Minggu, September 22, 2013

Sekolah Negeri di Tapanuli, 1908: Sebanyak 15 dari 19 Berada di Tapanuli Selatan


Guru dan murid sekolah negeri di Sibuhuan, 1908

Pendidikan di Keresidenan Tapanuli 1908 dibawah pengelolaan Pemerintah Hindia Belanda (sekolah negeri) hampir seluruhnya berada di Tapanuli Selatan (Angkola, Mandailing, Padang Lawas dan Sipirok). Di wilayah lainnya di Tapanuli (Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara dan Nias) pada waktu yang sama pendidikan masih dikelola oleh non pemerintah seperti Misi—beberapa misi mendapat subsidi/bantuan dari Pemerintah Hindia Belanda. Terselenggaranya pendidikan oleh Pemerintah ini di Tapanuli Selatan didukung dengan cukup tersedianya guru-guru pribumi yang merupakan lulusan sekolah guru (kweekschool) di Padang Sidempuan (didirikan 1879, kelanjutan dari Kweekshool Tanobato yang ditutup tahun 1874).

Namun sangat disayangkan kweekschool ini ditutup tahun 1891 karena kebijakan efisiensi anggaran Pemerintah Hindia Belanda. Untuk mendapat pendidikan setingkat kweekschool atau lebih tinggi yang lokasinya terdekat dapat ditempuh di Fort de Kock (Bukit Tinggi). Pada waktu itu, pendidikan di Tapanuli masuk wilayah supervisi pendidikan di bawah inspektur wilayah Pantai Barat Sumatra yang berada di Fort de Kock sedangkan wakilnya pada awalnya berada di Medan kemudian tahun 1908 ditempatkan di Sibolga. Inspektur pendidikan wilayah Pantai Barat Sumatra pada tahun 1893 adalah Charles Adriaan van Ophuysen yang pernah menjadi guru di Kweekshool Padang Sidempuan sejak 1882 dan menjadi Direktur selama periode 1885-1890.

Ada sebanyak 19 Sekolah Pemerintah di Tapanuli dimana 16 buah berada di Tanah Batak dan sisanya di wilayah Nias. Sekolah-sekolah tersebut didirikan di Padang Sidempuan, Simapilapil, Batu Nadua, Pargarutan, Sipirok (dua buah), Panyabungan, Tanobato, Muarasoma, Gunung Baringin, Kotanopan, Huta Godang, Manambin, Batang Toru dan Sibuhuan. Satu sekolah lagi berada di Sibolga. Dengan demikian pada waktu itu terdapat sebanyak 15 sekolah negeri di Tapanuli Selatan. Jumlah keseluruhan murid di 19 sekolah tersebut berjumlah sebanyak 2.400 siswa.

***
Kweekschool Padang Sidempuan direalisasikan pada tahun 1874. Sekolah guru ini mewisuda muridnya yang pertama tahun 1884. Salah satu guru yang terkenal di Kweekschool Padang Sidempuan adalah Charles Adriaan van Ophuysen (1882-1890). Guru Belanda ini menjadi direktur sekolah guru Kweekschool Padang Sidempuan (1885-1890). van Ophuysen ini kelak menjadi ahli Bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia. Seorang alumni Kweekschool Padang Sidempuan, Rajiun Harahap gelar Sutan Casayangan Soripada, yang lahir di Batunadua pada tahun 1874, kemudian menjadi asisten van Ophuysen dalam mata kuliah Bahasa Melayu di Universiteit Leiden. Rajiun Harahap gelar Sutan Casayangan Soripada, adalah penggagas Indische Vereeniging tanggal 25 Oktober 1908 di Leiden. Organisasi ini menjadi cikal bakal Perhimpoenan Indonesia di Eropa. Kweekschool Padang Sidempuan berkembang pesat dan menghasilkan alumni yang banyak, sebagian sebagai guru dan sebagian yang lain menjadi pengarang, wartawan, pemimpin dan karyawan perusahaan perkebunan, pegawai pemerintahan Belanda.

***
Tahun 1884 adalah tahun istimewa di Tapanuli Selatan. Pada tahun ini Kweekshool Padang Sidempuan mewisuda muridnya yang peryama. Juga pada tahun ini Pemerintah Hindia Belanda mulai mendirikan sekolah negeri di Keresidenan Tapanuli. Pada tahun ini juga Tapanuli ditingkatkan menjadi keresidenan dan mengangkat seorang Residen di Padang Sidempuan. Selanjutnya, pada tahun 1906 ibukota Tapanuli dipindahkan dari Padang Sidempuan ke Sibolga sehubungan dengan kebijakan pemerintahan Belanda membagi wilayah Tapanuli menjadi tiga afdeeling, yaitu: Padang Sidempuan, Sibolga dan Tarutung. Setiap afdeeling dipecah menjadi onderafdeling. Sejak tahun 1906 itu pula wilayah Tapanuli dipisahkan dari Provinsi Pantai Barat Sumatera yang berkedudukan di Padang dan sepenuhnya dibentuk keresidenan yang berdiri sendiri dengan ibukota keresidenan  di Sibolga. Dengan keputusan ini, pemerintah kolonial Hindia Belanda di Batavia langsung mengendalikan pemerintahannya dari pusat ke  seluruh Tanah Batak (Tapanuli). Kebijakan khusus untuk Keresiden Tapanuli ala 'otonomi daerah' ini belum pernah dilakukan Pemerintah Hindia Belanda sebelumnya.

*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap dari berbagai sumber, antara lain www.dbnl.org, Basyral Hamidy Harahap..

Tidak ada komentar: