Selasa, September 24, 2013

Kweekschool Padang Sidempuan, Rajiun Harahap gelar Sutan Casayangan Soripada di Leiden, dan Pendiri Perhimpunan Pelajar Indonesia (Indische Vereeniging) di Eropa



Kweekschool Padang Sidempuan

Sutan Casayangan Soripada
Kweekschool Padang Sidempuan didirikan pada tahun 1874. Sekolah guru ini mewisuda muridnya yang pertama tahun 1884. Salah satu guru yang terkenal di Kweekschool Padang Sidempuan adalah Charles Adriaan van Ophuysen. Guru berkebangsaan Belanda ini menjadi direktur di Kweekschool Padang Sidempuan antara 1885 hingga 1890. Charles Adriaan van Ophuijsen sendiri lahir di Solok, Pantai Barat Sumatra tepat pada malam tahun baru 1854. Ayahnya bernama J.A.W. van Ophuijsen adalah seorang Asisten Residen. Charles Adriaan van Ophuysen--seorang yang sangat mengagumi budaya Batak dan memiliki minat yang besar terhadap Bahasa Melayu--kelak menjadi ahli Bahasa Melayu di Eropa (yang menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia) dan menjabat sebagai Profesor di Universitas Leiden, Belanda.
Alamat anggota Perhimpunan Indonesia, 1908
Selama ditangani van Ophuysen (1882-1890) Kweekschool Padang Sidempuan berkembang pesat dan menghasilkan alumni yang banyak, sebagian sebagai guru dan sebagian yang lain menjadi pengarang, wartawan, pemimpin dan karyawan perusahaan perkebunan, pegawai pemerintahan Belanda. Kweekschool Padang Sidempuan pada dasarnya adalah estafet Kweekschool di Tanobato yang digagas/dipimpin oleh seorang pribumi bernama Sati gelar Sutan Iskandar (lahir 1840) yang kemudian berganti nama menjadi Willem Iskander. Putra asli Tapanuli Selatan ini adalah orang Indonesia pertama yang menempuh pendidikan barat di Belanda/Eropa (1857-1862). Ketika kunjungan yang kedua (1874) untuk membimbing sejumlah guru-guru yang berasal dari Jawa dan Sumatra untuk meningkatkan level pendidikannya ke Belanda, Kweekschool Tanobato ditutup, Sebagai gantinya dibangun kweekschool yang lebih besar di Padang Sidempuan.

Minggu, September 22, 2013

Sekolah Negeri di Tapanuli, 1908: Sebanyak 15 dari 19 Berada di Tapanuli Selatan


Guru dan murid sekolah negeri di Sibuhuan, 1908

Pendidikan di Keresidenan Tapanuli 1908 dibawah pengelolaan Pemerintah Hindia Belanda (sekolah negeri) hampir seluruhnya berada di Tapanuli Selatan (Angkola, Mandailing, Padang Lawas dan Sipirok). Di wilayah lainnya di Tapanuli (Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara dan Nias) pada waktu yang sama pendidikan masih dikelola oleh non pemerintah seperti Misi—beberapa misi mendapat subsidi/bantuan dari Pemerintah Hindia Belanda. Terselenggaranya pendidikan oleh Pemerintah ini di Tapanuli Selatan didukung dengan cukup tersedianya guru-guru pribumi yang merupakan lulusan sekolah guru (kweekschool) di Padang Sidempuan (didirikan 1879, kelanjutan dari Kweekshool Tanobato yang ditutup tahun 1874).

Namun sangat disayangkan kweekschool ini ditutup tahun 1891 karena kebijakan efisiensi anggaran Pemerintah Hindia Belanda. Untuk mendapat pendidikan setingkat kweekschool atau lebih tinggi yang lokasinya terdekat dapat ditempuh di Fort de Kock (Bukit Tinggi). Pada waktu itu, pendidikan di Tapanuli masuk wilayah supervisi pendidikan di bawah inspektur wilayah Pantai Barat Sumatra yang berada di Fort de Kock sedangkan wakilnya pada awalnya berada di Medan kemudian tahun 1908 ditempatkan di Sibolga. Inspektur pendidikan wilayah Pantai Barat Sumatra pada tahun 1893 adalah Charles Adriaan van Ophuysen yang pernah menjadi guru di Kweekshool Padang Sidempuan sejak 1882 dan menjadi Direktur selama periode 1885-1890.

Jumat, September 20, 2013

Residen Tapanuli: Natal, Panyabungan, Padang Sidempuan dan Sibolga



Belanda memasuki wilayah Tapanuli pada tahun 1833. Selanjutnya Belanda memulai pemerintahan dengan mengangkat Doewes Dekker sebagai Asisten Resident Natal-Mandailing yang berkedudukan di Natal. Ketika Asisten Residen Ayer Bangies ditingkatkan menjadi Residen 1837, kedudukan Asisten Residen di Natal dipindahkan ke Panyabungan dengan nama Asisten Residen Mandailing-Angkola. Nama-nama Asisten Residen selama di Panyabungan antara lain Willer dan Godon.
 
Keresidenan di Panyabungan, 1870
Wilayah Tapanuli di bawah Residen Ayer Bangies berakhir pada tahun 1841. Selanjutnya Residen Tapanuli dibentuk tahun 1842. Asisten residen yang sebelumnya berkedudukan di Panyabungan dipindahkan ke Padang Sidempuan dengan nama Asisten Residen Angkola Mandailing. Berikut adalah daftar nama-nama asisten residen Angkola-Mandailing:

L.A. Galle, 1843.
Mayor (Luit.-Kol.),  A van der Hart 1844-1847
P.H.A.B. Stallion, 1848-1849
W. Kocken, 1850-1851
P. F. Couperes, 1852
F.H.J. Netscher, 1853-1855
J. Blok 1856-1857
J. van der Linden 1858-1860
C. H. Palm 1861
H. A. Steyn Parve 1862-1863
Mr J. K. Wit 1864-1865
C.L.L. Coeverden 1865-1869
H. D. Canne 1869-1873
S. Stibbe 1874-1876
J. B Boyle 1876-1881
DF Braam Morris 1881-1882
C.F.E. Praetorus 1882-1887
A.W.P. Verkerk Pistorius 1887-1888
A. L. Hasselt 1888-1893
P. J. Kooreman 1893-1894
E. A. Taylor Weber 1894-1895
W. C. Hoogkamer 1895-1898
L. C. Welsink 1898-1908
C. J. Westenberg 1908

Kamis, September 19, 2013

Tapanuli Selatan Dalam Gambar Tempo Doeloe

*Semua artikel Budaya Angkola Mandailing dalam blog ini Klik Disini



Sebuah Kampung di Gunungtua, Padang Bolak, 1867
Sebuah desa di Padang Sidempuan, 1870

Minggu, September 15, 2013

SMA Negeri 1 Padang Sidempuan: Eks Kweekschool dan HIS di Era Belanda


Belanda pertama kali masuk ke Tapanuli Selatan 1833 (Douwes Dekker). Setahun kemudian Pemerintah Belanda memulai pemerintahan sipil. Baru di era Godon pada tahun 1853 Belanda memperkenalkan pendidikan barat di Tapanuli Selatan. Sepulang dari Belanda (berangkat bersama Godon) dengan sertifikat guru bantu dari Amsterdam, Willem Iskander anak seorang tokoh di Mandailing pada tahun 1864 membuka sekolah guru (kweekschool) di Tanobato. Sekolah guru ini kemudian tahun 1874 ditutup karena Willem Iskander sendiri berangkat lagi ke Belanda (dan tidak kembali lagi).

Foto-1. Gedung tua SMA N 1 Padang Sidempuan (Foto: internet)
Sekitar tahun 18?? ibukota Residen Tapanuli di Panyabungan dipindahkan ke Padang Sidempuan. Penutupan Kweekshool Tanobatu terkait dengan pembangunan Kweekshool Padang Sidempuan. Sebelum ada kweekshool di Padang Sidempuan sekolah penduduk pribumi sudah didirikan terlebih dahulu yang berlokasi di SD2/SD10 yang sekarang. Kemudian pada tahun 1879 di Padang Sidempuan didirikan Kweekschool. Sebagaimana Peta 1880 (Peta-1), lokasi Kweekschool ini merupakan area yang kini menjadi area SMA1, SMA2, SPG, SD 16, SD 23, SD14 dan SMP 3. Pada waktu itu, sekolah orang Eropa  (Europese Lagere School) didirikan yang berada di pusat kota, yang berlokasi tepat di depan rumah Residen atau kini tepatnya di gedung BPDSU/Bank Sumut yang sekarang. Adanya kebijakan pusat, Kweekschool Padang Sidempuan ditutup pada tahun 1891. Untungnya sudah banyak lulusan Kweekschool Padang Sidempuan. Pada tahun 1908 terdapat 19 sekolah yang didirikan Pemerinta

‘Kopi Sipirok’ di Angkola dan ‘Kopi Pakantan’ di Mandailing Tempo Doeloe: ‘The Best Coffee in the World’

Kebun kopi di Padang Sidempuan, 1925

Dalam peradaban modern hanya ada tiga minuman non alkohol yang penting, yakni: esktrak tanaman teh, ekstrak biji kakao dan ekstrak biji kopi. Jumlah konsumsi teh merupakan yang terbanyak, kemudian kopi berada di urutan kedua,  dan kakao berada di posisi ketiga. Akan tetapi dalam perdagangan internasional kopi menempati posisi terpenting. Keutamaan kopi adalah karena kopi memiliki tempat yang penting dalam diet rasional semua masyarakat di dunia. Kopi juga dianggap sebagai minuman yang demokratis. Kopi tidak hanya modis dan menjadi gaya hidup (life style), tetapi juga minuman favorit para pria dan wanita dari semua lapisan. Rasa kopi juga telah diakui sebagai rasa yang paling menyenangkan di seluruh alam. Kopi menghasilkan rasa dan aroma yang tak terlukiskan dan tidak akan ada pengganti kopi. Konten kopi mampu meningkatkan kapasitas kerja otot dan mental tanpa reaksi yang berbahaya. Inilah gambaran romantisme tentang kopi. Di Sipirock Coffee, suasana ini bisa ditemukan.

***
Mobil mewah di Padang Sidempuan, 1935-Booming kopi
Romantisme kopi pada awalnya dikenal secara luas di tanah Arab dan kemudian di Turki. Pada mulanya kopi dianggap sebagai minuman pengganti untuk ‘anggur yang memabukkan’ tetapi terbukti tidak demikian dan selanjutnya minuman kopi menjadi akrab di masayarakat. Dimana-mana muncul kedai-kedai kopi. Adanya interaksi antara orang Eropa dengan dunia Arab/Turki menjadi sebab awal mengapa kopi diadopsi di Eropa sebagai minuman yang menghangatkan. Lantas dengan menjamurnya rumah-rumah kopi (kedai kopi) di Eropa terutama di Inggris menyebabkan permintaan kopi pelan tapi pasti semakin meningkat. Implikasinya, wilayah produksi kopi pun semakin meluas. Adanya kolonialisasi oleh negara-negara Eropa di berbagai tempat juga dimanfaatkan untuk memasok kebutuhan kopi dunia yang semakin meningkat (ternasuk di Pakantan/Mandailing dan Sipirok/Angkola).

Jumat, September 06, 2013

Kronologis dan Tata Ruang Kota Padang Sidempuan Tempo Doeloe


Kronologis

Lokasi Kweekschool di Padang Sidempuan 1880
1825-Perang Paderi dimulai dan berakhir 1838. Daerah Tapanuli Selatan termasuk terror yang dilakukan pasukan Paderi.
1833-Belanda pertama kali masuk ke Tapanuli Selatan via Natal dan mendirikan benteng Fort Elout di Panyabungan untuk menyatakan keberadaannya di Tapanuli sekaligus basis untuk mengepung perlawanan Imam Bonjol di daerah Pasaman.
1834-Belanda memulai pemerintahan sipil di Tapanuli dengan nama Onderafdeeling Mandailing yang dipimpin Controleur Douwes Dekker yang kemudian lebih dikenal dengan Multatuli berkedudukan di Natal.
18??-Pemerintahan sipil di Natal dipindahkan ke Panyabungan, lalu ditingkatkan menjadi Afdeeling Mandailing/Angkola yang dipimpin Asistent Resident T.J. Willer
1840-Franz Wilhelm Junghuhn melakukan ekspedisi di selatan Tapanuli dan selesai 1845
1853-Belanda memperkenalkan pendidikan barat di Tapanuli Selatan
1864-Kweekschool Tanobato  dibuka  dan ditutup 1874
1879-Kweekschool Padang Sidempuan dibuka
1885-Tapanuli ditingkatkan menjadi keresidenan dan mengangkat seorang Resident di Padang Sidempuan.