Unique mengatakan...

Assalamualaikum terima kasih atas informasinya alm ayah saya adalah keponakan dr beliau abdul hakim bin mangaradja gading harahap keluarga ayah saya dari mangaradja tagor harahap satu buyut dengan syech syahbuddin harahap... Kalau ada info tentang syech syahbuddin harahap bisa email saya saya di uniquece21@gmail.com terima kasih 🙏🙏🙏