Jumat, Mei 18, 2012

Sejarah Tata Ruang Padang Sidempuan: Suatu Esai Sosial-Ekonomi Kota di Masa ‘Doeloe’ Menuju Kota Masa Depan

*Semua artikel Sumatera Tenggara di Asia Tenggara dalam blog ini Klik Disini

Oleh Akhir Matua Harahap

Peta Padang Sidempuan 1843-1847 (Peta: KTILV.NL)
Kota Padang Sidempuan pada masa ini dapat didekati melalui tiga jalur utama, yakni: dari dan ke arah Tarutung/Rantau Prapat (utara), Bukit Tinggi (selatan), Sibolga (barat). Koneksi (interchange) tiga jalur utama ini terletak di Tugu Siborang pada masa ini. Pada masa lalu, jalur utara dan selatan di Siborang merupakan lalu lintas pergerakan pasukan dalam Perang Padri (1816-1833). Sebelah timur Siborang ini merupakan daerah pertanian/persawahan yang subur dan menjadi lumbung beras; sedangkan sisi sebelah barat sungai Batang Ayumi merupakan areal tegalan/kebun penduduk. Ke arah hulu kebun-kebun penduduk ini terdapat areal persawahan yang sangat luas: mulai dari Kampung Salak / Sigiring-Giring hingga wilayah Hutaimbaru/Siharangkarang. Saat itu, jalur dari dan ke Sibolga dari Siborang belum tersambung--jalur perdagangan Sipirok-Sibolga dilakukan via Batunadua-Hutaimbaru dan jalur Pijorkoling / Angkola Jae ke Sibolga dilakukan di hilir jembatan Siborang.

Ketika Belanda menduduki wilayah Padang Sidempuan (datang dari arah Mandailing / Air Bangis), pasukan Belanda membangun jembatan Siborang dan jembatan Sigiringgiring yang mengakibatkan daerah Siborang menjadi sebuah persimpangan utama yang menghubungkan lalu lintas utara, selatan dan barat dari dan ke benteng Padang Sidempuan. Sehubungan dengan pemindahan ibukota Keresidenan Tapanuli dari Air Bangis (daerah Pasaman) ke Padang Sidempuan pada tahun 1884--wilayah Kota Padang Sidempuan pada masa kini--wilayah ini sebelumnya adalah semacam tanah ulayat dari empat area komunitas marga Harahap: yang berada di arah utara adalah Batunadua/Pargarutan, di arah selatan adalah Pijor Koling, di arah barat adalah Hutaimbaru / Angkola Julu; dan satu lagi dan merupakan inti komunitas marga Harahap yakni di arah tenggara adalah Sidangkal / Simarpinggan. Penduduk asli marga Harahap di Sidangkal ini sudah sejak lama melakukan aktvitas berladang dan berburu  di areal yang kini menjadi pusat Kota Padang Sidempuan.

Rabu, Mei 16, 2012

Ayah


Dimana…akan kucari
Aku menangis seorang diri
Hatiku….s`lalu ingin bertemu
Untukmu…aku bernyanyi

Lihatlah…hari berganti
Namun tiada seindah dulu
Datanglah..aku ingin bertemu
Untukmu…aku bernyanyi

Untuk ayah tercinta, daku ingin bernyanyi
Dengan air mata di pipiku…
Ayah, dengarkanlah aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpi…

Selasa, Mei 08, 2012

Chaidir Ritonga: ‘Mulak Tu Huta’ Untuk Membangun Kota Padang Sidempuan


Chaidir Ritonga
Siapa yang tidak kenal dengan Chaidir Ritonga di Provinsi Sumatera Utara? Dia adalah Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Utara. Siapa yang tidak kenal dengan Chaidir Ritonga di Kota Padang Sidempuan? Dia adalah calon walikota pada Pemilukada Kota Padang Sidempuan, Oktober 2012. Siapa yang tidak kenal dengan Chaidir Ritonga di kalangan pelajar dan mahasiswa  Tapanuli Bagian Selatan? Dia adalah alumni SD, SMP dan SMA di Kota Padang Sidempuan, alumni sarjana IPB Bogor, dan alumni pasca sarjana USU Medan. Siapa yang tidak kenal dengan Chaidir Ritonga diantara pemilih (voter) Pemilukada Kota Padang Sidempuan?

***

Chaidir Ritonga adalah tokoh nasional yang berkarir di Provinsi Sumatera Utara. Menurut rekan-rekannya dari Partai Golkar di DPD Sumatera Utara, Chaidir Ritonga  potensinya besar, dia pantas memimpin Sumatera Utara. Chaidir Ritonga lebih pantas jadi gubernur ketimbang walikota. Akan tetapi, kenyataannya dia tetap teguh hati untuk memimpin Kota Padang Sidempuan, tetap teguh ingin jadi walikota Padang Sidempuan.