Kweekschool Padang Sidempuan
Sutan Casayangan Soripada |
Kweekschool
Padang Sidempuan didirikan pada tahun 1874. Sekolah guru ini mewisuda
muridnya yang pertama tahun 1884. Salah satu guru yang terkenal di Kweekschool
Padang Sidempuan adalah Charles Adriaan van Ophuysen. Guru berkebangsaan Belanda
ini menjadi direktur di Kweekschool Padang Sidempuan antara 1885 hingga 1890. Charles Adriaan van
Ophuijsen sendiri lahir di Solok, Pantai Barat Sumatra tepat pada malam tahun baru 1854. Ayahnya bernama J.A.W. van
Ophuijsen adalah seorang Asisten Residen. Charles Adriaan van Ophuysen--seorang yang sangat mengagumi budaya Batak dan memiliki minat yang besar terhadap Bahasa Melayu--kelak menjadi
ahli Bahasa Melayu di Eropa (yang menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia) dan menjabat sebagai
Profesor di Universitas Leiden, Belanda.
Selama ditangani van Ophuysen (1882-1890) Kweekschool
Padang Sidempuan berkembang pesat dan menghasilkan alumni yang banyak, sebagian
sebagai guru dan sebagian yang lain menjadi pengarang, wartawan, pemimpin dan
karyawan perusahaan perkebunan, pegawai pemerintahan Belanda. Kweekschool
Padang Sidempuan pada dasarnya adalah estafet Kweekschool di Tanobato yang digagas/dipimpin oleh seorang pribumi bernama Sati gelar Sutan Iskandar (lahir 1840) yang kemudian berganti nama menjadi
Willem Iskander. Putra asli Tapanuli Selatan ini adalah orang Indonesia pertama yang menempuh pendidikan barat di Belanda/Eropa (1857-1862). Ketika kunjungan yang kedua (1874) untuk membimbing sejumlah guru-guru yang berasal dari Jawa dan Sumatra untuk meningkatkan level pendidikannya ke Belanda, Kweekschool Tanobato
ditutup, Sebagai gantinya dibangun kweekschool yang lebih besar di Padang Sidempuan.
Alamat anggota Perhimpunan Indonesia, 1908 |
Rajiun Harahap
gelar Sutan Casayangan Soripada
Eks Kweekschool Padang Sidempuan yang menjadi HIS (1920) |
Sebagaimana
Willem Iskander, Rajiun Harahap gelar Sutan Casayangan Soripada, adalah seorang
imigran dari tanah koloni Belanda di Sumatra yang datang lebih awal dan jauh
sebelum kedatangan Mohammad Hatta dan Sutan
Sjahrir. Sutan Casayangan Soripada merupakan salah satu pelajar yang tidak
berbicara lagi tentang dirinya sendiri tetapi juga tentang soal kebangsaan. Penampilannya
selalu tampak elegan lebih-lebih dengan ciri khasnya yang menggunakan kacamata
bertangkai emas. Karena itu, dia kerap ditunjuk mengikuti acara-acara resmi yang
mewakili mahasiswa Indonesia di Belanda.
Indische
Vereeniging
Aneh
tapi nyata. Pada bulan September tahun 1908 Charles Adriaan van Ophuijsen bersama sejumlah ilmuwan
Belanda lainnya di Belanda mendirikan Bataksch Instituut (Batak Institute) di Leiden. Sementara, di kalangan
pelajar Indonesia muncul inisiatif pendirian sebuah asosiasi mahasiswa Indonesia
di Leiden. Inisiatif ini bermula dari kamar yang beralamat Hoogewoerd 49 di
Leiden yang notabene alamat tersebut adalah tempat tinggal guru Sutan Soripada Casayangan. Putra Padang Sidempuan inilah yang menjadi penggagas dibentuknya Indische
Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) yang kemudian disahkan pada tanggal 25
Oktober 1908 di Leiden. Sutan Casayangan Soripada menjadi presiden pertama,
sedang direksinya adalah Soemitro dan dokter Ph Laoh. Dalam daftar keanggotaan
terdapat total dua puluh nama termasuk empat Paku Alam bersaudara, yakni Noto
Soeroto (hukum di Leiden), Noto Kworo (kedokteran di Leiden), Notodiningrat
(arsitektur di Delft) dan Gondowinoto (hukum di Leiden). Selain itu, terdapat,
antara lain, Sosro Kartono di Leiden (abang dari RA. Kartini) dan Husain
Djajadiningrat (sangat berbakat dan meraih gelar doktor pada tahun 1913).
Organisasi
ini menjadi cikal bakal Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Eropa. Tujuan utama dari
asosiasi mahasiswa Indonesia yang digagas Sutan Casayangan Soripada didefinisikan untuk mempromosikan kepentingan umum dari anak negeri yang belajar di
Belanda, dan tetap berhubungan baik dengan tanah air (di Hindia Belanda). Juga asosiasi mahasiswa ini tetap menjaga hubungan baik antara anak
negeri dengan anak-anak bangsa Belanda. Tujuan ini dicapai dengan mempromosikan
saling berserikat dan untuk datang dan belajar di Belanda. Tujuan lain untuk
memberikan dorongan dan berusaha untuk
melakukan dengan memberikan informasi tentang studi dan tinggal di Belanda
kepada calon mahasiswa dan orang tua dan wali mereka di Indonesia dan juga untuk
menyambut kedatangan anak anak Indonesia di Belanda.
Anggota Perhimpunan Indonesia, 1908 |
***
Sutan Casayangan Soripada sendiri setelah lulus di Leiden (1912), beliau kembali ke tanah air. Di Padang Sidempuan, kampung halamannya, ia menerbitkan suratkabar berbahasa Batak yang bernama Poestaha. Kehadiran koran berkala ini, tidak saja telah memberikan pengetahuan bagi rakyat di Padang Sidempuan dan sekitarnya, tetapi juga telah membangkitkan kesadaran kebangsaan atas ketidakadilan Belanda, Salah satu anak Padang Sidempuan yang menjadi tokoh kebangkitan kebangsaan melalui Poestaha ini adalah Parada Harahap yang kelak menjadi tokoh persuratkabaran nasional.
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber berikut:
-www.dndl.org
-www. kitlv.nl
-www.akhirmh.blogspot.com, antara lain:
- Surat Kabar di Padang Sidempuan ‘Tempo Doeloe’ dan Lahirnya Tokoh-Tokoh Pers Nasional dari Tapanuli Bagian Selatan
- Willem Iskander dan Lahirnya Tokoh-Tokoh Sastrawan Nasional dari Tapanuli Bagian Selatan
1 komentar:
perlu didalami alasan pendirian Indische Vereniging, karena inilah awal mula gagasan persatuan Indonesia
Posting Komentar