‘Padangsidimpoean’
1870-1890
Foto-1. Sebuah Kampung di Padang Sidempuan, 1870 |
Sebuah kampung di Padang Sidempuan pada
tahun 1870 (Foto-1) adalah satu-satunya bentuk visual hingga kini yang
menjadi bukti keberadaan komunitas di Padang Sidempuan pada masa ‘doeloe’. Kampung
ini terlihat sangat menyatu dengan alam sekitarnya yang mana pohon aren dan
pohon kapuk masih menjadi bagian dari lahan pekarangan. Dua jenis pohon ini
adalah penghasil bahan untuk pembuatan atap rumah dan kasur tempat tidur.
Foto lain tentang Padang Sidempuan di
masa awal (‘doeloe’) adalah sebuah pasar kaget (pasar jongjong) sekitar tahun
1890 (Foto-2). Timbulnya pasar biasanya karena ada kebutuhan transaksi antar rumahtangga
antar kampung di dalam kesatuan komunitas yang lebih besar. Pada waktu yang
sama sekitar tahun 1890 terekam sebuah rumah dinas petinggi Belanda
(Controleur) di Padang Sidempuan (Foto-3). Rumah dinas ini memang tampak lebih elegan
tetapi rumah ini tentu saja menggunakan bahan-bahan lokal sebagaimana umumnya
bangunan penduduk setempat.
Foto-2. Sebuah Pasar di Padang Sidempuan, 1890 |
Foto-3. Rumah dinas Controleur di Padang Sidempuan 1890 |
Nama-nama
Kampung di ‘Padangsidimpoean’ 1896-1905
Sumber lain yang bentuk visual tentang
Padang Sidempuan ‘tempo doeloe; adalah peta topografi. Sebuah peta topografi awal
tentang ‘Padangsidimpoean’ diterbitkan pada tahun 1908 (Peta-1). Peta topografi ini
menyajikan hasil identifikasi (potret) permukaan bumi Padang Sidempuan dan
sekitarnya antara tahun 1896 dan 1905.
Di dalam peta topografi ini diantaranya
jelas terlihat luas wilayah komunitas (kampung dan bagian kota lainnya) Padang
Sidempuan. Nama-nama kampung yang ada pada waktu itu (1896) cukup representatif
dengan keadaan yang masih bisa dirasakan pada masa kini. Nama-nama kampung di Padang
Sidempuan pada tahun 1896 adalah sebagai berikut.
- Pasarsiteleng
- Pasarsiborang
- Sitamiang
- Padangmatinggi
- Aektampang
- Losoeng
- Kampung Jawa
- Oedjoengpadang
- Silandit
- Sihitang
- Muara Sipongi
- Sidangkal
- Batangajoemi
- Kampung Toboe
- Sitataring
- Sihadaboean
- Tanobato
- Boeloegonting
- Sigiring Giring
- Pasar Moedik
- Panyanggar
- Loesoengbatoe
- Partihaman
- Hoeta Imbaroe
- Sabungan Djae
- Batoe na Doea
Pasarsiteleng,
Pasarsiborang dan Pasar Moedik adalah tiga nama kampong yang diawali
dengan kata pasar, yakni Pasarsiteleng, Pasarsiborang dan Pasar Moedik.
Pasarsiteleng maksudnya kini adalah Kampung Teleng di hilir mesjid raya lama
dan Pasar Moedik adalah nama kampung yang berada di hulu mesjid raya lama .
Dengan kata lain wilayah kampung ini adalah antara jalan raya (sisi barat
jalan) dengan sungai Aek Rongkare (masudnya Rukkare). Pasar Siborang adalah
kampung yang berada di sisi sungai Batang Ayumi (seberang jembatan) dari kota.
Tiga kampung dengan nama pasar ini diduga muncul karena letaknya yang langsung
(berdekatan) dengan pasar. Tiga kampung ini dengan sendirinya menjadi bagian pusat
kota (pasar).
Foto-4. Sebuah
jembatan gantung (rambin) di Padang Sidempuan, 1920
|
Kampung
Toboe, Sitamiang, Aektampang dan Kampung Jawa adalah nama-nama kampung yang
berada persis dibelakang pasar (sisi luar). Kampung Toboe berada di sebelah barat
yang menjadi pangkal jalan menuju Tanobato dan Batangajoemi. Kampung Sitamiang
adalah kampung yang menjadi terusan Pasarsiborang menuju timur dan Kampong
Aektampang terusan menuju selatan.
Kampung Jawa adalah terusan Pasarsiteleng ke arah selatan. Pada masa itu
antara sisi timur dan sisi barat kota yang dipisahkan oleh Sungai Batang Ayumi
hanya bisa dilalui di Jembatan Siborang. Dalam perkembangannya antara Sitamiang
dengan pusat kota dibangun jembatan gantung atau disebut juga rambin (Foto-4).
Batangajoemi,
Sitataring, Tanobato, Boeloegonting adalah kampung-kampung yang melalui Kampung Toboe terdapat dua jalur lintas yakni (a) ke arah Kampung Tanobato dan Kampung Boeloegonting (kampung Pangkal Dolok); (b) ke arah Kampung Batangajoemi dan Kampung Sitataring. Empat kampung ini terpisah dari kota/pasar. Antara pasar dan kampung-kampung ini terdapat sawah dan kebun penduduk.
Sigiring Giring, Sihadaboean, Panyanggar, Losoengbatu, Partihaman dan Hoeta Imbaroe adalah kampung-kampung yang berada di kiri kanan jalan raya ke arah Sibolga (Peta-2). Di dalam peta ini terlihat Kampung Sigiring Giring di sebelah kiri jalan selanjutnya Kampung Sihadaboean di sebelah kanan jalan. Seberang jalan Kampung Sihadaboean masuk ke dalam terdapat Kampung Panyanggar. Selanjutnya adalah Kampung Losoengbatoe sebelah kanan jalan masuk ke dalam dan sebelah kiri ke dalam Kampung Partihaman. Selanjutnya ke arah Sibolga terdapat Kampung Hoeta Imbaroe. Sebagai catatan: Jalan menuju ke Kampung Siharang karang via Kampung Losoengbatoe dikemudian hari berpindah ke Kampung Hoeta Imbaroe.
Peta-3. Kampung Batoe na Doea dan sekitarnya |
Sidangkal,
Oedjoengpadang, Mura Sipongi adalah kampung-kampung yang berada di sebelah tenggara. Kampung Sidangkal ke arah bawah menyeberang Sungai Aek Rukkare ke arah Simarpingan sementara Kampung Oedjoengpadang adalah kampung yang mengarah ke arah stadion yang sekarang. Sedangkan Kampung Muara Sipongi adalah kampung yang berada di sisi sungai Batangajoemi. Batoe na Doea adalah kampung yang berada ke arah Sipirok ditengah persawahan yang luas (Peta-3).
*Dideskripsikan oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan bahan foto dan peta yang bersumber dari KITLV.NL.
Lihat juga: Sejarah Tata Ruang Padang Sidempuan: Suatu Esai Sosial-Ekonomi Kota di Masa ‘Doeloe’ Menuju Kota Masa Depan
Lihat juga: Sejarah Tata Ruang Padang Sidempuan: Suatu Esai Sosial-Ekonomi Kota di Masa ‘Doeloe’ Menuju Kota Masa Depan
Peta Padang Sidempoean 1880 |
Peta Padang Sidempoean 1896 |
Residentie : Tapanoeli
Afdeeling : Padang Sidimpoean (1896-1905)
Onderafd :
Angkola en Sipirok
Koeria :
a.
Batoe na Nadoea
b.
Simapil Apil
c.
Saboengan
d.
Pidjorkoling
e.
Siondop
f.
Losoengbatoe
g.
Hoeta Imbaroe
h.
Sianggoenan
i.
Hoeraba
j.
Marantjar
k.
Batang
Toroe
l.
Paraoesorat
m.
Baringin
n.
Sipirok
Onderafd :
Padanglawas
8 komentar:
Jadi teringat kampung..
tks utk yg punya blog ini
kalau gambar jembatan gantungnya, yang di pasar siborang atau yang disitamiang?
wah... foto jembatan gantungnya kok sama dengan foto jembatan aek raisan 1905 barus selatan.
yang copas siapa nih, id.wikipedia atau yang punya blog.
Sumber foto sudah disebut dari KITLV
Betul bro, mending dihapus aja foto rambin siborangnya, itu salah satu karya fotografer documenter H.M. Neeb, dijepret antara 1904-1905 di aek raisan. Ntar dibilang pembodohan lho sejarah bro.
Biarlah menjadi bahan diskusi. Soal benar atau salah saya juga tidak tahu persis. Saya juga belum pernah ke tempat dimana jembatan gantung tersebut berada. Menurut sumber yang dikutip tertulis bahwa jembatan gantung itu berada di Padangsidimpoean. Sebagaimana diketahui bahwa setelah tahun 1905 afdeeling Padang Sidempoean adalah semua wilayah yang kini disebut Tapanuli Bagian Selatan. Boleh jadi bukan di Siborang dan berada di desa lain dan boleh jadi benar di Siraisan. Boleh jadi sumber yang saya kutip keliru mencocokkan teks dengan gambar. Lihat http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/8?q_searchfield=Padangsidimpoean. Terimakasih atas apresiasinya dan komenternya untuk pencerdasan kita semua.
Kalau dilihat dari bentuknya sih masuk akal jika ini memang benar jembatan yang ada di rambin, hanya saja bukit yang nampak dalam foto sekarang telah berubah jadi pemukiman penduduk, saya yakin ini memang benar jembatan rambin (sekarang Jl. Sutoyo)
bg peta lengkapnya boleh ditunjukin,mgenai kampung muara sipongi ...
Posting Komentar