Kota Sipirok, 1906 |
Sipirok punya
sejarah, sejarah tersendiri dan unik. Namun. sejarah Sipirok sejauh ini belum
sepenuhnya terungkap ke permukaan. Sipirok yang mayoritas sudah beragama Islam,
tidak hanya basis permulaan penyebaran injil di Bataklanden, tidak hanya basis
terakhir pertempuran oleh agresi militer Belanda di Indonesia (sebelum penyerahan
kedaulatan), dan tidak hanya sentra kopi terbaik dunia, tetapi Sipirok juga
tempat lahir orang-orang hebat di tingkat nasional. Juga, banyak hal-hal lain--mulai
dari yang ‘remeh temeh’ sampai hal-hal besar (termasuk yang kontroversi) --yang
selama ini terabaikan. Semua itu, akan disajikan secara kronologis dalam serial
artikel ini. Bahan-bahan yang digunakan seluruhnya (otentik) bersumber dari
koran-koran berbahasa Belanda tempo doeloe.
Militair
Departement
Dalam
Keputusan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda No. 22, tanggal 21 November I862
yang dimuat dalam lembaran pemerintah Hindia Belanda (Staatsblad) No. 141, nama Sipirok belum disebut—karenanya belum
terregister. Suatu wilayah baru dapat diregister oleh civiel departement jika secara defacto
dianggap dapat dikendalikan oleh militair
departement. Dalam struktur Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia, kala
itu hanya terdapat dua fungsi utama: (1) fungsi pembebasan/penguasaan wilayah
oleh militair departement dan (2) fungsi
pengadministrasian pemerintahan oleh civiel
departement.
Registrasi
wilayah pada permulaan pendudukan di Hindia Belanda khususnya di Governement
Sumatra’s Westkust bukanlah didasarkan pada batas-batas geografis (seperti masa
kini), melainkan atas dasar kebutuhan jalan poros (fungsi hankam dan fungsi
ekonomi). Berdasarkan Staatsblad no. 59, tanggal 21 Oktober 1852 salah satu keresidenan
(afdeeling) dari Gouvernement Sumatra's Westkust adalah Mandheling en Ankola.
Kemudian registrasi wilayah ini diperbarui berdasarkan Keputusan Gubernur
Jenderal Hindia-Belanda No. 22/Staatsblad
No. 141 tersebut. Dalam keputusan ini, diantaranya dinyatakan, jalan poros
(utama) di wilayah hukum Gouvernement Sumatra’s Westkust adalah sebagai berikut:
o dari Kotta Nopan ke Laroe (½ etappe)o dari Laroe ke Fort Elout (Penjaboengan) (1 etappe)o dari Fort Elout (Penjaboengan) ke Siaboe (1 etappe)o dari Siaboe ke Soeroematingi (1 etappe)o dari Soeroematingi ke Sigalangan (1 etappe)o dari Sigalangan ke Padang Sidempoean (1 etappe)o dari Padang Sidempoean ke Panabassan (1 etappe)o dari Panabassan ke Batang Taro (1 etappe)o dari Butang Taro ke Loemoet (1 etappe)o dari Loemoet ke Parbirahan (1 etappe)o dari Parbirahan ke Toeka (½ etappe)o dari Toeka ke Sibogha (½ etappe)
Rute
jalan poros dalam hal ini sesunguhnya adalah ratifikasi yang dilakukan terhadap
jalan yang sudah ada sejak era perdagangan awal (era pertukaran: garam dengan
komoditi lainnya). Sedangkan ukuran jarak hanya didasarkan pada titik persinggahan
jika perjalanan dilakukan dengan menggunakan kuda (etappe). Dalam daftar (register) ini poros Sipirok belum dinyatakan
secara dejure. Hal ini diduga karena
wilayah Sipirok masih dianggap rawan dan militer boleh jadi masih bekerja.
De avondbode: algemeen nieuwsblad voor staatkunde,
handel, nijverheid, landbouw, kunsten, wetenschappen, enz./doo…edisi
06-09-1838: ‘baru-baru ini telah melakukan pengepungan setengah lingkaran (dari
Portibi, Kota Pinang dan Kota Nopan) terhadap Tuanku Tambusai dan pasukannya.
Namun untuk (wilayah) Ankola dan (wilayah) Sipirok sudah dianggap terbebaskan,
dimana selama ini penduduknya berkeluh kesah terhadap ‘teror’ yang dilakukan
oleh pasukan Tuanku Tambusai’.
Berita
dalam De avondbode (1938) inilah berita pertama di koran (berbahasa Belanda)
yang menyinggung tentang keberadaan Sipirok.
Pasukan
Belanda sendiri memulai misi militernya pada tahun 1833 dari Natal kemudian
membangun benteng Eliot di Panjaboengan. Dari benteng inilah, pasukan Belanda
merangsek untuk menguasai Ankola, Sipirok dan Padang Lawas.
Urusan
Militair Departement sudah selesai dan jauh di depan. Sedangkan urusan Civiel
Departement masih jauh berada di belakang.
Civiel
Departement
Pemerintahan
sipil sendiri dimulai dengan menetapkan Natal-Mandailing sebagai salah satu
onderafdeeling dari Afdeeling Aijerbangies, Padang Bovenlanden, Gouvernement
Sumatra’s Westkust) dimana seorang Controleur ditempatkan di Natal. Pada tahun
1837 Afdeeling Aijer Bangies ditingkatkan menjadi keresidenan, dimana Afdeeling
Mandheling en Ankola dibentuk dan menempatkan seorang Asisten Residen di Panjaboengan.
Pada tahun 1841, Afdeeling Mandheling en Ankola dipisahkan dari Keresidenan
Aijerbangies sehubungan dengan dibentuknya Keresidenan Tapanoeli tahun 1842.
Controleur
di Onderafdeeling Natal-Mandailing adalah Doewes Dekker (1842-1843) yang
dikemudian hari dikenal sebagai Multatuli. Controleur di Onderafdeeling
Mandheling en Natal adalah Willer (1843-1847); , J.A.W. van Ophuysen (1853-??).
Residen Tapanuli pertama adalah L.A. Galle (menjabat 1843). Kemudian
berturut-turut: Mayor (Luit.-Kol.) A. van der Hart (1844-1847); P.H.A.B.
Stallion (1848-1849); W. Kocken (1850-1851); P. F. Couperes (1852); F.H.J.
Netscher (1853-1855); J. Blok (1856-1857). Residen berkedudukan di Siboga.
Asisten
Residen Mandheling en Ankola berkedudukan di Panjaboengan. Asisten Residen pertama
dijabat oleh Alexander Philippus Godon (1848-1857). Selanjutnya kedudukan
Asisten Residen Mandheling en Ankola dipindahkan ke Padang Sidempoen. Residen
Tapanuli berikutnya adalah: J. van der Linden (1858-1860); C. H. Palm (1861); H.
A. Steyn Parve (1862-1863); Mr J. K. Wit (1864-1865); C.L.L. Coeverden (1865-1869)
dan H. D. Canne (1869-1874). Sejak 1876 Asisten Residen di Afdeeling Mandheling
en Ankola dihapuskan selanjutnya Asisten Residen ditempatkan di Afdeeling
Siboga.
Di
Afdeeling Mandheling en Ankola dibentuk onderafdeeling Ankola en Siprok. Controleur
Onderafdeeling Ankola en Sipirok adalah W. A. Henny (sekitar 1866) dan C.A.
Niesen (1870-1873). Pada tahun-tahun selanjutnya Onderafdeeling Ankola en
Sipirok dimekarkan dengan membentuk Onderafdeeling Sipirok, 1875. Controleur
Onderafdeeling Sipirok E.F.L.I.H. van Eelders (1884-1886) dan H.W. Muller
(1886-??); R.H.V. De Lannoy (1893-??); C. A. Nieuwenhuijsen (1907-1999).
Kemudian tahun 1999 terjadi perubahan dimana di Afdeeling Mandheling en Ankola ditempatkan
seorang Asisten Residen: Ch. Kernper (sekitar 1909), sementara onderafdeeling
Sipirok dihapus dan kembali ke semula menjadi onderafdeeling Ankola en Sipirok.
Controleur onderafdeeling Ankola en Sipirok H.P. Schouten (1909-??).
***
Dalam laporan Pemerintah
Hindia Belanda ‘Tijdschrift voor Neerland's Indië jrg 8, 1846 (2e deel) [volgno
2]’ hanya dinyatakan Afdeeling Mandheling. Onder afdeeling belum terbentuk. Di
dalam Afdeeling Mandheling wilayah baru disebutkan sebagai lanskap dan distrik saja.
Afdeeling ini terdapat lima lanskap, yakni: (1) Groot Mandheling, (2) Klein
Mandheling, (3) Oeloe, (4) Pakantan dan (5) Ankola. Lanskap Ankola sendiri adalah
lanskap yang besar yang terdiri dari tiga distrik, yaitu: (1) Ankola Moedik, 15
kampung, 719 rumah; (2) Ankola Djai, 21 kampung, 638 rumah; Sipirok, 26
kampung, 916 rumah. Secara kesesluruhan lanskap Ankola terdiri dari 65 kampung yang
mencakup 2.273 rumah.
***
Berita-berita
selanjutnya akan disajikan menurut waktu (kronologis) untuk mengenal sejarah
awal Sipirok.
Eksplorasi
Sosial Ekonomi
Setelah
lama, berita kedua tentang keberadaan Sipirok baru muncul di koran Java-bode
yang terbit di Batavia (1859).
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
29-01-1859: ‘mengutip surat Controleur Ankola en Sipirok, A.W. Henny yang
ditulis 1 Maret 1858 yang antara lain menyatakan bahwa beberapa kebun di Si
Pirok yang terletak di perbatasan Padang-Lawas dimana ada beberapa kebun yang semua
tanaman telah menghasilkan, sementara yang beberapa kebun yang lain baru menghasilkan
sebagian saja, dan yang lainnya bahkan belum ada tanaman sama sekali yang
menghasilkan.
Dalam
berita kedua tahun 1859 tentang keberadaan Sipirok ini sudah diklaim bahwa
wilayah Sipirok sebagai wilayah hukum (penguasaan) yang masuk dalam onderafdeeling
Ankola en Sipirok dimana seorang controleur sudah ditempatkan dan berkedudukan
di Padang Sidempoean.
Sumber
lain: G. van Asselt sendiri mulai berdiam dan menjalankan misinya di Sipirok
tahun 1858. Ini menunjukkan bahwa, kegiatan misi yang dilakukan di Sipirok sudah
berada di wilayah hukum pemerintahan kolonial. Dengan demikian, kegiatan misi di
Sipirok harus diberlakukan sesuai hukum yang berlaku di Hindia Belanda,
sementara di Silindoeng, wilayahnya belum terregister dan kegiatan yang
dilakukan oleh para misionaris Jerman masih mengikuti hukum adat setempat.
Bencana alam: De Oostpost: letterkundig,
wetenschappelijk en commercieel nieuws-en advertentieblad, 17-10-1859: ‘pada malam
tanggal 9 Juli 1859 telah terjadi badai dari arah barat laut di distrik Si
Pirok yang menyebabkan banyak kerusakan pada atap rumah dan pohon-pohon tumbang
dan tanaman rebah’.
***
Kehadiran
pemerintahan sipil dan misionaris di Sipirok setelah tugas Militair Departement
selesai bukanlah yang pertama. Sebelumnya sudah ada dua orang yang mendahului
yakni: Franz Wilhelm Junghuhn dan Herman Neubronner van der Tuuk. Dr. Junghuhn seorang
dokter, ahli geologi dan lainnya pernah melakukan ekspedisi di selatan Tapanuli
dari arah Siboga menuju Batang Toru hingga Sipirok (1840-1845). Mr. van der
Toek ahli bahasa dan bisa berbahasa Batak pernah berada di Tanah Batak cukup
lama (1849-1857).
Misionaris Masuk
Sipirok
Sebelum
kegiatan misi datang (van Asselt/Belanda dan para misionaris Jerman), penduduk
Sipirok sebagian besar sudah menganut agama Islam.
Bataviaasch handelsblad, 09-03-1861:
‘pada tanggal 14 Februari terjadi gempa besar di Sipirok yang menyebabkan rumah
dan bangunan yang seluruhnya runtuh dan tidak satupun yang layak huni...’.
Sumber
koran ini adalah seseorang yang menulis surat dari Sipirok ke redaksi. Lebih
lanjut isi surat itu adalah sebagai berikut (diringkas).
‘…setelah pagi
saya dan orang Eropa lainnya meninjau
desa-desa lainnya, sama saja dengan yang kami alami—sangat mengerikan dan
penduduk tampak shock. Penduduk sudah
mengungsi ke sawah ladang mereka, saya menulis surat ini di halaman di atas
sebuah meja…semoga surat ini dapat segera dimuat dan harapan ada yang dapat
membantu selimut’.
Siapa
yang menulis surat itu? Yang jelas bukan Heijne atau Klammer atau Mr yang
berjanggut itu (Echtgenoote). Besar dugaan adalah G. van Asselt yang disebutkan
oleh sumber lain sudah berada di Sipirok.
Padangsch nieuws-en advertentie-blad, 19-10-1861: ‘bahwa
18 September para misionaris, Heijne, Klammer dan Echtgenoote meninggalkan
Silindoeng dan tiba di Sipirok’.
Lantas
siapa orang Eropa yang disebut van Asselt? Apakah tiga orang yang baru datang
ini, sebelum ke Silindoeng dan kembali ke Sipirok atau nama yang lain? Untuk
apa Heijne, Klammer dan Echtgenoote datang? Menurut sumber lain (di kemudian
hari: De Sumatra post, 08-10-1936: ‘pada
7 Oktober 1861 di Si Pirok telah diadakan pertemuan pertama para misionaris di
tanah Batak, yakni: Betz, van Asselt, Klammer, dan Heine. Lantas mengapa orang
Eropa yang disebut van Asselt (1861) tidak ada dalam berita ini (1936)?
Registrasi Awal
Wilayah Sipirok
Kapan
nama Sipirok diregister?
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
12-02-1862: ‘bahwa jalur transportasi kopi dari sentra produksi adalah Ankola
en Sipirok ke Djaga-Djaga (Sikara-kara?) dan dari Djaga-Djaga diteruskan ke
Padang’.
Meski
dalam berita ini menyebutkan Ankola en Sipirok sebagai satu wilayah, tetapi
secara resmi nama itu belum terregister dalam lembaran pemerintah (staatsbald).
Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 19-12-1863: ‘..bahwa
Angkola Djoeloe dan Sipirok dianggap sudah siap dibawah control administrasi
pemerintahan sipil (bestuur gebragt)
sebagaimana di Mandheling..’.
Berita
tersebut dibuat dalam suatu esai (review) terhadap wilayah baru dari Mandheling
ke Ankola. Baru kemudian, berdasarkan dalam perubahan Staatsblad, No. 141, pada tahun 1864, nama Sipirok diregister.
Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 13-05-1865: ‘Dalam
Keputusan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda No. 22, tanggal 21 November I862
(Staatsblad, No. 141) dilakukan perubahan yang dirilis 24 September 1864.
Perubahan jalan poros (utama) yang sebelumnya dalam keputusan ini diantaranya
menjadi:
1.
Jalan
poros di provinsi Governement Sumatra’s Westkust
a.
van
Padang-Kotanopan, Panyabungan, Padang Sidempoean, Batangtoru, Lumut, Tukka dan
ke Sibolga.
w. van Laroe
over Tanahbatoe langs den Batang Natal tot Natal.
x. van Panjaboengan tot Tanahbatoe
ij. van Moera Sipongie tot Pakanten
z. van Kotta Nopan tot Tolang
aa.van Padang
Sidempoean tot Sipirok
2.
Sub
jalan afdeeling Mandheling en Ankola
a.
Limomanis,
Pinyogei, Moera Sipmgie, Batong, Oesar Tolang, Moera Poenkoet, Kotta Nopan,
Moera Mais, Laroe, enkoedoe, Aijer Gedang, Penjaboengan, Mampang, Malintang,
Siaboe, Kota Poelik, Si Epping, Soeroematingie, Tolang, Sigalangan,
Petjarkoling, Padang Sidempoean, Tobing (Sigumuru?), Batang Angkola (Sitinjak?),
Panabassan…
aa.
Padang
Sidempoean, Sitamiang, Aek Simirik, Pargaroetan, Si Toemba, Aek Mandoerana, Sipirok
Namun
register Sipirok dalam hal ini baru sebatas sub-jalan (weg) dari Padang Sidempoean ke Sipirok melalui Aek Simirik,
Pargaroetan, Si Toemba, dan Aek Mandoerana. Ini juga berarti bahwa nama-nama Si
Toemba, dan Aek Mandoerana juga merupakan nama-nama yang sudah sejak awal diregister
di wilayah Sipirok.
Registrasi, Kegiatan
Misi, Eksplorasi dan Masalah Sosial
Registrasi
wilayah mengindikasikan suatu wilayah telah aman (terbebaskan dan dikuasai)
secara militer. Syarat ini diperlukan dalam pembentukan pemerintahan sipil.
Berbagai aspek sebelum dibentuknya pemerintahan sipil, di Sipirok sudah
terlebih dahulu ada kegiatan misi. Namun di sana sini masalah sosial muncul ke
permukaan.
Bataviaasch handelsblad, 30-09-1867 (mempublikasikan
surat dari pembaca): ‘bahwa di Sipirok tengah terjadi peningkatan pengaruh
terhadap masing-masing umatnya baik di kalangan umat Islam maupun kalangan pengikut
Kristiani. Kerja para misi semakin berat. Namun sejauh ini antar kedua belah pihak
tidak sampai menimbulkan ketegangan justru kedamaian tetap terjaga’.
Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 22-04-1868 (memuat
laporan perjalanan ke Sigoempoelon, Silindoeng oleh Mr W. A. Henny yang
ditulisnya sendiri pada Juli 1866): ‘ketika pulang dari Silindoeng saat mana
hujan di Simangambat dekat Sipirok. Kami menyeberang sungai di atas tali rotan
dan menjelang Sipirok kami sudah menemukan jalan-jalan yang sudah bisa dilalui
gerobak dalam pengangkutan kopi yang menunjukkan bahwa kami sudah berada di
wilayah dimana pemerintah (Belanda) sudah beroperasi. Kami singgah di Lantjat
untuk bisa memulihkan kuda-kuda kami. Hari berikutnya 4 April 1866, kami sudah
berada di Padang Sidempoean’.
Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 22-07-1868 (mempublikasikan
laporan perjalanan seorang pembaca ke Sigompoelon, Silindoeng--dari arah
perjalanan yang sebaliknya, yakni dari arah Sipirok yang dilakukan baru-baru
ini, Juni 1868): ‘Kami mulai dari Sipirok dimana pertama kali G. van Asselt
memulai misinya pada tahun 1858. Dalam perjalanan menuju Silindoeng ini kami
ditemani oleh selusin penduduk asli Sipirok melalui Aek Latong, Buloe Pajung
hingga ke Singkam. Kemudian dilanjutkan ke Simangoembang dan seterusnya. Empat
misionaris sudah ada di daerah Bataklanden: Heijne di Si Goempoelon; Nommensen
dan Johansen (Nadatdeze) di Silindoeng. Sangat menarik bahwa pertama kalinya di
Silindong angka yang lebih besar yang menjadi pengikut Kristen dibandingkan
dengan di Sipirok—di Bataklanden saat ini sudah berjumlah 450 orang. Jarak dari
Sipirok ke Silindong dalam perkiraan saya sekitar 19 jam berjalan kaki atau kurang
lebih 57 tiang. Pulangnya kami dari Hoeta Barat (Silindoeng) dan perjalanan diteruskan
ke Siboga’.
Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 01-05-1869 (memuat
surat seorang pembaca yang ‘memiliki’ istri seorang budak yang anak-anaknya secara
adat juga digolongkan sebagai budak, di Boengabondar): ‘saya mensyukuri kebebasan
budak, Guberneur Sumatra’s Westkust telah meratifikasi ‘pembebasan budak’.
Namun hal ini tampaknya masih tertunda, mungkin setelah di Sipirok seorang Controller
ditempatkan. Keputusan yang diambil oleh Gubernur Mr Arrens merupakan pengambilan
keputusan yang sangat beruntung.
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
03-03-1870: ‘Sutan Ditakuti’ dan pengikutnya dari kampong ‘Tapian’ melakukan
tindakan kriminal terhadap dusun Pagaran Padang, antara Lantjat, Si Mangambat
dan Si Pirok, suatu distrik yang belum berada di bawah pemerintahan regular
(terregister) yang berada di perbatasan antara Sipirok dengan Bataklanden telah
diamankan. Mereka ini menggerebek dusun itu dan melakukan aksi penjarahan.
Sebanyak 12 orang ditangkap. Tindakan yang mereka lakukan itu oleh dewan (adat)
pada tanggal 16 Februari 1870 akan dibawa (ditahan) ke Padang’.
Wilayah
Sipirok merupakan wilayah hukum pemerintahan (Belanda) yang masuk dalam Onderafdeeling
Angkola en Sipirok, tetapi hukum dan fungsi pemerintahan belum bekerja. Namun
demikian, penduduk telah memahami apa arti penting pusat pemerintahan di level Contreleur
(di Padang Sidempoean), di level Residen (Siboga) dan di level Gubernur di Padang)
dari sudut permasalahan mereka.
***
Fase
tugas Militair Departement sudah lama berlalu, persoalan-persoalan
kemasyarakatan (bencana alam, ekonomi, keagamaan, perbudakan, kriminal) yang
tidak mampu diatasi oleh pemerintahan tradisional (adat), tampaknya di Sipirok
memerlukan sistem administrasi (pemerintahan) sipil.
Civiel
Departement
Peran
pemerintahan sipil (civiel department)
di Onderafdeeling Angkola en Sipirok, sejak masa Controleur A.W. Henny terindikasi
belum menyentuh (belum efektif) hingga ke Sipirok. Dengan memperhatikan situasi
dan kondisi yang dihadapi di Sipirok, perlu peran pemerintahan sipil di Sipirok
lebih intens di masa berikutnya.
Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 19-03-1870: ‘Dari
Solok (Residentie Padang Bovenlanden) C.A. Niesen (Controleur kelas-3)
dipindahkan ke Padang Sidempoean (Residentie Tapanoelie). C.A. Niesen
ditugaskan untuk mengepalai otoritas sipil di onderafdeeling Angkola en Sipirok’.
Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 23-07-1870:
‘Pada tanggal 17 Juli 1870, Residen Tapanoeli, H.D. Canne dari Padang Sidempoen
diharapkan pada sore hari tiba di Sipirok. Mr. Canne di Sipirok selama beberapa
hari, karena masalah pelayanan pemerintah. (Dalam koran ini juga diberitakan) van
Daalen menulis tentang pertemuannya dengan Soetan Mangaradja Mangamer’.
***
Nama
Sipirok sudah sejak lama disebut di lingkungan Militair Departement, sudah
sejak lama pula namanya dipakai sebagai nama wilayah administratif, yakni:
Onderafdeeling Angkola en Sipirok (Civiel Departement). Namun secara resmi
dalam bentuk surat keputusan (peraturan pemerintah) administrasi pemerintahan (Staatsblad) baru belasan tahun kemudian
disahkan dan dipublikasikan ke umum. Dalam Surat Keputusan Gubernur Jenderal
Hindia Belanda No. 7, tanggal 7 Juni 1871 (Staatsblad
No. 83) nama Sipirok deregister secara definitif. Dalam keputusan ini
dinyatakan bahwa Residentie Tapanoelie terdiri dari tiga afdeeling. Salah satu
afdeelingnya adalah Mandheling en Ankola yang mana terdiri dari empat
onderafdeeling yakni salah satu onderafdeelingnya adalah Angkola en Sipirok. Di
dalam Onderafdeeling Ankola en Sipirok ini tiga diantaranya dinyatakan sebagai kepala
hakuriaan (koerihoofd) yang berada di wilayah Sipirok, yakni:
1.
Hakuriaan
Si Pirok
2.
Hakuariaan
Bringin
3.
Hakuriaan
Praoe Sorat
Hakuriaan
adalah label baru dalam terminologi hukum administrasi pemerintahan Hindia
Belanda yang sesuai dengan sifat pemerintahan tradisional di wilayah Tanah
Batak (berbeda dengan di Jawa). Hakuriaan dan kepala kuria (koeriahoofd) ditetapkan
dan ‘dipilih’ pemerintah Hindia Belanda. Para kepala hakuriaan ini bekerja
untuk pemerintah dan mendapat gaji.
Bataviaasch handelsblad, 10-06-1871: ‘adanya
Keputusan Gubernur Jenderal di Batavia tanggal 22 April 1871 (Staatsblad No. 25) yang didalamnya antara
lain menerangkan gaji para kepala hakuriaan di Onderafdeeling Angkola en
Sipirok dimana masing-masing kepala kuria Sipirok, Baringin dan Parau Sorat
mendapat konpensasi sebesar f 960 per tahun’.
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
22-08-1871 (mengutip sebuah laporan yang ditulis oleh de Batakkers schrijft de Zendeling-leeraar, van Daalen di wilayah
Sipirok): ‘menurut van Daalen dalam bulan Januari hingga beberapa bulan ke
depan penduduk Sipirok mengalami kesulitan pangan dan harga beras cukup tinggi.
Hal ini disebabkan orang-orang dipekerjakan untuk membangun jalan dan jembatan
sehingga tidak cukup waktu untuk menanam. Bahkan van Daalen dan Dammerboer
hampir kehabisan persediaan. (Di dalam laporan ini), Van Daalen di awal bulan
ini telah mengunjungi koleganya, Schutz, Schreiber, Leipoldt dan Weber. Dirks
bersama istri dan anak kini dalam perjalanan menuju Pakantan di Mandheling
untuk menetap di sana. Jadi kami di sini (afdeeling Mandheling en Ankola) tidak
terlalu sepi’.
Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 20-09-1871: ‘di
Sipirok ditemukan adanya perluasan budaya kopi (koffiecultuure)’.
Bataviaasch handelsblad, 18-11-1871: ‘pada
bulan Oktober penduduk yang berada antara Si Paholon dan Hoetabarat (daerah Silidong)
terjadi permusuhan baru yang memerlukan langkah-langkah penghentian yang
diambil oleh warga Tapanoelie. Menurut Sipirok menerima pesan dua desa di
Pangariboeaan (Toba) dengan satu sama lain dalam perang, dimana Oppoe Goemora
vau Pangariboean meminta bantuan pemerintah untuk meredakannya. Asisten Residen
dari Mandheling en Angkola ditugaskan untuk menyelidiki kasus ini dan jika perlu
harus membawanya’.
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
29-11-1871: ‘Penelitian dilakukan di Onderafdeeling Ankola en Sipirok. Dataran
tinggi Sipirok termasuk salah satu yang diteliti (eksplorasi) yang telah dimulai
dan selesai pada bulan Agustus. Untuk eksplorasi awal wilayah Ankola dilaksanakan
pada bulan September’.
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
02-03-1872: ‘eksplorasi topografi dan
geognostic wilayah Ankola selesai pada Desember, sehingga penyusunan laporan, kegiatan
menggambar dan pemasaran rekaman dapat dimulai’.
Kemana
van Asselt (yang pertama kali datang di Sipirok 1858 dan melakukan pertemuan
dengan Klammer dkk di Sipirok, 1861)? Lantas bagaimana dengan kehadiran van
Daalen (yang sudah menulis laporan tentang Sipirok, 1871)? Sipirok menjadi
pusat pemerintahan Belanda terdekat dari Bataklanden--daerah yang terbilang
masih ‘belum bertuan’ meski misionaris sudah ada di Silondoeng dan sekitarnya
dan sering terjadi perang antar hoeta (kampong).
Para Misionaris
Gelisah
Kegiatan
pemerintahan dan kegiatan misi adalah dua kegiatan yang berbeda, tugas pokok
masing-masing berjalan sendiri-sendiri (pemisahan negara dan agama). Di wilayah
Sipirok, permulaan kegiatan misi (van Asselt datang 1858) dan permulaan
kegiatan pemerintahan (perjalanan Controleur A.W Henny, 1866; dan kunjungan
kerja Residen Mr. Canne, 1870).
Bataviaasch handelsblad, 06-06-1872 (mengutip
laporan kegiatan misi): ‘van Daalen dan Demmenboer berharap dikirim pendeta
ketiga ke sini. Sementara ini Weber di Panabasan (Ankola). Nommensen yang sakit
(yang sudah sakit begitu lama) pada tanggal 29 Juli akan dibawa ke Si Pirok,
sementara Schreiber tidak jauh lebih baik, dan saya pikir itu juga akan perlu
mengembalikan mereka ke Eropa. Klammer bersama istri dan lima anak pada 2
Oktober dari Si Pirok bepergian ke Belanda dan terus berangkat ke Jerman. Jadi
akan segera kembali misionaris baru yang akan dikirim kesini’.
Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 04-09-1872
(mengutip laporan misi): ‘tampaknya wilayah pertama kita di Sipirok dengan 230
pengikut, Boengabondar dengan 270 pengikut, dan Praoe Sorat sebanyak 170 pengikut
Kristen. Sementara untuk wilayah kedua di Pangaloan sebanyak 100!?, Sigompoelon
54 pengikut, Pantjoer Napitoe 55 pengikut, Hoeta Dame dengan 316 pengikut dan Sipoholon
masih 20 orang pengikut Kristen. Stasiun-stasiun di Sipirok, Boengabondar dan
Praoe Sorat yang berada di plateau of
Sipirok terpisah dengan di Koeria Bringin dan Sialagoendi. Jarak antar stasiun ini
adalah sekitar empat tiang, namun yang lain lebih jauh dan untuk melakukan
perjalanan sering sulit di dalam beberapa ruas jalan untuk menjangkau mereka. Selama
ketidakhadiran Mr Klammer yang sementara tinggal di Eropa karena alasan
kesehatan, misi dipercayakan kepada (Schreiber?) yang dibantu oleh dua belas pribumi
(Christian School Teachers).
Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 09-11-1872
(mempublikasikan surat dari T.A.W Schreiber di Praoe Sorat): ‘tak jarang
mendengar klaim saat ini menuduh misi penginjilan telah berbohong. Untuk mencapai
tujuan misi, saya memastikan bahwa doktrin untuk memfasilitasi pengikut Mohamedansche
(Islam) jauh dari tuduhan itu. Malahan sejak kegiatan penginjilan di sini pertama
kalinya dalam beberapa tahun lalu, kami mengklaim justru pengikut Islam (oleh
pemerintah) untuk membiarkan dan diberi kesempatan untuk menang (berkembang). Ekspansi
penyiaran Islam justru didukung oleh semua koeriahoofd. Penyebaran Injil malah
dianggap sebagai panggilan bagi pengikut Mohamedansche sebagai awal sumber
kebencian terhadap Eropa. Sepanjang jalan ini sudah benar-benar Mandheling
pengikut Mohamedansche, hanya kecuali Pakantan, untuk sementara pekerjaan yang
sama di Sipirok dan lainnya di Ankola sebenarnya mekar, tapi terhalang oleh sikap
acuh tak acuh pemerintah—yang menganggap sama Islam, pagan dan Kristen’.
Pendidikan
Modern
Tugas
pokok dan fungsi Militair Departement dan Civiel Departement pada tahap
permulaan adalah fokus pada kegiatan eksplorasi (sosial ekonomi) wilayah.
Introduksi kopi di Sipirok bahkan sudah dimulai pada fase militer bekerja (Militair Departement) dan pada
berikutnya kegiatan ekonomi dan perdagangan pada fase administrator (Civiel Departement). Kegiatan-kegiatan
berikutnya dari pemerintahan sipil adalah menyeimbangkan antara pengeluaran dan
pendapatan. Dengan kata lain, setiap pengeluaran harus ada sumber asli
pembayarannya (istilah sekarang: pendapatan asli daerah).
De locomotief: Samarangsch handels-en
advertentie-blad,
22-03-1873: ‘bahwa sepuluh sekolah pribumi didirikan di Keresiden Tapanoeli, yang
mengacu pada Surat Keputusan [department seni dan budaya (?)] tanggal 7 Oktober
1857, No. 39, akan dibangun sekolah dasar di Tapanoeli, yaitu: Muara Sama, Kota
Nopan, Muara Sipongi, Panjaboengan, Padang Sidempoean, Batoe nan doea, Sipirok, Boenga Bandar, Si Mapil apil dan Siboga’.
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
30-04-1873 (penempatan pengawas pendidikan): ‘untuk Sipirok ditugaskan A. Laarhuis,
pengawas kelas-2 ke Sipirok dan Dja Moeda, koeriahoofd dari Briugin’. (Dalam
koran ini juga diberitakan) C.A Niesen, Controller kelas-3 di layanan sipil onderafdeeling Angkola
en Sipirok di Padang Sidempoean (Residentie Tapanoelie) dipindahkan ke Singkel.
***
Seperti
diketahui bahwa kweekschool di Tanobato (Mandheling) yang dipelopori Willem
Iskander telah menghasilkan guru-guru. Kweekschool ini didirikan pada tahun 1862.
Lulusan dari kweekschool inilah yang menjadi guru(-guru) di sejumlah sekolah
dasar negeri di Tapanoeli termasuk di wilayah Sipirok (Sipirok dan
Boengabondar). Alumni kweekschool Tanahbato ini ada juga yang berasal dari
Sipirok. Kweekschool Tanobato ditutup 1875, dan di Padang Sidempoean
kweekschool dibuka tahun 1879 dan ditutup 1903.
Kesehatan: Java-bode: nieuws, handels-en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 16-04-1874: ‘di Ankola, Djoeloe dan
Sipirok masih berjangkit cacar (pokken)’.
Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 26-09-1874: ‘di Si Pirok berjangkit
cacar’.
Bencana Alam: Java-bode: nieuws, handels-en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 02-11-1874 (dari Sipirok pembaca
menulis): ‘hari pertama Oktober, malam tepat 00:00, dikejutkan oleh guncangan gempa
vertikal yang berat. Gerakan ini sangat mirip dengan yang terjadi tahun 1861,
juga melakukan yang sama seperti ketika banyak rumah runtuh. Malam berikutnya pukul
07:00 mengulangi gerakan, tapi tidak begitu lama dan kurang mengejutkan’.
***
Sejauh
ini di wilayah Sipirok, onderafdeeling Ankola en Sipirok sudah terbentuk
pemerintahan sipil yang efektif (tiga kepala hakuriaan). Paling tidak, kegiatan
pembangunan infrastruktur (jalan dan jembatan), pengembangan ekonomi dan
perdagangan (pangan dan kopi), serta fasilitas pendidikan untuk penduduk
pribumi sudah berlangsung.
Catatan:
- Sumber utama (dalam tanda kutip) merupakan sari berita yang relevan dengan artikel ini. Sumber lain (ditulis anonim) hanya sebagai informasi pendukung agar konteks ‘berita’ sesuai.
- Isi artikel ini dibuat seorisinil mungkin, hanya berdasarkan informasi (surat kabar) yang tersedia (yang bisa saya akses). Kemungkinan adanya ‘bolong-bolong’ di sana sini tidak terhindarkan, silahkan para pengguna (pembaca) melengkapi dan menginterpretasi sendiri.
(bersambung)
Bag-2: 'SEJARAH SIPIROK: Pemekaran Angkola en Sipirok, Controleur Berkedudukan di Sipirok
Bag-2: 'SEJARAH SIPIROK: Pemekaran Angkola en Sipirok, Controleur Berkedudukan di Sipirok
'
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap
berdasarkan sumber tempo doeloe.
Baca juga:
Baca juga:
1 komentar:
Assalamualaikum. selamat Pagi. Saya Albiner Sitompul, ketua Umum Jam'iyah Batak Muslim, bermaksud dapat beraudiensi, semoga ada waktu. terimakasih. No HP saya 081397591388. terimakasih banyak
Posting Komentar