*Kronologi
berdasarkan berita dalam surat kabar tempo doeloe
Airmata tangisan penduduk
Mandailing masih terus menetes hingga berita pertama kehadiran bangsa Belanda
di Tanah Mandailing muncul di suratkabar. Berita-berita yang muncul pertama
kali dari Tanah Mandailing adalah berita seputar tentang kematian petugas dan
serdadu Belanda. Berita lainnya adalah surplus beras di Mandailing ditransper
ke Jawa, sementara DOM masih tetap diberlakukan di Bonjol. Ini mengindikasikan
bahwa penguasaan wilayah dengan pengerahan militer yang memerlukan biaya yang
tidak sedikit, harus ada penutupnya dengan untung ‘gede’. Tidak ada rotan
akarpun jadi. Belum ada komoditi ekspor bernilai tinggi, komoditi domestik pun
tidak masalah. Karena itu, selagi masa perang dan melakukan pertempuran,
produksi beras lokal pun dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan uang—seperti anekdot:
tidak ada makan siang gratis’.
Militair Departement: Prakondisi Awal Pemerintahan
Sipil
.
.
Militer Belanda pertamakali mendarat
di Natal 1933. Membangun benteng Eluot di Panjaboengan pada tahun 1834 dan
menguasai Mandheling lantas membangun benteng di Rao 1834. Sementara benteng
Bonjol masih eksis. Pada tahun 1837 benteng Bonjol dikuasai kemudian lanskap Mandheling,
Ankola dan Sipirok juga sepenuhnya dikuasai. Selama fase invasi ke Bonjol,
otoritas sipil di Mandailing yang berkedudukan di Kotanopan dilakukan oleh Francois Bonnet.
Pasca Bonjol, selanjutnya militer Belanda mengalihkan perhatian ke Padang Lawas.
Untuk memperkuat pertahanan pasukan Belanda dibangun
benteng di Pijor Koling (1837) untuk meningkatkan fungsi pos militer sebelumnya
di Sayurmatinggi. Karenanya, lanskap Mandailing (groot dan klein) menjadi
sangat terjaga keamanannya, sebab ada tiga benteng: di tengah lanskap Mandailing,
masih ada benteng Fort Eluot di Panjaboengan, di selatan Mandailing, di Rao dan
di utara Mandailing di Pijor Koling. Kedua benteng di sisi luar Mandailing ini
masih aktif, hingga ekonomi kopi dimulai dan pemerintahan sipil diselenggarakan
di Mandheling dan Ankola.
Berita duka. Javasche courant, 18-04-1835
(iklan pemberitahuan): ‘Sekarang meninggal disini, ahli
bedah kelas-3, Weitsch. Kreditor dan debitor diminta untuk melapor dalam waktu tiga bulan, kepada: komisaris di lingkungan di sini, Dr Krebs, petugas
kesehatan dan Letda van Holij
Jr—Kotto Nopan
di Mandheling, Sumatra's Noordwcstkust, 1
Februari 1835’.
Javasche
courant, 04-11-1835
(iklan tender): ‘sesuai peraturan tentang outsourcing (Java…No 88 dan
Stataatsbald No. 67), Kantor Direktur Produk dan gudang
sipil negara, memerlukan satu outsourcing
untuk pengangkuatan beras yang telah
disimpan (antara lain): di Nattal stok sebanyak
70.000 pon, Tappanolie 15.000 pon
dan Kotta Nopan di
Manda Healing stok sebanyak 97,200
ponden (pon). Operasi pengangkutan beras di Mandailing dan Rao dajadikan satu
plot (dibedakan dengan tiga plot atau paket lain di Sumatra)’.
Javasche
courant, 22-10-1836
(iklan tender): ‘diperlukan outsourcing
untuk mengangkut beras yang tersimpan (antara lain): di Nattal
stok 70.000 pon, Tappanolie 20.000 pon dan Kotta Nopan di Manda Healing dan Rao stok sebanyak 300.000 ponden (pon). Operasi pengangkutan
beras di Mandailing dan Rao dajadikan satu plot (dibedakan dengan tiga plot
atau paket lain di Sumatra)’.
Berita duka. Javasche courant, 02-08-1837: ’pada pagi ini kami menerima
berita duka bahwa di Kotta Nopan telah meninggal Letda infantry, Elsborg,
komandan militer Mandheling. Pemerintah telah kehilangan prajurit yang taat dan
kawan kami yang baik. Dimohon kepada kreditor maupun debitor untuk melakukan pelunasan
pajak atau pembayaran atas kepulangannya dalam waktu tiga bulan kepada komisaris
wilayah di sini: Komisaris adalah Lettu Jansen, dan Letda Seelig---Raw, 26 Mei
1837’.
Javasche
courant, 25-10-1837:
‘outsourcing pengangkutan
beras yang disimpan (antara lain): di Nattal stok 80.000 ponden (pon), Tappanolie 16.000 pon dan Kotta Nopan di Manda Healing dan Rao stok sebanyak 300.000 ponden. Operasi pengangkutan beras
di Mandailing dan Rao dajadikan satu plot (dibedakan dengan tiga plot atau
paket lain di Sumatra)’.
Berita duka. Javasche courant, 14-02-1838: ‘Pada 16 Desember
1837 telah meninggal di Fort Elout di Mandheling, Letnan dua, de Jongh dari Battalion-VI.
Kepada kreditor dan debitur diminta melapor dalam empat bulan kepada komisaris.
Komisaris adalah Letnan satu Servais dan Letnan satu van Deun--Rau, 19 Desember 1837’.
Algemeen
Handelsblad, 07-09-1838:
oleh suku-suku yang
berbeda di selatan dan tenggara Bataklanden
dilaporkan pemerintah
telah memulai negosiasi untuk penyerahan yang akan datang. Setelah mengambil alih Fort Pertibie telah benar-benar Padang Lawas dan Kotta Pinang dikuasai. Setelah dari
Ankola dan Kotta Nopan di Mandheling untuk Pertibie tentara kami melakukan pengepungan setengah lingkaran terhadap kafir, tanah dan
kepala asli Tamboesy menjadi terkepung, dengan
demikian tujuan menjadi mencapai
untuk membebaskan Ankola dan Sipirok di
utara Negara Batta.
Setelah itu, baru mereka harus menghela
napas setelah begitu lama direcokin oleh Tamboesy. Kampong Daloedaloe terletak
liama hari di tenggara dari Pertibie
masih kuat dikelilingi oleh pengikut yang bersenjata. Namun Tamboesy sendiri harus telah keluar dari Padang Lawas dan kini di lanskap lain, seperti ia sudah
akan memiliki isyarat penampungan dan
kesiapan disana’.
Berita duka. Javasche courant, 24-11-1838:
‘Setelah penderitaan
hidu[
berkepanjangan, sekarang almarhum, Francois Bonne
telah tiada, petugas yang
bertanggung jawab dari otoritas
sipil di afdeeling Mandheling, Sumatra’s Noordwestkust, dengan konsekuensi hati dan konsumsi paru,
yang sebagian besar untuk berdinas bergabung
seragam kepentingan
Gouvernements. Dia seorang mantan militer,
yang
membiarkan kesempatan menjadi
kepala Mandheling
dalam
membantu pribumi, yang tidak akan lebih baik tanpa dia. Dia pergi dan semuanya akan dikorbankan untuk afdeeling, menjadi
petugas
terbesar gagah berani kami, sementara
ia digunakan sebagai otoritas Tapanolie pasca
perlawanan’.
Bredasche
courant, 26-04-1840: ‘Di distrik Manda Healing pada
tanggal 7 Oktober 1839, Lettu Steinhardt melakukan ekspedisi yang disertai oleh
sejumlah kepala Mandahelingsche dan beberapa pembantu dari Kotta Nopan ke Kotta
Gedang untuk mengamankan Soetan Menkoetoer yang memiliki pengikut setia. Dia
adalah saudara almarhum Regent van Manda Healing, yang mana Raja van Layang
telah dibunuh. Pembunuhan ini disebabkan oleh kebencian rakyat Kotta Gedang
terhadap kepala Manda Healing. Kolonel Michiels, gubernur sipil dan militer
Sumatra’s Westkust, sudah tahu yang terjadi pada Kotta Gedang, sementara kata saudara
Sutan Menkoetoer, Sutan Naga, supaya menyerah saja’.
Berita duka.
Javasche courant, 10-02-1841: ‘Pada 15 November 1810, meninggal di Kotta Nopan,
(Sumatra’s Westkust) Letnan satu infantri, W.C. Blommenstein. Kreditor dan
debitor diminta dalam waktu tiga bulan setelah peristiwa atau pengumuman atau
pembayaran untuk melakukan commissaritsen di wilayah ini. Komisaris adalah W.A.
van Kluijven, Letnan dua. J.H.W.A. Dumont, sergt. staf no. 5730—Fort Elout, 16
November 1840’.
Residen Tapanuli
Dibentuk, Asisten Residen Mandheling en Ankola Pertama adalah T.J. Willer
Pada awalnya, lanskap Tapanuli dikendalikan
dari administrasi Keresidenan Air Bangis yang mana di lanskap Tapanuli diangkat
seorang Asisten Residen yang berkedudukan di Sibolga. Di lanskap ini juga
ditempatkan tiga controleur, yakni: Controleur Mandheling en Ankola di
Kotanopan, Controleur Battakslanden di Sibolga dan Controleur Barus di Barus. Selanjutnya
pada tahun 1842, Keresidenan Tapanuli dibentuk, namun tetap bagian dari Sumatra’s
Westkust dengan dua asisten Residen yakni: Asisten Residen Tapanoeli (Sibolga) dan
Asisten Residen Mandheling en Ankola (Kotanopan).
Pada masa transisi ini Residen adalah M. J. H. van Oppen, seorang pejabat di Gouvernour Sumatra;s
Westkust dan sekretaris dilaksanakan
oleh L.A. Galle. Pada tahun 1843, secara definitif Residen Tapanuli diangkat dan
L.A, Galle dipromosikan. Untuk Asisten Residen Tapanuli diangkat A. van der Hart
dan asisten Residen Mandheling en Ankola adalah T.J. Willer. Selanjutnya pada
tahun 1844 Mayor (Luit.Kol.) A. van der Hart menggantikan L.A. Galle sebagai
Residen Tapanoeli. Sementara T.J. Willer tetap sebagai Asisten Residen
Mandheling en Ankola’.
Javasche
courant, 20-03-1841:
‘oleh Yang Mulia
Raja, berdasarkan Keputusan Menteri 1
Agustus 1840
Nomor 81 (antara lain): untuk adsistent resident
van Tapanoelie adalah de ambtenaar M.J.H. van Oppen. Sebagai controleur kelas-1 di
Mandheling en Ankola ditunjuk V.C.J. Happe.
Sementara sebagai controleur kelas-3 untuk Battakslanden ditunjuk E.J.M. van Bommel.
Sedangkan untuk controleur kelas-3 di Baros, M. Jorissen. Yang berkomitmen
untuk Battakslanden ke Perlibie adalah F.J. Willer, seorang pejabat pengawas di
gouvernement Sumatra’s Westkust’.
Nederlandsche
staatscourant, 24-06-1842: ‘berita dari Sumatera diterima di Batavia bahwa terjadi
ketegangan yang juga berkaitan dengan afdeeling Mandheling, di mana diumumkan
terjadi kerusuhan namun tidak sampai meletus. Meskipun ada konspirasi
kecurigaan terhadap beberapa kepala, tapi perbuatan itu lambat laun telah hilang.
Uutuk mengkonfirmasi bahwa itu benar untuk sisanya, hanya anggapan sebagai berita
yang bersifat lateral. Sementara itu sudah ada tindakan militer untuk pencegahan
yang diambil, terutama terhadap kampong-kampung atau distrik yang agak banyak ditemukan
permasalahan. Sejumlah pertemuan telah dilakukan dan semua berniat untuk
memberontak. Sudah dilakukan pendekatan dan sudah dapat menggagalkan cukup.
Setelah sulit ditekan, tiga kepala Mandheling berperilaku telah meminta perlindungan
sementara di Natal’.
Algemeen
Handelsblad, 28-12-1843:
‘tot
ass. Res. van Tapanolie, de majoor der inf. A. van der Hart, onder toekenning
aan denzelven van eervol ontslag nit zijne betrekking van adj. van den gener. Tot
ads. res. van Mandheling,
T. J. Willer. Tot secr. der res. Tapanolie, L.A.
Galle’.
Nieuwe
Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws-en advertentieblad, 04-08-1845: ‘Asisten residen dari Mandheling
en Ankola (Sumatera
Westkust), C. Rodenburg, Controleur kelas-1 dalam pendapatan dan budaya nasional. Sementara diberhentikan dengan hormat, asisten residen dari Mandheling en Ankola, T.J. Willer, yang
merupakan untuk pertama kalinya tinggal di wilayah itu yang menjadi gouvernement Sumtra’s
Westkust’. Sedangkan L.A. Galle diberhentikan
dengan hormat untuk mengurangi redundansi, sebagai sekretaris Residen
Tapanoeli (Sumatra’s Westkust’.
Javasche courant, 06-01-1847: ‘Untuk adsisten residen dari Mandheling en Ankola, Sumatra’s
Westkust, J.K.D. Lammleth’.
Nederlandsche staatscourant, 01-10-1847: ‘dalam
bagian North-Eastern Sub Kerajaan Sumatra’s Westkust afdeeling Mandheling, pada
bulan Mei tahun ini terjadu satu gangguan yang meletus, didorong oleh
mengamankan Rangar Laoet, dan mulai dengan kehancuran beberapa jembatan, termasuk
jembatan baru Batang Taro, merampok dan melakukan pembakaran sejumlah bangunan dan
pembunuhan terhadap sersan Luksemburg. Dengan langkah-langkah otoritas sipil
dan militer yang dimiliki dapat dilakukan perdamaian dan mereka segera
dipulihkan. Rangar Laoet dan beberapa pemimpin lainnya telah datang ke dalam
penyerahan. Pada kesempatan itu, Jang di Pertoean dari Mandheling terbukti
penting dengan menyediakan layanan pasukan tambahan, bahkan lebih dari yang
diperlukan atau diperlukan. Sebuah penyelidikan penyebab apa yang terjadi
adalah tidak diketahui jelas. Namun beberapa rumor telah dikaitkan dengan keinginan
dalam penyebaran vaksinasi anak-anak atas perintah pemerintah, yang mana
vaksinasi ini akan meninggalkan tanda abadi di lengannya. Bersamaan gerakan
gelisahnya ini juga terdeteksi di Padang Lawas, timur dari Mandheling sebuah
lanskap wilayah Belanda berada. Antara gerakan-gerakan di wilayah ini dengan pemberontakan
di Mandheling tampaknya telah ada’.
Asisten Residen A.P. Godon Datang, Kopi
Diperdagangkan, Pendidikan Diintroduksi
Ketika
di lanskap Tapanoeli diangkat seorang asisten residen, seorang Controleur
ditempatkan di lanskap Mandheling en Ankola. Ketika Keresidenan Tapanoeli
dibentuk, status controleur Mandheling en Ankola ditingkatkan menjadi asisten
residen. Untuk (afdeeling) Mandheling en Ankola sendiri diangkat T.J. Willer. Kemudian
Willer digantikan oleh C. Rodenburg, lalu digantikan oleh J.K.D. Lammleth
dan baru kemudian digantikan oleh A.P. Godon.
Algemeen Handelsblad, 15-12-1847
(surat dari Controleur Ankola): ‘di beberapa afdeeling, seperti yang terlihat di tetangga, Mandheling, orang menemukan penanam koffij pada indigo dan kayu kamper dan
lainnya yang dikumpulkan’.
Nederlandsche staatscourant, 28-07-1848: ‘di
Sumatra’s Westkust, Asisten-Residen Mandheling en Ankola, Controleur kelas-1, A.P.
Godon, yang diminta melibatkan kepada siapa, Radja, persepsi yang sudah ditetapkan’.
Algemeen Handelsblad, 25-06-1849: ‘berita mengenai kuantitas dan kualitas yang sangat
mengecewakan; sekitar 4.000 picols koffie Mandheling kuning masih tetap di
tangan pribumi, diharapkan dalam jangka
pendek, sebagian yang menawarkan telah dibuat, tapi tampaknya pemilik enggan sampai
tiba saatnya untuk menjualnya’.
Leydse courant, 05-08-1850: ‘Mandheling sudah
selesai untuk menanam kopi, pada tahun 1847 hasilnya sudah ada 5.000 pikul’.
Nederlandsche staatscourant, 02-08-1853: ‘untuk
Residen Padang Bovenlanden, P.T. Couperus, yang saat ini sebagai Resident
Tapanoeli; untuk Residen Tapanoeli, F.H.J. Netscher, yang saat ini
Asisten-resident Bovenlanden di Tanah Datar. Controleur kelas-1, J.A.W.
Ophuysen, saat ini ditempatkan di afdeeling Natal di Natal, Controleur kelas-1,
V. Barthelemy dipindahkan ke Kaijoetanam;
untuk Kaijoetanam, Controleur kelas-3, H.A.
Mess, yang saat melakukan tugas di distrik Mandheling yang menjabat direktur
budaya telah ditempatkan dalam konteks pendapatan pedesaan dan budaya’.
De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en
commercieel nieuws-en advertentieblad, 18-01-1854. Untuk kommies di asisten
residen Mandheling en Ankola, Y.V.B.
Davidson. saat ini sebagai seorang pejabat di wilayah Gouvernur Sumatra’s
Westkust sebagai penilik kelas-1 untuk memegang superintendence dari cultures di
Sumatra’s Westkust: ke Troessau (selatan afdeeling Padang), J.C. Schoggers, yang sekarang pemegang jabatan
di Oeloe en Pakanten; untuk Oeloe en Pakanten. (Residence Tappanolie), W. van
der Valck. Untuk yang sekarang pemegang buku Siroekam dan Soepaijan. di
Mandheling (Residen Tappanolie), J.A. Scholte, saat ini menjadi deputi sheriff
untuk Padang’.
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
02-08-1854: ‘Diangkat untuk Sumatra’s Westkust (antara lain): Untuk pengawas
(opziener) kelas-1 afdeeling Agam, W.B Davidson sekarang komisi di asisten residen Mandheling en Ankola. Untuk commisies di asisitent residen Mandheling en
Ankola, W.J.A. Scholte, sekarang opziener kelas-1 untuk budaya di Mandheling.
Untuk opziener kelas-1 dalam budaya di Mandheling, W. Bram, saat ini
koffij-pakhuismeester di Tana Batoe (Mandheling)’.
Catatan:
- Sumber utama (dalam tanda kutip) merupakan sari berita yang relevan dengan artikel ini. Sumber lain (ditulis anonim) hanya sebagai informasi pendukung agar konteks ‘berita’ sesuai.
- Isi artikel ini dibuat seorisinil mungkin, hanya berdasarkan informasi (surat kabar) yang tersedia. Kemungkinan adanya ‘bolong-bolong’ di sana sini, silahkan para pengguna (pembaca) melengkapi dan menginterpretasi sendiri.
- Beberapa kalimat masih memerlukan proses penerjemahan (menyusul).
(bersambung)
Bag-2.
Sejarah MANDAILING: ‘Koffijcultuur, Kopi Terbaik dan Harga Tetinggi Dunia dan
Studi Ke Batavia dan Negeri Belanda’
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber tempo doeloe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar