Minggu, Mei 29, 2011

Arif Siregar: Presiden Direktur PT. Inco dan Tokoh Pertambangan Nasional yang Visioner

*Untuk melihat semua artikel Tokoh Tabagsel Masa Kini dalam blog ini Klik Disini

Arif Siregar lahir di Padang Sidempuan 19 Desember 1952. Sejak 2006, Arif Siregar menjabat sebagai Presiden Direktur (CEO) PT Internasional Nikel Indonesia (Inco) Tbk. Sebelumnya ia adalah Presiden Direktur PT Kelian Equatorial Mining (KEM), Grup Rio Tinto (2003-2006) dan Wakil Presiden Direktur PT Rio Tinto Indonesia (2003).

Riwayat pendidikan

Sejak kuliah di tahun pertama di ITB (1973), dunia tambang sudah mulai mendarah daging di dalam dirinya. Awalnya Arif Siregar tak langsung memilih jurusan Teknik Pertambangan, karena memang belum ada penjurusan kala itu. Namun ketika naik ke tingkat dua, Arif mengikuti psikotes dan hasilnya Arif ditawari tiga jurusan: Teknik Pertambangan, Teknik Perminyakan, atau Teknik Kimia. Dia tak ingin semuanya, karena lebih menyukai fisika murni, dan tak menyukai kimia. Tapi dosennya menyarankan untuk mengambil teknik pertambangan, karena juga mempelajari fisika.

Sabtu, Mei 28, 2011

Persebaran Prasarana dan Kegiatan Berbagai Cabang Olahraga di Tapanuli Bagian Selatan


Tapanuli Bagian Selatan dimasa lalu termasuk tempat yang ideal dalam ‘pembibitan’ usia dini dan ‘gudang’ olahragawan berprestasi di tingkat provinsi maupun tingkat nasional. Potensi Tapanuli Bagian Srlatan untuk sekadar menyebut nama, sebut saja misalnya Raja Nasution (atlet renang), Parluatan Siregar (atletik), petinju-petinju tangguh khususnya kelas berat dan lain sebagainya yang telah mengharumkan nama daerah. Juga, pemain sepakbila yang tergabung dalam tim sepakbola dengan nama klub Persitas (Persatuan Sepabola Indonesia Tapanuli Selatan). Namun kini, semua itu hanya kenangan dan atlet-atlet asal Tapanuli Bagian Selatan seakan sulit menunjukkan prestasi dan mampu meraih kemenangan di tingkat daerah apalagi tingkat nasional.

Olahraga sepakbola adalah cabang olahraga paling pupuler di Tapanuli Bagian Sealatan. Dulu, stadion sepakbola bernama Stadion Naposo tidak kalah sibuknya dengan Stadion Teladan di Medan. Stadion Naposo di masa lalu menjadi pusat prestasi pemain sepakbola daerah di selatan Sumatra Utara. Stadion Naposo menjadi semacam Gelora Bung Karno di Tapanuli Bagian selatan, dimana semua klub dari semua kecamatan melakukan kompetisi secara regular di stadion ini. Pemain-pemain terbaik dari klub kecamatan menjadi punggawa Persitas untuk unjuk gigi diantara berbagai klub kabupaten yang ada di Sumatra Utara. Pada tahun 1979, saya masih ingat bagaimana pertahanan Persitas tidak bisa ditembus oleh penyerang-penyerang Pardedetex (anggota klub Galatama) dan sebaliknya penyerang-penyerang Persitas mampu mebombardir gawang Pardedetex.

Jumat, Mei 27, 2011

Bandara Aek Godang: Prasarana Untuk Mempercepat Akses dari dan ke Tapanuli Bagian Selatan

Bandara Aek Godang adalah salah satu dari tujuh bandara yang ada di Sumatra Utara. Selain, Bandara Polonia (MES, Kode IATA) yang direncanakan relokasi ke Kuala Namu yang masuk kategori bandara kelas satu dengan status bandara internasional dibawah naungan PT Angkasa Pura II (persero), enam bandara lainnya hanya dikategorikan sebagai bandara perintis yang berada dibawah kendali UPT Dirjen Pehubungan (sekelas perum).  Bandara Aek Godang (AEG) bersama dengan Bandara Pinangsori (SIX) di Tapanuli Tengah dan Bandara Binaka (GNI) di Nias saat ini dikategorikan sebagai bandara kelas tiga.

Rabu, Mei 25, 2011

Gus Irawan Pasaribu: Bankir, Ketua KONI dan Pemain Sepak Bola

*Untuk melihat semua artikel Tokoh Tabagsel Masa Kini dalam blog ini Klik Disini

Gus Irawan Pasaribu adalah seorang yang di dalam dirinya terbentuk banyak talenta dan memiliki nilai plus di dalam karirnya. Gus Irawan yang lahir 31 Juli 1964 dan dibesarkan di Kota Padang Sidempuan saat  ini menjabat sebagai Direktur Bank Sumut dan Ketua KONI Sumut. Dia tangkas dalam beberapa cabang olahraga, seperti golf, futsal, sepakbola, tenis, jetski, boling, dan renang dan juga memiliki kepemimpinan yang didukung keahlian yang baik dalam bidang manajemen dan keuangan. Semua talenta dan keahlian yang dimilikinya menjadikannya sebagai Direktur Utama Bank Sumut selama 12 tahun (2000-sekarang) dan dipercaya sebagai Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sumut untuk dua periode (2007-2011) dan terpilih kembali 2011-2016).


Bankir berprestasi

Karirnya dibidang perbankan terbilang mulus dan cepat. Sebagai Direktur Utama Bank Sumut ia menjadi direktur utama termuda di umur 36 tahun di bank pembangunan daerah (BPD) bahkan dirut termuda di BPD seluruh lndonesia. Karir pantastiknya dimulai ketika umur32 tahun, ia sudah dipercaya menduduki posisi struktural sebagai kepala seksi meski baru enam bulan menjadi pegawai pelaksana di bank tersebut. Saat itu, September 1990, ia tercatat sebagai kepala seksi termuda di lingkungan Bank Sumut. Dalam rentang waktu enam tahun ia sudah menduduki posisi pimpinan cabang (Kepala Bank Sumut Cabang Tebing Tinggi) tahun1996 yang  tercatat sebagai pimpinan cabang termuda di lingkungan bank pembangunan daerah (BPD).

Senin, Mei 02, 2011

Sejarah Pemerintahan di Tapanuli Bagian Selatan: Dari Zaman Huta (Luhat) Hingga Zaman Desa (Urban)


*Semua artikel Sumatera Tenggara di Asia Tenggara dalam blog ini Klik Disini 


Apa Itu Huta?

Di Tanah Batak--khususnya Tapanuli Bagian Selatan--jauh sebelum masuknya pengaruh asing, sudah  terdapat banyak komunitas kecil yang disebut sebagai huta. Setiap huta (village) dipimpin oleh seorang raja dengan gelar Raja Pamusuk (RP). Setiap huta ini mempunyai sistem pemerintahan sendiri yang secara tradisional berdiri secara otonom. Sejumlah huta yang berdekatan secara teritorial dan terkait hubungan darah (genealogis) membentuk sebuah kawasan adat yang disebut luhat yang dipimpin oleh Raja Panusunan Bulung (RPB). Dalam menjalankan pemerintahan huta dan luhat para RP dan RPB mengacu pada sistem adat Batak yang mengatur sedemikian rupa dengan berlandaskan prinsip kekerabatan ‘dalihan na tolu’. RPB dipilih dari antara Raja Pamusuk yang terdapat dalam luhat, khususnya dari pihak turunan ‘sipungka huta’ (yang membuka huta) di dalam luhat yang bersangkutan. RPB ini selain sebagai kepala pemerintahan, juga sekaligus menjadi pengetua adat atau Raja Adat yang memimpin berbagai kegiatan seperti keagamaan, social hingga kegiatan ekonomi di seputar kawasan luhat yang menjadi wilayah kekuasaannya.