Minggu, September 15, 2013

‘Kopi Sipirok’ di Angkola dan ‘Kopi Pakantan’ di Mandailing Tempo Doeloe: ‘The Best Coffee in the World’

Kebun kopi di Padang Sidempuan, 1925

Dalam peradaban modern hanya ada tiga minuman non alkohol yang penting, yakni: esktrak tanaman teh, ekstrak biji kakao dan ekstrak biji kopi. Jumlah konsumsi teh merupakan yang terbanyak, kemudian kopi berada di urutan kedua,  dan kakao berada di posisi ketiga. Akan tetapi dalam perdagangan internasional kopi menempati posisi terpenting. Keutamaan kopi adalah karena kopi memiliki tempat yang penting dalam diet rasional semua masyarakat di dunia. Kopi juga dianggap sebagai minuman yang demokratis. Kopi tidak hanya modis dan menjadi gaya hidup (life style), tetapi juga minuman favorit para pria dan wanita dari semua lapisan. Rasa kopi juga telah diakui sebagai rasa yang paling menyenangkan di seluruh alam. Kopi menghasilkan rasa dan aroma yang tak terlukiskan dan tidak akan ada pengganti kopi. Konten kopi mampu meningkatkan kapasitas kerja otot dan mental tanpa reaksi yang berbahaya. Inilah gambaran romantisme tentang kopi. Di Sipirock Coffee, suasana ini bisa ditemukan.

***
Mobil mewah di Padang Sidempuan, 1935-Booming kopi
Romantisme kopi pada awalnya dikenal secara luas di tanah Arab dan kemudian di Turki. Pada mulanya kopi dianggap sebagai minuman pengganti untuk ‘anggur yang memabukkan’ tetapi terbukti tidak demikian dan selanjutnya minuman kopi menjadi akrab di masayarakat. Dimana-mana muncul kedai-kedai kopi. Adanya interaksi antara orang Eropa dengan dunia Arab/Turki menjadi sebab awal mengapa kopi diadopsi di Eropa sebagai minuman yang menghangatkan. Lantas dengan menjamurnya rumah-rumah kopi (kedai kopi) di Eropa terutama di Inggris menyebabkan permintaan kopi pelan tapi pasti semakin meningkat. Implikasinya, wilayah produksi kopi pun semakin meluas. Adanya kolonialisasi oleh negara-negara Eropa di berbagai tempat juga dimanfaatkan untuk memasok kebutuhan kopi dunia yang semakin meningkat (ternasuk di Pakantan/Mandailing dan Sipirok/Angkola).

Tahun 1699 kopi diintroduksi pertama kali di Pulau Jawa. Kopi ini didatangkan dari Malabar, suatau wilayah pantai di India (dan tanaman kopi dari India ini menjadi nenek moyang dari puluhan juta pohon kopi yang membuat kemudian Hindia Belanda yang terkenal selama dua ratus tahun). Dua belas tahun kemudian, setelah introduksi, hasil kopi Jawa mulai mengalir dan menemukan jalan perdagangan dari Jawa ke Belanda dengan pengiriman pertama 1721 sebanyak 894 pon yang nilainya sekitar £ 216.000, dan segera setelah itu, pengiriman naik menjadi jutaan pon. Antara tahun 1721-1730 suatu perusahaan Belanda telah memasarkan sebanyak 25.048.000 pon kopi Jawa di Belanda, dan pada dekade berikutnya senilai £ 36.845.000. Pengiriman dari Jawa dilanjutkan sekitar paruh kedua hingga sampai akhir abad, meskipun dalam sepuluh tahun 1771-1780 ekspor mereka hanya mencapai total senilai £ 51.319.000. Total penjualan kopi Jawa di Belanda selama abad itu lebih dari seperempat miliar pound.

Kebun Kopi di Batang Toru, 1915

Pada awal abad kesembilan belas, produksi kopi segera menjadi jauh lebih baik. Pada tahun 1825 kopi dari Jawa diekspor senilai £ 36.500.000. Selain itu senilai £ 1.360.000 dibawa dari pulau-pulau tetangga yang waktu itu budidaya kopi telah menyebar seperti ke Sumatra . Pada tahun 1855 jumlah ekspor kopi dari Jawa senilai £ 168.100.000 dan senilai £ 4.080.000 dari pulau-pulau lain. Ini merupakan rekor tertinggi untuk setengah abad setelah awal laporan berkala ekspor pada tahun 1825. Dari tahun 1875-1879 hasil ekspor rata-rata tahunan adalah sebanyak 152.184.000 pon. Pada tahun 1900 produksi kopi di Jawa senilai £ 84.184.000, kemudian menurun pada tahun 1910 menjadi senilai £ 31.552.000 dan pada tahun 1915 telah melonjak lagi menjadi £ 73.984.000.

***
Sebuah gudang kopi di Muarasipongi, 1895
Di pantai barat Sumatera kopi dibudidayakan secara teratur. Menurut satu catatan antara 1783-1800, kopi dari wilayah ini mulai dekspor yang diperkirakan sudah mencapai sekitar 270.000 pon. Pada tahun 1840, ekspor dari wilayah ini rata-rata 11.000.000 pon atau setara senilai £ 12.250.000 per tahun. Catatan resmi produksi tahun 1852, di mana pada tahun tersebut sudah menjadi 16.714.000 pon. Lima tahun kemudian tercatat senilai £ 25.960.000 yang merupakan tingkat tertinggi produksi Sumatera. Total output tahun 1860 adalah senilai £ 21.400.000, dan senilai £ 22.275.000 pada tahun 1870. Rata-rata produksi antara 1875 hingga 1879 adalah senilai £ 17.408.000, dan antara tahun 1895-1899 produksi sebanyak 7.589.000 pon. Hasil panen pada tahun 1900 adalah senilai £ 5.576.000, pada tahun 1910 senilai 1.360.000, dan pada tahun 1914 senilai 7.752.000. Selain Jawa dan Sumatra, daerah lain yang menjadi sentra produksi kopi waktu itu adalah Sulawesi. Total produksi kopi di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi pada tahun 1920 adalah sebagai berikut :

Tabel-1. Jumlah produksi kopi berdasarkan jenis kopi menurut wilayah di Indonesia 1920 (dalam pikul)
Jenis kopi
Sumatra
Jawa
Sulawesi dan Bali
Total
Liberia
14.972
6.243
2.074
23.289
Jawa
16.312
24.291
70.621
111.224
Robusta
411.235
256.645
4.998
672.878
Total
442.519
256.645
4.998
807.391

1 pikul= £ 136


Pada tahun 1900 total ekspor kopi adalah sebanyak 112,180,000. Jumlah ekspor ini menurun drastis di tahun 1913. Kemudian pada tahun 1920 diperkirakan mengalami peningkatan. Total ekspor dari Jawa dan Madura saja menuju Belanda pada tahun 1920 sudah mencapai sebanyak 99,020,453 pon. Jumlah ini menurun dibandingkan ketika tahun 1900. Kopi yang diproduksi di Indonesia utamanya diekspor ke negeri Belanda. Tujuan ekspor utamanya menuju negeri Belanda. Negara-negara lainnya antara lain Amerika Serikat, Singapura, Inggris dan Prancis.


Tabel-2. Jumlah ekspor kopi berdasarkan negara tujuan 1900, 1913 dan 
1920 (pon)
Negara tujuan
Tahun
1900
1913
1920*
Belanda
81.489.000
33.323.748
50.028.815
Inggris Raya
88.000
981.201
5.987.598
Prancis
2.560.000
9.081.715
5.410.582
Aus-Hungary
1.153.000
996.988
-
Jerman
71.000
997.715
75.699
Mesir
5.494.000
104.868
1.418.313
Amerika Serikat
8.408.000
5.695.180
17.274.522
Singapura
9.952.000
4.785.580
8.349.415
Lainnya
2.965.000
7.831.732
10.475.509
Total
112.180.000
63.798.727
99.020.453

*hanya Jawa dan Madura


***
Peta Kopi Dunia
Dari tiga wilayah utama penghasil kopi ini, menurut buku ‘All About Coffee’ karya William H. Ukers (New York, 1922). Sumatra memiliki reputasi sebagai penghasil kopi terbaik dengan harga kopi tertinggi di dunia. Sentra kopi di daerah ini terutama Mandheling (Mandailing), Ankola (Angkola), Ayer Bangies (Air Bangis), Padang Interior, dan Palembang. Pada waktu itu, daerah-daerah penghasil utama kopi di Sumatra ini mengekspor hasilnya melalui pelabuhan laut di Padang. Bahkan pada waktu itu, kopi Mandailing merupakan kopi terbaik dunia dan memiliki harga tertinggi di dunia. Berikut adalah deskripsi singkat kopi terkenal di Sumatra menurut buku ‘All About Coffee’.   .

Tabel-3. Deskripsi singkat kopi terkenal di Sumatra
District, Market Names
and Gradings

Trade Values and Cup Characteristics

Mandheling
(Mandailing)
The best coffee in the world"; also the highest priced. Formerly a  Government coffee. 
Yellow to brown, large-sized bean; dully roast, but free from quakers. 
It is of heavy body, exquisite flavor and aroma 
Ankola
(Angkola)
Formerly a Government coffee. Large fat bean, making a dull roast. 
Second only to Mandhelings; it has a heavy body  and rich, musty  flavor.
Siboga (Sibolga)
A harder bean  Ankola; sometimes called Private Estate Ankola.
Ayer Bangies
(Air Bangis)
Government coffee. Large even bean, with Mandheling and Ankola; 
of a delicate flavor but not much body.
 

Coffee beans origins:

ORIGIN
OVERALL QUALITY
CHARACTERISTICS
LOOK FOR
BRAZIL
Average
Sweet (some describe it as "fruity"), neutral
Bourbon Santos
COLOMBIA
Good to excellent
Sweet, good flavor, full body, slight acidity.
Medellin, Armenia, Manizales. Regardless of origin, Supremo is highest grade.
COSTA RICA
Excellent
Hearty, rich
Tarrazu, Tres Rios, Heredia, Alajuela. "Strictly hard bean" is best grade.
DOMINICAN REPUBLIC
Above average to excellent
Varies. Bani is more mellow, while Barahona is heavier and more acidic.
Bani, Ocoa, Barahona
ECUADOR
Average to above average
Sharp acidity. May be hard to find in stores.
N/A
EL SALVADOR
Average
Medium acidity, neutral to mild flavor
High grown
ETHIOPIA
Inconsistent, in part because of internal political problems
Sweet flavor with floral aroma. Much of the coffee is harvested from wild trees.
Yergacheffe, Harrar, Djimma
GUATEMALA
Excellent
Rich, spicy or smoky flavor (growers burn pitch near the plantations in severe weather to protect their crops; this smoke lends the beans their beans distinctive flavor).
Antigua, Coban, Huehuetenango. "Strictly hard bean" best available grade.
HAITI
Above average
Sweet, mellow, fair-bodied with a soft, rich flavor. Continuing political problems in Haiti may make its coffees difficult to find.
Best grade is "strictly high-grown washed."
JAMAICAN HIGH MOUNTAIN
Excellent
Rich, full-bodied, and well balanced
Wallensford Blue Mountain, Silver Hill Estate Mountain. Watch out for "Blue Mountain style," a blend of beans intended to have the same flavor characteristics as Blue Mountain, but which may contain no beans from that plantation.
JAMAICAN LOW MOUNTAIN
Average to below average, far inferior to Jamaican high mountain
Often used as filler in cheaper coffee blends
N/A
JAVA (Indonesia)
Good
Spicy or slightly smoky, full-bodied, with a strong flavor and little acidity
Rare Old Java
KENYA
Excellent
Full-bodied, rich, a bit winy, with a hint of black currant
AA is best grade
KONA (Hawaii)
Above average to excellent
Smooth and mild, rich flavor, medium acid
N/A. Watch out for "Kona style," which may have similar flavor but is not required to contain any Kona beans.
MEXICO
Above average
Fine acidity, light, delicate body, and pleasantly mellow flavor.
Chiapas (Tapachula), Coatepec, Oaxaca
ORIGIN
OVERALL QUALITY
CHARACTERISTICS
LOOK FOR
MOCHA JAVA
Usually above average
Mocha Java is actually a mixture of one part Yemen Mocha beans to two parts Java Arabica beans. The combination makes a more complete coffee than either alone.
N/A
NEW GUINEA
Above average
Similar to Java, but more understated
Arona
NEW ORLEANS COFFEE
Usually above average
Coffee isn't grown in New Orleans, but the area has become known for this blend, a dark-roasted coffee blended with the root chicory.
Cafe Du Monde is most well-known brand name
NICARAGUA
Inconsistent, can be above average
Fair acidity, mild flavor, medium to light body
Jinotega, Matagalpa
PERU
Inconsistent, can be above average
Good flavor, with medium body, mild acidity, aromatic
Chanchamayo
SUMATRA
Above average
Very rich, full-bodied, fairly acidic
Ankola, Mandheling
TANZANIA
Average
Sharp, winy, acidic, rich, medium to full body
Moshi, Kilimanjaro, Arusha; high-grade AA
UGANDA
Above average
Similar to Kenya, but with lighter body
Arabica beans rather than robusto; best region is Bugishu
VENEZUELA
Average to above average
Low acidity, may be sweet, delicate.
Maracaibos: Merida, Trujillo, Tachira. Best grade is Lavado Fino.
YEMEN (Mocha)
Excellent
Small beans, with winy, smooth flavor, spicy aftertaste
N/A
ZIMBABWE
Above average to excellent
Winy, lighter-bodied with spicy aftertaste.
Washed coffee

*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber utama 'All About Coffee' oleh William H. Ukers. New York, June 17, 1922. Foto dari KITLV.NL, Tabel coffee bean origins (CNN).

Tidak ada komentar: