Dalam bagian pertama artikel ini, Surat
Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7, tanggal 7 Juni 1871 (Staatsblad No. 83) pasal Keresidenan
Tapanoeli sudah dikutip sebagian yang berkenaan dengan wilayah Sipirok. Berikut
disalin kembali: Keresidenan Tapanoelie terdiri dari tiga afdeeling (Siboga,
Mandheling en Ankola, dan Natal) plus Pulau (eiland) Nias. Afdeeling Siboga terdiri dari tiga onderafdeeling,
yakni: Siboga, Baros dan Singkel. Di onderafdeeling Siboga terdapat 16 kepala
hakuriaan (koeriahoofd), empat
diantaranya: Marantjar, Si Angoenan,
Hoeraba dan Batang Taro.
Afdeelingnya Mandheling en Ankola sendiri terdiri
dari tiga onderafdeeling yakni: (1) Onderafdeeling Groot-Mandheling, (2) Onderafdeeling
Kleine Mandheling, Oeloe en Pakantan, dan (3) Onderafdeeling Ankola en Sipirok.
Di dalam Onderafdeeling Angkola en Sipirok terdapat 14 kepala hakuriaan
(koerihoofd), yakni:
1. Kampong Baroe2. Si Mapil Apil3. Saboengan4. Batoe nan Doea5. Oeta Rimbaroe6. Si Pirok7. Bringin8. Praoe Sorat9. Soeroemantigi10. Pintoe Padang11. Si Galangan12. Moeara Thais13. Pitjar Koeleng14. Si Ondop
Pada tahun 1871 Keresidenan Tapanoelie masuk
dalam Gouvernement Sumatra’s Westkust. Residen Tapanoelie berkedudukan di Siboga.
Controleur Ankola en Sipirok berkedudukan di Padang Sidempoean. Juga, Asisten
Residen Mandheling en Ankola berkedudukan di Padang Sidempoean. Secara
geografis, hakuriaan paling dekat dengan pusat pemerintahan di Padang
Sidempoean adalah hakuriaan Kampong
Baroe (diteruskan oleh Losoeng Batoe), sedang yang paling jauh adalah hakuriaan Sipirok, Baringin dan Parau Sorat.
Pemekaran Onderafdeeling Angkola en Sipirok dan Berkedudukan
di Sipirok
Wilayah Sipirok (tiga hakuriaan) pelan tapi
pasti, semakin berkembang. Kegiatan pembangunan berlangsung dalamm berbagai
bidang: pembangunan infrastruktur (jalan dan jembatan), pengembangan ekonomi
dan perdagangan (pangan dan kopi), serta penyiapan fasilitas pendidikan untuk
penduduk. Untuk bidang kesehatan masih terabaikan: situasi kesehatan belum
membaik, wabah cacar masih berjangkit.
Kesehatan. Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 06-02-1875:
‘cacar masih terjadi di Angkola, Sipirok dan Goenoeng Toea’.
***
Berita baru berhembus dari Batavia via Padang
ke Padang Sidempoean. Kantor Asisten Residen Mandheling en Ankola di Padang
Sidempoean via Conroleur Ankola en Sipirok berita itu cepat menyebar ke 14
hakuriaan yang ada di Onderafdeeling Ankola en Sipirok. Apa isi berita baru
itu?
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 24-02-1875: ‘berdasarkan
Surat Keputusan tanggal 11-02-1875 No.2 (Staatsblad
No. 2) ditemukan bahwa koeria Sipirok, Goenoeng Bringin dan Praoe Sorat di Onderafdeeling
Angkola en Sipirok (Afdeeling Mandheling en Angkola, Residentie Tapanoeli)
untuk memisahkan mereka, dan menyatukannya menjadi satu onderafdeeling yang
akan dikepalai oleh seorang Controller (pangkat kelas 2) dan berkedudukan di
Sipirok sebagai lokasi yang ditunjuk. (Koran ini juga menyebut bahwa
Controleur) ‘dibantu satu orang pribumi sebagai juru tulis dengan gaji f 20 per
bulan, dan dua orang sebagai pengawal yang masing-masing mendapat gaji f 10 per
bulan’.
Polemik Misionaris
Laporan van Daalen dan Dammerboer pernah
dikutip koran. T.A.W Schreiber di Praoe Sorat pernah menulis di koran. Kini,
giliran Klammer yang menulis di koran.
De locomotief: Samarangsch
handels-en advertentie-blad, 05-03-1875 (melansir
Alg. Dagbl. van NI/Sumatra Courant):
‘misionaris Klammer menulis di koran Padang (Sumatra Courant) untuk menanggapi isu yang semakin berkembang. Klammer
sendiri mengeluh tentang kebijakan pemerintah Belanda. Klammer menepis anggapan
bahwa orang Batak yang telah memeluk Islam tapi tidak kami membantu mereka
sedikitpun untuk kembali ke agama lama mereka lagi, ini terutama terjadi di
Ankola dan Sipirok. Kenyataanya adalah bahwa fakta ada beberapa (orang) Melayu
yang tadinya menempatkan diri (di Ankola en Sipirok) sebagai pedagang dan
beberapa diantaranya ditunjuk pemerintah oleh sebagai pejabat pemerintah. Tampak
ini berubah dengan cepat untuk mengantisipasi penyebaran Injil, pejabat pengawas
keuangan terhadap para penziarah diizinkan untuk bergerak bebas (akses naik
haji), karena Gubernur sendiri menyatakan bahwa pemerintah agak acuh tak acuh,
apa pun agama orang Batak, Christian, Pagan atau Mahometans (Islam), itu yang sering
mereka inginkan, selama mereka mengikuti perintah pemerintah seperti penanaman kopi
dan membangun jalan’.
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 24-03-1875
(sebuah tinjauan/esai): ‘perubahan yang tidak menguntungkan bagi misionaris,
melalui serangkaian terobosan saling dibesarkan membendung kebijakan pemerintah
ini. Untungnya konsekuensi yang tidak menyenangkan dari disebabkan karena liberalisme
dari cotroleur tidak cukup merugikan tetapi kondisi lain yang cenderung Islam
mengambil giliran ditambahkan lebih menguntungkan. Untuk tujuan penduduk asli
yang tepat mudah memperoleh untuk melakukan perjalanan ini untuk dibawa ke
Mekah dan sehingga menciptakan banyak orang-orang menjadi hadji Muslim di Hindia
Belanda, spekulatif memiliki koneksi langsung kapal uap Eropa antara Hindia
Belanda dan Mekah seakan dilengkapi. Langt
hem terug. Memang berat untuk bersaing di dataran tinggi Sipirok melawan
Islam, kesempatan sebagai hadjie seakan menambah pasukan baru terhadap kekristenan.
Apakah tidak menutupnya saja sekarang dan supaya kemudian diatasi?’.
Komisi Pendidikan dan Sekolah Misionaris
Harapan meningkatnya kualitas penduduk di
Sipirok semakin kencang. Wabah penyakit sudah mulai mereda dan mutu pendidikan
semakin ditingkatkan. Lulusan sekolah negeri yang sudah didirikan di Sipirok
dan Bunga Bondar diharapkan mutunya semakin meningkat, demikian juga dengan di
sekolah yang dikelola misionaris.
Kesehatan: Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 12-04-1875. Di Angkola dan Si Pirok cacar (pokziekte) sudah mulai mereda.
Java-bode: nieuws,
handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 01-05-1875: ‘Pengawas sekolah yang dirangkap oleh A.
Laarhuis untuk Sipirok dan Boengabandar diangkat sebagai anggota komisi sekolah
untuk Keresidenan Tapanoeli’. (Koran ini juga menyebutkan bahwa) ‘diangkat E.
Winckel, pejabat kelas-2 pada layanan sipil di kantor Controller Onderafdeeling
Angkola en Sipirok akan bertugas untuk dua wilayah (Sipirok dan Bunga Bondar)’.
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 03-07-1875 (surat
dari pembaca): ‘kondisi sekarang tentang hal misi di Bataklanden. Ini hanya
sekadar sketsa, tapi saya percaya, bagaimanapun, bahwa sepenuhnya tidak diinginkan
oleh banyak pengikut lainnya. Rijnsche Zendeling-genootschap te Barmen di
Bataklanden sekarang memiliki sembilan (stasiun) misi (tiga diantaranya berada
di Sipirok, Bunga Bondar dan Prau Sorat) dengan 10 misionaris dan 16 pembantu
dari pribumi (guru dan kepala sekolah).
Infrastruktur dan Transportasi
Peningkatan infrastruktur dan kebutuhan
transportasi semakin dirasakan. Juga kebutuhan untuk layanan di bidang hukum.
Semuanya dimaksudkan untuk lebih menjamin terlaksananya pembangunan dan
pengembangan masyarakat di wilayah Sipirok.
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 07-07-1875: ‘sebanyak
dua puluh adjunkt Djaksa (pihak pribumi) di Governement Sumatra’s Westkust, (termasuk)
di Sipirok dengan gaji f 30 per bulan, sementara untuk yang mewakili dari
golongan Islam mendapat gaji sebesar f 15 per bulan’.
De locomotief:
Samarangsch handels-en advertentie-blad,
17-07-1875: ‘Pembangunan jalan yang bisa dilalui pedati dari Sipirok ke Bunga
Bondar dan ke Parau Sorat sepanjang empat tiang. (koran ini juga melaporkan)
‘sebanyak 23 pos antara Sipirok dan Padang Sidempoean dibangun. (juga koran ini
memberitakan) ‘sekolah negeri perluasan (semacam sekolah persiapan) untuk
pribumi di Prau Sorat kapasitasnya masih terlalu sedikit, peserta didik yang
ada baru sebanyak 10 murid’.
Java-bode: nieuws,
handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 08-09-1875: ‘di Si Pirok hasil panen tidak terlalu
menggembirakan karena kondisi khusus alam yang tidak menentu. Namun pembelian kopi
masih berlangsung secara teratur. Perdagangan dan pengiriman (dari Sipirok) tetap
lancar’.
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 08-09-1875
(pengumuman tender pemerintah): ‘Gouvernour van Sumatra’s Weskut membuka tender
untuk kegiatan (pekerjaan) transportasi sipil dan militer untuk pemerintah, wisatawan
dengan keluarga dan barang-barang mereka, semua kopi pemerintah, barang swadaya
masyarakat lainnya, baik pertimbangan militer, sipil dan pemerintah yang meliputi
berbagai rute, diantaranya: (f). antara Padang, Siboga dan Loemoet dan tempat-tempat
yang berbeda dan berada di wilayah Onderafdeeling Ankola en Sipirok’.
Pembagian wewenang pembangunan tampaknya
sudah terdistribusi. Untuk urusan pengadaan transportasi masih kewenangan
pemerintah provinsi (gouverneur) sedangkan urusan pengembangan ekonomi dan
perdagangan adalah urusan daerah (afdeeling dan onderafdeeling).
Mutasi dan Perubahan Administrasi
Administrasi pemerintahan adalah instrumen
penting dalam mengelola masyarakat sipil. Perubahan administrasi dilakukan
boleh jadi dimaksdukan untuk memperluas kebutuhan pemerintah (efisiensi) atau
mempersempit hal yang merugikan pemerintah (efektivitas). Salah satu yang luar
biasa adalah bahwa posisi Asisten Residen yang sebelumnya untuk membawahi
Afdeeling Mandheling en Ankola dipindahkan (dialihkan) untuk membawahi
Afdeeling Siboga.
De locomotief:
Samarangsch handels-en advertentie-blad,
09-10-1875: ‘pada bulan September dilakukan perubahan komisi sekolah pribumi untuk
Natal, Baros, Si Mapil Apil sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1, § a, Surat
Keputusan tanggal 29 Oktober 1872, Nomor 37 yang dikaitkan dengan Batoe nan doea,
Sipirok, Boengabandar, Panjaboengan. Muara Sama, Kota Nopan, Muara Sipongi dan
Singkel (Keresidenan Tapanoeli, Gouvernement Sumatra’s Westkust) yang selanjutnya
hanya akan terdiri dari lima anggota, termasuk ketua’. [catatan: A. Laarhuis, salah satu anggota dari lima komisioner dan (sudah)
mewakili Sipirok dan Bunga Bondar].
De locomotief:
Samarangsch handels-en advertentie-blad,
16-10-1875: ‘tindak lanjut pelaksanaan (ke)rapat(an) di seluruh Governement Sumatra’s
Weskust pada tangga 1 November, yang bertanggung jawab untuk mewakili pribumi
sebagai petugas pengadilan (officier van
justitie) di dalam institusi Rapat adalah sebagai berikut: untuk Si Pirok diangkat
Si Gali galar Dja Alim. (koran ini juga memberitakan) ‘Si Paromau galar
Pertoean Saugkoepan sebagai koeriahoofd
di Si Pirok’.
Java-bode: nieuws,
handelsblad-en advertentieblad,
01-12-1875: ‘yang bertugas untuk mewakili pribumi sebagai petugas pengadilan di
dalam Rapat untuk Si Pirok, Si Gali galar Dja Alim ditarik (dan digantikan)
oleh Ephraam, seorang juru tulis pribumi di kantor Controleur di Si Pirok’.
Perubahan
posisi Asisten Residen: dari Afdeeling Mandheling en Angkola ke Afdeeling
Siboga, kapasitas Contreleur Onderafdeeling Angkola en Sipirok semakin
diperkuat
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 19-01-1876: ‘dilakukan
konprensi pers secara terbatas oleh Gubernur pada tanggal 31 Desember 1875,
sebagai tindak lanjut implementasi dari keputusan tanggal 13 Maret 1873 (Staatsblad No 51) yang berbunyi sebagai
berikut: (a) kekuasaan atas Afdeeling Mandheling en Angkola untuk posisi asisten
residen ditiadakan dan dimasukkan sebagai tugas Resident Tapanoelie yang
dilaksanakan jika sudah terlaksana penambahan satu Controleur (sederhana) khusus
untuk Onderafdeeling Angkola en Sipirok, (b) untuk menarik jabatan Asisten Residen
di Afdeeling Mandheling en Angkola’. [catatan:
pembentukan controleur di Sipirok, Onderafdeeling Ankola en Sipirok tampaknya sudah
terlaksana sebagaimana berita-berita sebelumnya].
Java-bode: nieuws,
handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 22-04-1876: ‘E. Winckel diberhentikan. G.A. Wilken
diangkat menjadi penganti Winckel di Sipirok dan Boengabondar. (koran ini juga
memberitakan) Pertoen Sang Koepan diangkat sebagai koeriahoofd Sipirok; Maharadja
Bonjok diangkat sebagai koeriahoopd Prau Sorat; Soetan Kabiaran diangkat sebagai
kamponghoofd di Boengabondar’.
De locomotief:
Samarangsch handels-en advertentie-blad, 27-04-1876:
‘ditugaskan Soetan Nagari, kamponghoofd van Batoe Na Doea Djai dan Sutan Kamoelian
sebagai vaksinator di Ankola en Sipirok’.
De locomotief:
Samarangsch handels-en advertentie-blad,
29-04-1876: ‘dalam Surat Keputusan Pemerintah/Peraturan Pemerintah 1876
(Staatsblad, No. 111) di dalam institusi Rapat di Si Pirok (Tapanoeli), tidak
ada konpensasi dibayar kepada imam Mahomedaansch (tokoh mewakili Islam) (yang
akan ditambahkan)’.
Rapat adalah suatu dewan (institusi) yang
dibentuk pemerintah di bidang peradilan (raad
van justitie). Institusi ke(rapat)an ini ada pada setiap level pemerintahan
mulai dari Gouvernement, Residentie, Afdeeling hingga onderafdeeling. Anggota
dewan merupakan kombinasi Belanda (umumnya pejabat pemerintah) dan pribumi
(tokoh masyarakat dan atau tokoh keagamaan).Untuk pimpanan rapat (ketua siding)
anggota dewan yang berasal dari dewan yang berada di wilayah lain. Jenis kasus
yang ditangani sesuai dengan level ke(rapat)an. Untuk posisi jaksa ditunjuk
atau diangkat oleh pemerintah sebagai pejabat pemerintah.
Penghapusan Perbudakan
Java-bode: nieuws,
handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 28-06-1876: ‘Gubernor van Sumatra’s Westkust menerima
telegram pada tanggal 21-06-1876 dari onderafdeeling Si Pirok telah dilakukan
pembebasan budak (emansipasi budak). Para budak menunjukkan rasa sukacita dan syukur. Hal ini juga ditunjukkan
oleh para umat Islam dan pengikut Kristiani’.
Java-bode: nieuws,
handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 25-09-1876: ‘laporan yang bersumber dari Gubernur
Sumatra’s Westkust yang didalamnya termasuk pembebasan budak di Sipirok
berlangsung 21 Juni 1876. Di Sipirok sendiri terdaftar sebanyak 783 budak.
Jumlah ini pada dasarnya telah berubah dan berkurang menjadi 773. Dari jumlah
yang ada ini sebanyak 15 budak telah ditebus dan sebanyak 65 budak telah
meninggal sehingga yang tersisa sebanyak 693 budak. Namun demikian ada
penambahan karena kelahiran, yang terdiri dari 55 laki-laki dan 54 perempuan.
Dengan penambahan sebanyak 109 yang lahir maka total keseluruhan menjadi 802
budak’.
Bataviaasch
handelsblad, 25-09-1876: ‘laporan yang
bersumber dari Gubernur Sumatra’s Westkust yang didalamnya terdapat bahwa
pembebasan budak di Tapanoeli tidak mudah. Warga Sipirok melakukan demonstrasi besar-besaran
karena adanya rumor bahwa budak dianggap jenis properti dan sumber utama
pendapatan bagi pemilik dan dalam pembebasan ini pemerintah ingin membeli budak
laki-laki untuk dijadikan sebagai prajurit untuk mengirim mereka ke Aceh dan menjadikan
budak perempuan sebagai pelacur. Para demonstran ingin memastikan hal itu tidak
terjadi. Di Penjaboengan, ibukota Groot Mandheling kerusuhan meningkat. Atas
kejadian ini para kepala koeria mengatakan bahwa mereka mengundurkan diri dari
kompensasi yang akan diberikan pemerintah sebanyak £ 15.000. Para budak telah
mengancam dan akan membunuh para koeria ketika jika para koeria menyerahkan
mereka ke pemerintah dan juga akan membakar rumah koeria. Atas kisruh ini, dan
kemungkinan untuk deklarasi umum secara gratis dan kemudian dimerdekakan pemerintah
menghargai dan untuk dipertimbangkan. Kemungkinan cara itu lebih bermanfaat’.
Pengajaran. Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 14-10-1876:
‘dr. Schreibei di sekolah pelatihan zendelig di Prau Sorat (Si Pirok)
menghasilkan buku cerita populer tentang struktur tubuh manusia’.
Pertambangan. Algemeen Handelsblad, 05-07-1877 (iklan, isinya antara
lain): ‘dibutuhkan seorang geolog untuk ditugaskan di Siboga en Sipirok,
Tapanoelie’.
Netralitas Pemerintah, Keamanan di Silindoeng dan Islam
di Sipirok
Wilayah Sipirok semakin kondusif
(pemerintahan, pembangunan dan keamanan), tetapi tidak di utara wilayah
Sipirok. Meski sudah ada misionaris di Silindoeng dan sekitarnya, namun
dikabarkan situasi keamanan justru makin menegangkan. Sejauh ini, keterlibatan
tangan pemerintahan sipil dan militer belum ada di wilayah Silindoeng.
Java-bode: nieuws,
handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 14-11-1877: ‘di Sipirok pada tanggal 3 dan 4 Oktober
1877 telah diadakan pertemuan antara para kepala koeria dengan pemerintah’.
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 09-02-1878 (surat
pembaca dari Aek-Goeloe, 24 Januari 1878): ‘sekitar tiga minggu lalu di suatu
kampong, wilayah independen Silindoeng telah terjadi tindakan pembunuhan.
Awalnya mulanya terdengar di kegelapan massa sekitar seratus orang dengan
senjata, bedil dan tombak mendekati kampong. Lalu ada teriakan, tangisan, suara
tembakan dan tebasan. Paginya setelah matahari bersinar, terbukti ada
pembantaian, sejumlah badan dimutilasi tersebar di seluruh kampong,
barang-barang penduduk dijarah. Kemungkinan diduga geng Sisingamangaradja,
apakah tidak perlu dihentikan militer agar tidak meluas ke tempat lain?
Beberapa orang berhasil melarikan diri ke Sipirok dan Simangambat, tetapi ada
sebanyak 25 wanita, anak-anak perempuan dan anak-anak kecil berada ditangan
musuh. Akan tetapi siapa musuh ini dengan siapa mereka dituduh? Apa yang akan
dilakukan pemerintah? Mari kita berharap bahwa mereka akan tahu di mana untuk menempatkan
dalam kebijaksanaannya’.
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 12-02-1878 (suatu
esai berjudul ‘Het Mohamedannisme: II. Wie niet tegen mij is, is voor mij’): ‘kemampuan
kelenturan dan penyelesaian Islam mencerahkan ekspansi yang cepat dalam hal
apapun. Tak terkecuali, yang terutama terjadi di Islam muda di Angkola,
Mandheling dan Padang Bolak. Kecemburuan
terhadap Islam adalah untuk memerangi sulit. Ribuan peziarah ke Mekah, yang
melakukan perjalanan mahal setiap tahun, perjalanan bahwa nasib banyak orang
memutuskan, tanpa pikiran lain selain terinspirasi untuk mencapai tahap yang
lebih tinggi kesucian, dan kemudian memperluas iman mereka sebanyak mungkin. Tampaknya,
dampak mengejutkan memiliki orang-orang yang datang dari berbagai kalangan
masyarakat.
Mereka merampas satu dekade untuk seluruh negara Batak,
seluruh orang bodoh primitif. Saksi kunci tahu pernyataan ini kita temukan
dalam sejarah orang-orang battaksche dalam puluhan tahun tahun terakhir, dan
kita semua memiliki alasan untuk menganggap bahwa itu adalah di negara-negara
lain di Kepulauan Hindia Belanda. Dr Junghuhn, yang pada tahun 1840 mengunjungi
Battaklanden, lanskap Mandheling, Angkola dan Sipirok sekarang, dia akan
memiliki mata dan telinga tidak lagi percaya. Budaya kopi, serta meningkatnya
kekayaan akan jatuh membawa pergi semua persetujuannya. Apa yang akan dia
katakan dari yang telah berubah? Beberapa semangat religius dan fanatisme
Batak, setelah pada umumnya diambil adalah orang-orang jinak? Kapala koeria, yang terus sisi haji rasa
semangat konversi untuk pergi. Terkejut tidak mungkin untuk menjaga dari
Angkola serta sejumlah besar orang-orang muda sebagai peziarah akan ke Mekkah
dari Sipiroksche, seperti yang telah terjadi di saat terakhir dalam kebenaran.
Tidak hanya haji, tapi setiap bertobat akhirnya Djaksa, penulis, kepala sekolah
pedagang, bangsawan, kapten kapal, tentara, perempuan pasar, dan bahkan anak;
semua disebut dengan semangat yang sama seperti para ulama dan mullah.
Ketika Battakkers, serta di hampir semua bangsa di
Kepulauan Hindia Belanda, hampir setiap politik, sipil dan keluarga operasi
dengan agama terhubung erat. Setiap tindakan negara, sebuah ekspedisi, perang,
setiap akuisisi jabatan publik, setiap tindakan pengadilan, setiap rakyat itu,
risalah apapun, setiap sumpah penting apapun. Singkatnya, segala sesuatu dan
semua orang di kehidupan publik dikuduskan oleh doa. Begitu juga semua
peristiwa famili yang dari beberapa arti dari
pernikahan, kelahiran, penyakit dan kematian.
Ada terus kontrol netral hanya memerintah oleh
serangkaian hukum yang sebagian seluruhnya orang asing tanah telah dikembangkan
dan massa sehingga untuk berbicara, bermain dengan semacam tidak suka, sehingga
melempar orang sendiri dengan gairah dalam pelukan Mohammedanism, bahwa baik
dalam agama dan dalam arti politik, itu tidak yang paling jauh jangkauannya
janji. Kita tidak boleh disesatkan oleh peradaban meningkatnya orang-orang di
sekolah normal dan primer, atau dengan dua puluh atau lebih medali yang telah
diberikan gubernur sebagai tanda kehormatan bagi pelayanan yang setia dalam
beberapa tahun terakhir untuk kepala Battakkers, atau dengan proposal
pernikahan dari Padang Bolak, Siliendoeng dan Pangariboean ke orang tua
melindungi bendera Belanda untuk datang hanya sarana untuk sampai ke tujuan,
yaitu untuk mendapatkan keuntungan’.
De locomotief:
Samarangsch handels-en advertentie-blad, 26-04-1878:
‘diangkat sebagai wakil djaksa (adjunct djaksa) di Sipirok, Si Ephraim’.
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 18-06-1878: ‘laporan
operasi dari para insinyur selama taruhan kuartal pertama tahun berjalan eksplorasi geologi di
bagian Angkola
Sipirok Maret dihentikan, mengungkapkan informasi baru geao untuk ekstraksi
mineral’.
Java-bode: nieuws,
handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-10-1878: ‘Kongsie Koeria dalam perdagangan kopi.
Kongsie ini merupakan bentuk perlawanan terhadap institusi yang sudah ada (pakhuismeeiters
dan koffie mantries) yang sering main mata dengan pihak partikelir terdapat di
Sipirok, Padang Sidempoean, Muara Sipmgie dan Natal’.
Dari Sipirok ke Silindoeng dan Toba
Pemerintahan sipil di wilayah Sipirok semakin
efektif di Sipirok. Pemekaran onderafdeeling Angkoaa en Sipirok dengan
dibentuknya onderafdeeling Sipirok kegiatan pembangunan social ekonomi semakin
kondusif. Hal yang berbeda dengan di wilayah tetangga Sipirok yakni Silindoeng
dan Toba. Permasalahan keamanan terutama dalam kegiatan misi sudah mulai
teratasi. Sulit bagi Islam memasuki wilayah Silindoeng, tetapi Kristen sudah
mengakar di Sipirok.
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 21-01-1879:
‘Sumatra diperbolehkan untuk mendirikan sekolah pribumi pembantu (untuk
memperluas keterbatasan pemerintah). Dari kalangan misionaris yang
diperbantukan adalah Thomas untuk Sipirok dan Petrus untuk Prau Sorat dan Marcus
yang sebelumnya untuk Pangaloan dipindahkan ke Lantjat’.
Sumatra-courant: nieuws-en
advertentieblad, 22-04-1879 (surat dari pembaca, K. van Stijgen di Silindoeng yang ditulis tanggal 1 April
1879): ‘Sekitar tengah hari aku pergi satu jam ke arah timur dimana tempat
benteng Itadja Deang pernah terjadi pertempuran. Aku duduk di bawah pohon dan menatap ke sekeliling, yang ada begitu
liar. Para tentara pergi mencari desa-desa dibakar. Pada sore hari, sekitar
pukul 3.00 pasukan kembali. Hari keempat kami berangkat dari Balige ke Onan
Geang-Geang, di mana ayah Singa Mangaradja hidup, ada juga beberapa desa
dibakar, penduduk melarikan diri. Kemudian kami berada di mana lanskap desa
yang besar terletak Pintoebosi dan juga, ada penduduk melarikan diri. Keesokan
hari untuk Bahalbatoe, di mana kami tiba sekitar pukul 5 sore hari. Dan dengan
demikian afgelo espeditie terbuka. tujuannya dicapai meski dengan sarana dan
bahan yang terbatas, namun dengan dukungan soldier yang berani di bawah
kepemimpinan yang baik. Tentunya tidak ada yang bisa bersukacita atas dari
saya. Masih lebih dari delapan hari aku harus tetap di sekitar Residen di
Bahalbatoe untuk bertindak sebagai penerjemah.
Secara bertahap menarik pasukan sudah lebih mendekati
Peradja dan kampung halaman saya. Kami memiliki makanan yang berlimpah untuk
berkat, yang telah membuat kami semua dalam hidup, kesehatan. Setelah
kedatangan kami masih mengadakan pertemuan publik yang besar di Sipoholon.
Mereka harus mengambil sumpah untuk mengikuti. Perintah dari Coutroleur sebagai
wakil dari Residen di Sipoholon sekitar setengah jam berjalan kaki dari stasiun
yang zendelingleeraar Alohris, dimana sebuah benteng dibangun, yang diduduki
oleh 80 tentara.
The Coulroleur Pluygers memiliki rumah bouweu boveu Peradja,
20 menit dari sini, sebanyak 506 desa di Siliendoeng memiliki semua onderworpeu
dari setiap tenaga kerja desa untuk menjelaskan dari Siliendoeng ke Siboga.
Jadi perang berakhir dan kami telah kembali dengan keberanian baru bersama
tenaga kerja. Apa yang sekarang dari operasi-operasi militer yang bersangkutan,
jadi ini benar-benar bermanfaat. Pemerintah sepenuhnya butuh di dataran tinggi
Toba hanya segala sesuatu di urutan yang baik, pemerintah belum dimasukkan ke
dalam pemerintahan biasa, permasalhan dari arah Aceh masih terlalu penuh.
Oh well, misi kami lebih baik seperti sekarang. Tanpa
pasukan akan gagal kita, dan dengan berbuat demikian akan Islam masuk, namun,
kami punya waktu pertama Siliendoeng untuk kemudian dapat bekerja, lebih banyak
kekuatan di Toba. Pemerintah tidak akan bekerja melawan kita, sebagaimana di
luar Toba. Supremasi lebih Belanda akan hal ini, kita tidak perlu rasa takut.
Sekarang bisnis kami mengatur persiapan untuk mendapatkan kekuatan yang cukup
dan sarana, bahwa kami di waktu dapat pekerjaan rohani sudah ada Siliendoeng.
Penawaran telah menjadi dan perang dilakukan dengan baik, penduduk Toba datang kemari banyak untuk
menetap di sini terutama mereka yang desanya dibakar kedatangannya ke sini, dan
jumlah mereka akan terus meningkatkan yang pada gilirannya kegiatan penginkilan
secara bertahap akan dikenal di dataran tinggi Toba, berdampak pada penduduk
akan dengan demikian kuat. Mungkin juga dilengkapi dengan wilayah Singa
Mangarailja, hanya masalah waktu, sehingga lapangan kerja kami panjang dan
dengan sendirinya akan secara signifikan memperluas itu, Untuk Balige
diperlukan biaya yang jauh lebih banyak untuk membangun seperti selamanya.
Menurut klaim Battakkers, kini telah didirikan pada misionaris Deli dari timur
datang ke Balige, karena mereka terlalu jauh di utara untuk tujuan ini
didirikan. Nah, bisa dipastikan bahwa mereka akan menemukan firman tuhan.
Oleh karena itu kami menyambut aksesi mereka, meskipun
satu dapat berbuat banyak untuk menghitung dalam masa transisi. Banyak
bergabung dengan kami, itu akan lebih baik. Berdoa syafaat dalam litigasi
dengan harapan kita mendapatkan di sini seperti negara dimana saudara-saudara
kita telah melakukan pergulatan di Sipirok. Hanya kami memiliki lebih dari
mereka ini sebelumnya. Islam masih sulit menembus sini, sementara Kristen sudah
berakar di sana. Kita berharap sebelum kita lanjut 10 tahun, seluruh
Siliendoeng menganut tuhan Kristen akan diadopsi di sini. Sebagai
zendelinglecraar Nommensen saya meminta Anda, benar atau salah ketika saya
menyatakan bahwa tampilan zendelings
tidak lebih dari sekilas dan unsur militer tidak membiarkan keadilan
untuk pengkhotbah damai Kristen tidak disebut sejarah perang yang akan
diberikan?
Namun menulis Pendeta Nommensen bukan tanpa nilai sejarah;
ia menanggung cap kebenaran, dan kemudian dalam banyak hal bagaimana dengan
singkat tapi kuat dan tegas pemerintah masuk Siliendoeng dan Toba. Misionaris
RMG di Battaklanden dengan hormat bahwa perang yang dilakukan pemerintah tidak
bisa disalahkan apapun dan layak usaha mereka, juga dianggap sebagai staudpuut
politik murni kolonial. Honor dan puji bagi pasukan kita berani dan energik dan komandan pemberani, yang dalam
semua perwira dan prajurit ditanggung bersama. Kehormatan dan pujian terutama
kepada kebijakan Resident, yang diberkahi dengan pengetahuan luas, tanah subur
dan rakyat Batak, kekuatan dan keberanian militer dengan tindakan kolaboratif,
setidaknya menjadi tiga kali lipat lebih baik. K. van Stijgen’.
Arah pembentukan pemerintahan sipil di era
Hindia Belanda di Tanah Batak tidak lepas dari arah penguasaan pemerintahan
militer. Prosesnya dibagi ke dalam beberapa etape: Natal, Panjaboengan, Padang
Sidempoean, Sipirok, Silindoeng dan Toba. Di etape Sipirok bisa dikatakan
sebagai titik belok paling kritis yang harus dilalui dalam perjalanan sejarah
pembentukan pemerintahan sipil di Tapanoeli.
Catatan:
- Sumber utama (dalam tanda kutip) merupakan sari berita yang relevan dengan artikel ini. Sumber lain (ditulis anonim) hanya sebagai informasi pendukung agar konteks ‘berita’ sesuai.
- Isi artikel ini dibuat seorisinil mungkin, hanya berdasarkan informasi (surat kabar) yang tersedia. Kemungkinan adanya ‘bolong-bolong’ di sana sini, silahkan para pengguna (pembaca) melengkapi dan menginterpretasi sendiri.
(bersambung)
Bag-3:
SEJARAH SIPIROK: ‘Berperan dalam Proses Pembentukan Pemerintahan di Silindung
dan Padang Lawas’
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber tempo doeloe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar