Arif Siregar lahir di Padang Sidempuan 19 Desember 1952. Sejak 2006, Arif Siregar menjabat sebagai Presiden Direktur (CEO) PT Internasional Nikel Indonesia (Inco) Tbk. Sebelumnya ia adalah Presiden Direktur PT Kelian Equatorial Mining (KEM), Grup Rio Tinto (2003-2006) dan Wakil Presiden Direktur PT Rio Tinto Indonesia (2003).
Riwayat pendidikan
Sejak kuliah di tahun pertama di ITB (1973), dunia tambang sudah mulai mendarah daging di dalam dirinya. Awalnya Arif Siregar tak langsung memilih jurusan Teknik Pertambangan, karena memang belum ada penjurusan kala itu. Namun ketika naik ke tingkat dua, Arif mengikuti psikotes dan hasilnya Arif ditawari tiga jurusan: Teknik Pertambangan, Teknik Perminyakan, atau Teknik Kimia. Dia tak ingin semuanya, karena lebih menyukai fisika murni, dan tak menyukai kimia. Tapi dosennya menyarankan untuk mengambil teknik pertambangan, karena juga mempelajari fisika.
Sewaktu naik ke tingkat tiga, Arif memilih spesialisasi metalurgi, tetapi Arif dengan tidak sengaja harus berhadapan kembali dengan bidang studi yang sangat tidak disukainya yakni kimia. Namun lamban laun karena Arif karena terlibat lebih dalam dengan kimia, maka akhirnya ia menyukainya. Menurut pengakuannya, dari dulu ketika di tingkat SMA dirinya tak suka kimia. Itu mungkin lebih karena cara gurunya menyampaikan pelajaran yang mungkin kurang menarik. Arif Siregar adalah alumni SMA Negeri 1 Padang Sidempuan.
Setelah sempat bekerja di Philipine Exploration hingga pertengahan 1980an, Arif lalu melanjutkan kuliah sampai mendapatkan gelar PhD pada 1992 dari University of Queensland, Australia. Untuk mendukung kemampuannya di bidang manajerial pertambangan, Arif mengikuti Program Manajerial di Harvard Business School, Amerika Serikat (selesai 1998)
Dalam perjalanan karirnya, Arif Siregar tidak hanya berprestasi dalam memimpin perusahaan pertambangan internasional (sekelas INCO), ia juga seorang akademisi yang bergelar doktor. Ia juga terlibat aktif dalam himpunan profesi. Dia ssejak 2005 sampai saat ini masih menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pertambangan Indonesia. Selain itu, Arif juga sebagai Anggota Tetap Kamar Dagang Indonesia (KADIN), Wakil Ketua Komisi Energi sejak 2005 hingga sekarang dan Dewan Penasehat Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi). Juga Arif pernah sebagai Ketua Perhapi-Sangatta dan Ketua Dewan Penyantun Perhimpunan Pendidikan Indonesia-Australia (1989-1990).
Ahli tambang yang visioner
Arif Siregar sudah 30 tahun menggeluti dunia tambang. Ia berpendapat bahwa penambang yang baik adalah yang bisa mengatur dampak positifnya jauh lebih besar. Sebelum tahun 2000, 90 persen karyawan tambang di Indonesia adalah insinyur tapi setelah itu perbandingannya antara insinyur dengan non insunyur menjadi 50:50. Ini menunjukkan bahwa dunia tambang adalah deal with community. Peran karyawan non-insinyur yang mengerti tentang budaya komunitas di sekitar lokasi pertambangan menjadi sangat menentukan keberrhasilan perusahaan pertambangan. Menurut Arif, perusahaan tambang harus mengelola industri beserta masyarakat. Tanpa dukungan masyarakat, industri tambang tak bisa berkelanjutan.
Pertemuan dua masa
Saya dua kali bertemu dengan tokoh tambang ini, kebetulan adiknya teman satu kelas dan sahabat saya di SMA Negeri 1 Padang Sidempuan yang juga ahli tambang (alumni ITB Bandung). Pertama ketika saya masih kanak-kanak (kelas dua sekolah dasar dan dia tingkat akhir SMA), waktu itu saya lagi mengejar layangan putus dan kebetulan layangan jatuh di dalam pagar rumah dan waktu itu dia saya lihat lagi baca-baca buku di teras rumah. Saya segan masuk ke dalam pagar maka saya hanya melihat-lihat layangan itu dari luar pagar. Mungkin karena dia kasihan melihat tingkah laku saya yang dalam hati terus berharap dapat layangan itu tapi saya enggan mengambilnya. Setelah beberapa lama dia lantas beranjak dari duduknya dan memberikan layangan itu kepada saya. Karena sangat senangnya, saya berlari ke rumah saya (jaraknya sekitar 200 meter) dan bahkan lupa mengucapkan terimakasih. Dasar anak. Tapi mungkin karena saya sangat senang, karena itulah layangan putus yang pertamakali saya dapat. Saat itu saya belum bisa membuat layangan dan belum ada layangan dijual di warung.
Kedua, beberapa tahun yang lalu saya bersama Ira Koesno (mantan presenter SCTV dulu) untuk presentasi hasil studi kami di PT. Inco. Ketika keluar dari ruangan presentasi hendak pulang saya berpapasan dengan Arif Siregar ketika dia baru keluar dari ruang kerjanya. Saya kembali segan menyapanya dan saya hanya tertegun sejenak melihatnya dari belakang sambil dia berlalu di sudut koridor. Melihat tingkah laku saya, Ira mengusik saya dan mengajak bergegas pulang. Tadi ada apa Khir. Ah, Cuma tadi ingin menyapa bapak yang baru lewat itu, tapi lain kali sajalah. Itu kan bos kita, bosnya PT. Inco. Emang kenal Khir. Iya kayaknya, dia dulu tetangga di kampung. Ah, masa iya. Sumber: dikompilasi dari berbagai media (Akhir Matua Harahap).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar