Peta Tapanoeli, 1830 (KITLV) |
Setelah
Jawa, wilayah ekspansi berikutnya pemerintahan kolonial Belanda adalah Sumatra,
Sulawesi dan Kalimantan. Pada tahun 1815, pemerintah kolonial Belanda
menempatkan seorang Residen di Palembang en Banca. Sedangkan dua pulau yang
lainnya baru setingkat asisten residen. Dalam perkembangannya di Sumatra,
daerah koloni Belanda merangsek ke wilayah barat yang disebut Sumatra’s
Westkus. Singkat cerita, pada tahun 1829 pejabat tertinggi di Sumatra’s Westkus
adalah seorang Residen berkedudukan di Padang. Dengan kata lain struktur pemerintahan di Sumatra’s Westkust baru berpangkat Resident
dengan dibantu tiga asisten residen masing-masing di Padang, Zuidelijke
afdeeling dan Benkoelen yang berkedudukan di Padang. Ini berarti wilayah
Benkoelen masuk Sumatra’s Westkust dan wilayah Tapanuli yang sekarang, belum disebut
sebagai bagian dalam sistem pemerintahan Belanda di Sumatra’s Weskust sejauh ini..
Namun
tahun berikutnya, pada tahun 1830, di satu sisi wilayah Benkoelen dipisahkan
dari Sumatra’s Westkust, tetapi di sisi lain administrasi Sumatra’s Westkust
diperluas ke utara. Struktur pemerintahan tetap menjadi Residen dengan dibantu
satu asisten residen di lanskap Padang dan satu lagi asisten residen di lanskap
Padangsche Bovenlanden. Nama asisten residen anonym sebelumnya Zuidelijke
afdeeling menjadi midelijke afdeeling. Dalam
wilayah kerja Residen Sumatra’s Westkust ini ada empat lanskap baru, yakni: Nattal
dan Tappanoeli masing-masing dengan menempatkan seorang posthouder en ontvanger
der regten; Aijer Bangies dengan menempatkan seorang civiel kommandant; dan
Poelo Batoe dengan menempatkan seorang posthouder. Diantara empat lanskap baru
ini baru Aijer Bangies yang sudah melakukan sivilisasi.
Empat
wilayah baru tersebut masih tetap sama pada tahun 1831. Namun nama jabatan
Residen di Sumatra’s Westkust berubah nama menjadi Resident en Militaire
Kommandant. Posisi ini dipegang
oleh seorang militer yakni Luitenane Kolonel C.P.J Elout. Hal lain yang berubah
adalah adanya penambahan lanskap baru yang sebelumnya belum disebut, yakni Pariaman
dengan menempatkan seorang civiel kommandant dan lanskap baru dengan Zuidelijke
afdeeling yang menempatkan seorang posthouder di Poelo Tjinka.
Pada
tahun 1832 terjadi perubahan atmosfir wilayah. struktur pemerintahan militer diperkuat
yang sebelumnya hanya pada Resident en Militair Kommandant di seluruh Sumatra’s
Westkust, kini terdapat empat lanskap yang menerapkan intervensi militer, yakni: di lanskap
Padangsche Bovenlanden yang sebelumnya asisten residen menjadi Civiel en
Militaire Kommandant dengan pangkat Kapitein; di lanskap Pariaman yang
sebelumnya civiel kommandant menjadi Civiel en Militaire Kommandant dengan
pangkat Tweede Luitenane; dan di lanskap Nattal dan Aijer Bangies menjadi Civiel
en Militaire Kommandant. Di lanskap Natal sendiri ditempatkan seorang berpangkat yang
lebih tinggi, 1ste Luitenane.
***
Pada
tahun 1833 satu lanskap baru ditambah yakni Tapanoeli. Empat lanskap (Nattal, Tappanoeli, Aijer Bangies dan Poelo
Batoe) kemudian menjadi satu kesatuan wilayah
yang disebut Noordelijke Afdeeling (belum diberi nama). Pimpinan wilayah baru ini adalah Civiel en Militaire Kommandant berpangkat tertinggi
(1ste Luitenane), sebagaimana sebelumnya di tempatkan di Natal.
Pada
tahun 1836 di Noordelijke Afdeeling struktur pemerintahan sudah bergeser dari
militer ke sipil. Seorang asisten residen ditempatkan di Noordelijke Afdeeling
yang berkedudukan di Natal. Untuk membantu asisten residen di lanskap Natal yang
diperluas di Mandheling dan lanskap Aijer Bangies yang diperluas di Rau diangkat masing-masing seorang asisten yang
dibebankan pada tugas-tugas sipil (adsistent, belast met het civiel gezag).
Sementara di lanskap Aijer Bangies masih tetap diberlakukan civiel commandant dengan
pangkat Tweede Luitenane. Untuk lanskap Tapanoeli dan lanskap Poelo Batoe masih
tetap dalam posisi semula yang masing-masing menempatkan seorang posthouder. Di
Noordelijke Afdeeling ini satu fungsi baru untuk membantu asisten residen yakni dengan menempatkan seorang pakhuismeester.
***
Pada
tahun 1838 wilayah Sumatra’s Westkust ditingkatkan dari kresidenan menjadi
provinsi. Pimpinan pemerintahan dari sebelumnya Residen menjadi Gubernur dengan
nama Civiel en Militaire Gouverneur. Posisi gubernur ini dijabat oleh A.V.
Michiels. Gubernur dibantu dua residen yakni Residen untuk Padang dan Residen
untuk Aijer Bangies. Namun demikian, kedua residen ini berkedudukan di kantor
gubernur di Padang. Untuk kresidenan Aijer Bangies ditempatkan seorang asisten
residen di Aijer Bangies yang dibantu seorang pakhuismeester. Asisten residen
di Natal dihapuskan. Sedangkan empat lanskap lainnya (Mandheling, Rau,
Tapanoeli dan Poela Batoe) tetap seperti semula yang mana di Mandheling dan di Rau
dijabat oleh masing-masing seorang asisten yang dibebankan
pada tugas-tugas sipil (adsistent, belast met het civiel gezag) untuk membantu
asisten residen di Aijer Bangies. Semantara di Tapanoeli dan Poelo Batoe masih
tetap dijabat oleh masing-masing seorang posthouder. Residen Aijer Bangies,
selain dibantu seorang Asisten Residen, juga dibantu oleh empat belas ‘ambtenaren
ter beschikking van den gouverneur’ yang salah satu diantaranya ditempatkan langsung
di Aijer Bangies. Pada tahun 1839 struktur pemerintahan ini tetap dan tidak
berubah.
Pada
tahun 1840 terjadi perubahan besar-besaran. Nama Noordelijke Afdeeling diubah
namanya menjadi Residentie Aijer Bangies. Residen untuk Aijer Bangies yang
sebelumnya berkantor di gubernuran, kini ditempatkan langsung di Aijer Bangies.
Fungsi ‘ambtenaren ter beschikking van den gouverneur’ dihapuskan. Akan tetapi,
untuk membantu Residen dibantu seorang asisten residen, seorang sekretaris, seorang kommies dan seorang
pakhuismeester. Asisten residen baru disebut adsistent resident van Mandheling
en Ankola tetapi berkantor di Aijer Bangies. Untuk membantu asisten residen,
posisi Natal yang sebelumnya dihapuskan, diaktifkan lagi dengan menempatkan
seorang controleur yang berkedudukan di Natal, Sedangkan posisi di lanskap Rau
dihapuskan. Untuk lanskap Tapanoeli tetap ditempati seorang posthouder, tetapi
diperluas ke Baros dengan menempatkan seorang civiel gezaghebber. Untuk
memperkuat struktur pemerintahan di Residentie Aijer Bangies diangkat seorang
kommies aontvanger dan seorang
controleur ter beschikking van den resident (wilayah Tapanoeli dan Baros). Struktur
pemerintahan ini tetap dan tidak berubah pada tahun 1841.
Pada
tahun 1842 terjadi perubahan besar-besaran kembali. Selain residentie Aijer
Bangies tetap eksis, dibentuk satu residenti baru yang dinamakan Residentie
Bataklanden. Sebagian lanskap yang ada masuk residentie Aijer Bangies dan
sebagian lanskap yang lain masuk residentie Bataklanden. Di Residentie Aijer
Bangies selain Residen berkedudukan di Aijer Bangies juga diperluas dengan
menempatkan seorang controleur di Pasaman. Sementara lainnya dibentuk tiga
afdeeling, yakni: Afdeeling Mandheling en Ankola, Afdeeling Rau dan Afdeeling
Natal. Di Afdeeling Rau ditempatkan seorang asisten residen dan seorang
controleur. Sementara di Afdeeling Mandheling en Ankola asisten residen yang
sebelumnya berkantor di Aijer Bangies kini berkedudukan di Kotanopan. Asisten
Residen Mandheling en Ankola dibantu dua controleur yakni controleur kelas-1 di
Ankola dan controleur kelas-2 di Oeloe en Pakanten. Sedangkan di Afdeeling
Natal ditempatkan seorang controleur kelas-1.
Di
Residentie Bataklanden dibentuk dua afdeeling, yakni: Afdeeling Tapanoeli dan
Afdeeling Pertibie. Untuk mengordinasi dua afdeeling ini dilakukan oleh hoofd geocommiterde
(bukan residen). Di Afdeeling Tapanoeli diangkat seorang asisten residen
berkedudukan di Sibolga yang dibantu seorang kommies dan ambtenar. Selain itu
di afdeeling ini ditempatkan dua contreleur yang masing-masing berpangkat
kelas-2 di Baros dan Singkel. Pada masing-masing controleur ini ditempatkan
seorang kommies. Afdeeling ini juga meliputi eilend Nias yang mana di Goenoeng
Sitoli ditempatkan seorang posthouder berpangkat eerste luitenane. Sementara
itu, di Afdeling Pertibie, ditempatkan seorang geocommiterde untuk lanskap
Padang Lawas, Tamboese, Paneh en Bila. Tugas ini diperankan oleh F,J. Willer
yang dibantu seorang ambtenar, seorang controleur kelas-2 di Bila dan seorang geocommiterde
voor topographische.
Pada
tahun 1843 gubernur Sumatra’s Westkust masih dijabat Michiels. Di Sumatra’s
Westkust terdiri dari tiga kresidenan yakni Kresidenan Padangsche Bovenlanden
berkedudukan di Fort de Kock, Kresidenan Aijer Bangies berkedudukan di Aijer
Bangies dan Kresidenan Bataklanden. Struktur pemerintahan di Residentie Airjer
Bangies masih sama dengan tahun 1842. Di Residentie Bataklanden hanya ada
perubahan di afdeeling Pertibie yang mana hanya diperankan oleh seorang
ambtenar saja. Pada tahun 1844 tidak ada perubahan di Residenti Aijer Bangies.
Namun di Residentie Bataklanden, namanya diubah menjadi Residentie Tapanoeli.
Afdeeling Pertibie dihapuskan dari Residentie Bataklanden/Tapanoeli.
Pada
tahun 1845 gubernur Sumatra’s Westkust masih dijabat Michiels. Di Sumatra’s
Westkust hanya dibentuk dua kresidenan yakni Kresidenan Padangsche Bovenlanden
berkedudukan di Fort de Kock dan Kresidenan Tapanoeli berkedudukan di Sibolga.
Aijer Bangies sendiri yang dulu berstatus residen diturunkan menjadi asisten
residen tetapi seperti beberapa asisten residen yang lainnya berada di luar
Kresidenan Padangsche Bovenlanden. Sementara asisten residen Mandheling en
Ankola dimasukkan ke Residentie Tapanoeli. Sementara controleur Natal masih
tetap di Asisten Residen Aijer Bangies. Selain itu, Residentie Tapanoeli ditingkatkan
statusnya dari sebelumnya asisten residen menjadi Residen yang berkedudukan di
Sibolga. Dengan perubahan itu, maka Kresidenan Tapanoeli terdiri dari tiga afdeeling (Mandheling en
Ankola, Baros dan Singkel) plus eilend Nias. Di afdeeling Mandheling tetap
ditempatkan asisten residen dengan dibantu dua controleur. Di kantor Residen di
Sibolga, Residen dibantu oleh sekretaris, kommies, ambtenar dan seorang
controleur. Pada tahun 1846 tidak ada perubahan yang berarti kecuali bahwa
afdeeling Natal yang sebelumnya masih di Aijer Bangies kini dimasukkan ke
Residentie Tapanoeli. Selanjutnya struktur pemerintahan baru ini tidak
mengalami perubahan hingga tahun 1851.
(bersambung)
(bersambung)
4 komentar:
Membuka wawasan sekali tulisan pak Harahap ini, dan Sudah beberapa tahun dinanti, sambungan sejarah Tapanuli belum ada, mohon kelanjutan sejarahnya ya pak.Trims.
Pak Syahron, suatu waktu ke akan kembali ke serial Sejarah Tapanuli. Beberapa tahun terakhir ini waktu saya lebih banyak di blog Postaha Depok. Untuk serial sejarah Tapanuli ditunda dulu, tetapi Pak Syahron dapat mengikuti serial sejarah Kota Sibolga yang baru dimulai dengan artikel pertama di blog Poestaha Depok.
Terimakasih
Assalamualaikum terima kasih atas informasinya alm ayah saya adalah keponakan dr beliau abdul hakim bin mangaradja gading harahap keluarga ayah saya dari mangaradja tagor harahap satu buyut dengan syech syahbuddin harahap... Kalau ada info tentang syech syahbuddin harahap bisa email saya saya di uniquece21@gmail.com terima kasih 🙏🙏🙏
Assalamualaikum terima kasih atas informasinya alm ayah saya adalah keponakan dr beliau abdul hakim bin mangaradja gading harahap keluarga ayah saya dari mangaradja tagor harahap satu buyut dengan syech syahbuddin harahap... Kalau ada info tentang syech syahbuddin harahap bisa email saya saya di uniquece21@gmail.com terima kasih 🙏🙏🙏
Posting Komentar