Kamis, November 26, 2015

Sejarah Kota Medan (7): Bulu Cina, Kota Lama, Kota China, Dua Kali Hilang Dari Peradaban



Peta Boeloe Tjina 1862
Nama Bulu Cina pada masa ini adalah nama sebuah desa di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra Utara. Nama desa ini telah menerima waris dari sebuah nama lanskap (kecamatan/kabupaten) di masa doeloe yang disebut Onderafdeeling (kecamatan) Baloe Tjina. Lanskap (kecamatan) Baloe Tjina sendiri yang berada di Pantai Timur Sumatra (Sumatra’s Oostkust) berdasarkan peta 1862 berbatasan langsung dengan lanskap (kecamatan) Langkat di sebelah utara dan lanskap (kecamatan) Deli di sebelah selatan. Nama bandar (pelabuhan) terkenal di Boeloe Tjina di masa doeloe bernama Sampei yang berada di sisi sungai Boeloe Tjina. Bandar Sampei adalah salah satu dari tiga bandar terkenal (Panai, Haroe dan Sampei) yang ditaklukkan oleh Majapahit (sebagaimana disebut dalam buku Negarakertagama oleh Mpu Prapanca).Bagaimana nama pelabuhan kuno itu hilang dan bagaimana nama Boeloe Tjina dihilangkan menarik untuk dipelajari. Mari kita lacak!

De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 04-06-1873: ‘Kekaisaran Atjeh meliputi bagian utara pulau Sumatra.. di pantai timur dibatasi sungai Tamiang yang menjadi batas antara Atjeh dan dependensi dari bawahan kami, Sultan Siak… selatan sungai Tamiang di sepanjang pantai timur terletak lanskap Langkat dan Baloe Tjina, yang termasuk dependensi Siak…Sesuatu yang diketahui baik adalah gunung Batoe Gapit, gunung dekat perbatasan Baloe Tjina dengan ketinggian 6.155 kaki di atas laut dan, konon, orang Batak yang menghuni lingkungan itu, yang mampu memberikan begitu besar jumlah sulfur yang mereka gunakan untuk pembuatan mesiu… Saya telah membuat keterangan di peta Sumatra (bagian utara) ini terutama didasarkan pada laporan dari para pelancong Inggris..’

Peta Boeloe Tjina, 1870
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 28-04-1873: ‘Dari Singkel dilaporkan bahwa orang Atjeh dan orang Batak di pedalaman sudah agak lama tidak muncul, sehingga tidak ada perdagangan kamper yang menguntungkan. Ketidakhadiran mereka akan mendeklarasikan fakta bahwa mereka terlalu sibuk dengan persiapan mereka untuk perang (melawan Belanda). Para pedagang di Aceh berpendapat bahwa seluruh penduduk Tampat Tuan (Tapaktuan) dan penduduk di NW (noordwest) Baloe Tjina akan bergabung dengan Sultan Aceh (melawan Belanda)’.

Peta Boeloe Tjina 1880
Baloe Tjina atau Boeloe Tjina, sebagai sebuah nama sesungguhnya telah dua kali hilang dari peradaban. Pertama, peradaban di masa lampau sebelum era kolonial yang diduga kuat terdapat koloni Tjina yang boleh jadi menjadi munculnya nama Boeloe Tjina. Misteri kota Cina masa lampau ini tengah dipelajari oleh sejumlah kalangan. Kedua, peradaban di masa era kolonial yang mana Baloe Tjina atau Boeloe Tjina diberi nama sebagai suatu lanskap (wilayah administratif yang belum terukur secara akurat). Nama lanskap ini kemudian dihilangkan dan wilayahnya di satukan ke dalam lanskap Deli ketika fase perkebunan besar dimulai di Deli dan Langkat. Nama Boeloe Tjina bukan lagi nama onderafdeeling (kecamatan) tetapi menjadi nama plantation (onderneming). .

Jumat, November 13, 2015

Prof. Dr. Mr. Todung Harahap gelar Sutan Gunung Mulia, Kelahiran Padang Sidempuan: Menteri Pendidikan RI yang Kedua

*Untuk melihat semua artikel Sejarah TOKOH Tabagsel dalam blog ini Klik Disini


Prof. Dr. Mr. Todoeng Harahap
Todung Harahap gelar Sutan Gunung Mulia pernah menjadi Menteri Pendidikan RI (setelah Ki Hajar Dewantara). Sutan Gunung Mulia lahir di Padang Sidempuan 1896 dan meninggal tahun 1968. Sutan Gunung Mulia adalah orang Indonesia ketujuh bergelar doktor dan orang Indonesia kedua bergelar profesor. Sutan Gunung Mulia adalah pendiri dan rektor pertama Universitas Kristen Indonesia (UKI). Sutan Gunung Mulia adalah orang Indonesia pertama menulis Eksiklopedia Indonesia. Sutan Gunung Mulia adalah pendiri dan ketua pertama Dewan Gereja- Gereja di Indonesia. Sutan Gunung Mulia adalah sepupu dari Amir Sjarifoedin (mantan Perdana Menteri RI). Kronologisnya sejak 1911 disarikan di bawah ini.

***
Todung Harahap lahir di Padang Sidempuan tahun 1896. Memulai pendidikan dasar di Sekolah Eropa (Europeesche Lagere School=ELS) Padang Sidempuan tahun 1903. Namun ketika naik kelas dua, ELS Padang Sidempuan ditutup karena dipindahkan ke Sibolga. Todung Harahap mau tak mau ikut pindah sekolah ke Sibolga. Pada tahun 1910, Todung menyelesaikan pendidikan di ELS dan ayahnya Mangaradja Hamonangan seorang pengusaha perkebunan di Padang Sidempuan menyekolahkan Todung ke Negeri Belanda.

Di negeri Belanda sendiri, sudah ada dua anak Padang Sidempuan yang studi, yakni: Rajioen Harahap gelar Soetan Casajangan Soripada dan Abdoel Firman Siregar gelar Mangaradja Soangkoepon. Sutan Casajangan tiba di Belanda tahun 1905 dan Mangaradja Soangkoepon tahun 1910. Sutan Casajangan pada tahun 1908 mendirikan dan presiden pertama Perhimpunan Hindia (Indisch Vereeniging) dan kembali ke tanah air tahun 1914 dan jabatan terakhir sebagai Direktur Normaal School di Meester Cornelis, Batavia. Mangaradja Soangkoepon kembali ke tanah air tahun 1917 dan memulai karir sebagai pejabat di Sumatra Timur dan jabatan terakhir anggota Volksraad tiga periode berturut-turut mewakili ‘dapil’ Sumatra Timur.

Setelah semua urusan selesai, Todung Harahap berangkat dari Batavia menuju Negeri Belanda tahun 1911. Dari Batavia menumpang kapal Prinses Juliana tanggal 2 November 1911 dengan nama tertulis di dalam manifest kapal sebagai Si Todoeng (lihat Het nieuws van den dag: kleine courant, 27-11-1911). Setelah menyelesaikan sekolah hukum dengan gelar Meester (Mr) tahun 1919 Todoeng pulang ke tanah air..

Kamis, November 05, 2015

Pelopor Pendidikan dan Pendiri Organisasi Sosial di Indonesia: Suatu Refleksi dalam Pengembangan Pendidikan, Agribisnis dan Ekonomi Kreatif di Tapanuli Bagian Selatan [1]



Oleh Akhir Matua Harahap[2]

Pada masa ini Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) terdiri dari empat kabupaten dan satu kota, yakni: Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas dan Kota Padang Sidempuan.Lima wilayah ini meski kini berbeda secara administratif namum dari sudut pandang mana pun kelima wilayah ini memiliki karakteristik yang sama: bahasa, budaya, sosial, ekonomi dan sebagainya. Oleh karenanya kelima wilayah ini tetap terikat dalam satu kesatuan sosial dan ekonomi yang disebut Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel).

Tiga isu utama pada masa kini di Tapanuli Bagian Selatan, yakni pendidikan, agrisbisnis dan ekonomi tengah mengalami permasalahan yang akut: tingkat kualitas pendidikan (penerimaan siswa di PTN terbaik) sudah sangat menurun, gerak pembangunan sektor pertanian dan pengembangan bisnis pertaniannya mengalami perlambatan, dan juga produk-produk unggulan telah lama kalah bersaing, sementara produk yang dapat diandalkan masih belum teridentifikasi dengan baik.

Padahal di masa doeloe dua dari tiga tiga isu utama tersebut memiliki success story di Afdeeling Mandheling en Ankola (nama lain Tabagsel tempo doeloe) yang dibicarakan di tingkat nasional (Hindia Belanda), yakni: pendidikan dan agribisnis.

BERITA PASCA LOKAKARYA: Lokakarya Pendidikan, Agribisnis dan Ekonomi Kreatif Tabagsel di IPB International Convention Centre, Baranangsiang Bogor, Senin, 2 November 2015



Jakarta (SIB)- Tanpa mengabaikan masalah pembangunan bidang lainnya, sektor pendidikan, agribisnis dan ekonomi kreatif perlu mendapat perhatian yang serius di daerahTapanuli Bagian Selatan (Tabagsel), Provinsi Sumatera Utara ( Sumut). Sebab, ketiga hal tersebut, sekarang ini mengalami permasalahan yang pelik bahkan kalut. Tingkat kwalitas pendidikan misalnya, khususnya penerimaan siswa di Pendidikan Tinggi Negeri (PTN) terbaik sudah sangat menurun. Gerak pembangunan sektor pertanian dan pengembangan bisnis pertanian sangat lambat, sedangkan produk-produk unggulan telah lama kalah bersaing, sementara produk yang dapat diandalkan masih belum teridentifikasi dengan baik.

Hal ini mengemuka dalam Lokakarya bertema: Pendidikan, Agribisnis dan Ekonomi Kreatif Tabagsel, hari Senin ( 2/11) di IPB International Convention Centre, Botani Square, Baranang siang, Bogor.

Dalam lokakarya sehari itu,  tampil sebagai pembicara Prof Dr Hermanto Siregar (Wakil Rektor IPB), MM Azhar Lubis (Deputi Kepala BKPM Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal),  Dr Mulya E.Siregar (Deputy Komisioner Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan), Ir H Darmadi Harahap SPd MM MP (Rektor Universitas Graha Nasional/UGN) dan Akhir Matua Harahap (Peneliti dan Pengajar Ilmu Kependudukan, Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia).

BERITA PRA LOKAKARYA: Lokakarya Pendidikan, Agribisnis dan Ekonomi Kreatif Tabagsel di IPB International Convention Centre, Baranangsiang Bogor, Senin, 2 November 2015


Waspada, 31 Oktober 2015