Sabtu, Agustus 30, 2014

Bag-1. Sejarah MANDAILING: ‘Pemerintahan Sipil di Tapanuli Selatan Dimulai dari Kotanopan’



*Kronologi berdasarkan berita dalam surat kabar tempo doeloe

Airmata tangisan penduduk Mandailing masih terus menetes hingga berita pertama kehadiran bangsa Belanda di Tanah Mandailing muncul di suratkabar. Berita-berita yang muncul pertama kali dari Tanah Mandailing adalah berita seputar tentang kematian petugas dan serdadu Belanda. Berita lainnya adalah surplus beras di Mandailing ditransper ke Jawa, sementara DOM masih tetap diberlakukan di Bonjol. Ini mengindikasikan bahwa penguasaan wilayah dengan pengerahan militer yang memerlukan biaya yang tidak sedikit, harus ada penutupnya dengan untung ‘gede’. Tidak ada rotan akarpun jadi. Belum ada komoditi ekspor bernilai tinggi, komoditi domestik pun tidak masalah. Karena itu, selagi masa perang dan melakukan pertempuran, produksi beras lokal pun dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan uang—seperti anekdot: tidak ada makan siang gratis’.

Militair Departement: Prakondisi Awal Pemerintahan Sipil
.
Peta Mandheling, 1843-1847
Militer Belanda pertamakali mendarat di Natal 1933. Membangun benteng Eluot di Panjaboengan pada tahun 1834 dan menguasai Mandheling lantas membangun benteng di Rao 1834. Sementara benteng Bonjol masih eksis. Pada tahun 1837 benteng Bonjol dikuasai kemudian lanskap Mandheling, Ankola dan Sipirok juga sepenuhnya dikuasai. Selama fase invasi ke Bonjol, otoritas sipil di Mandailing yang berkedudukan di Kotanopan dilakukan oleh Francois Bonnet. Pasca Bonjol, selanjutnya militer Belanda mengalihkan perhatian ke Padang Lawas. Untuk memperkuat pertahanan pasukan Belanda dibangun benteng di Pijor Koling (1837) untuk meningkatkan fungsi pos militer sebelumnya di Sayurmatinggi. Karenanya, lanskap Mandailing (groot dan klein) menjadi sangat terjaga keamanannya, sebab ada tiga benteng: di tengah lanskap Mandailing, masih ada benteng Fort Eluot di Panjaboengan, di selatan Mandailing, di Rao dan di utara Mandailing di Pijor Koling. Kedua benteng di sisi luar Mandailing ini masih aktif, hingga ekonomi kopi dimulai dan pemerintahan sipil diselenggarakan di Mandheling dan Ankola.

Berita duka. Javasche courant, 18-04-1835 (iklan pemberitahuan): ‘Sekarang meninggal disini, ahli bedah kelas-3, Weitsch. Kreditor dan debitor diminta untuk melapor dalam waktu tiga bulan, kepada: komisaris di lingkungan di sini, Dr Krebs, petugas kesehatan dan Letda van Holij JrKotto Nopan di Mandheling, Sumatra's Noordwcstkust, 1 Februari 1835.

Javasche courant, 04-11-1835 (iklan tender): ‘sesuai peraturan tentang outsourcing (JavaNo 88 dan Stataatsbald No. 67), Kantor Direktur Produk dan gudang sipil negara, memerlukan satu outsourcing untuk pengangkuatan beras yang telah disimpan (antara lain): di Nattal stok sebanyak 70.000 pon, Tappanolie 15.000 pon dan Kotta Nopan di Manda Healing stok sebanyak  97,200 ponden (pon). Operasi pengangkutan beras di Mandailing dan Rao dajadikan satu plot (dibedakan dengan tiga plot atau paket lain di Sumatra)’.

Javasche courant, 22-10-1836 (iklan tender): ‘diperlukan outsourcing untuk mengangkut beras yang tersimpan (antara lain): di Nattal stok 70.000 pon, Tappanolie 20.000 pon dan Kotta Nopan di Manda Healing dan Rao stok sebanyak  300.000 ponden (pon). Operasi pengangkutan beras di Mandailing dan Rao dajadikan satu plot (dibedakan dengan tiga plot atau paket lain di Sumatra)’.

Berita duka. Javasche courant, 02-08-1837: ’pada pagi ini kami menerima berita duka bahwa di Kotta Nopan telah meninggal Letda infantry, Elsborg, komandan militer Mandheling. Pemerintah telah kehilangan prajurit yang taat dan kawan kami yang baik. Dimohon kepada kreditor maupun debitor untuk melakukan pelunasan pajak atau pembayaran atas kepulangannya dalam waktu tiga bulan kepada komisaris wilayah di sini: Komisaris adalah Lettu Jansen, dan Letda Seelig---Raw, 26 Mei 1837’.

Javasche courant, 25-10-1837: ‘outsourcing pengangkutan beras yang disimpan (antara lain): di Nattal stok 80.000 ponden (pon), Tappanolie 16.000 pon dan Kotta Nopan di Manda Healing dan Rao stok sebanyak  300.000 ponden. Operasi pengangkutan beras di Mandailing dan Rao dajadikan satu plot (dibedakan dengan tiga plot atau paket lain di Sumatra)’.

Berita duka. Javasche courant, 14-02-1838: ‘Pada 16 Desember 1837 telah meninggal di Fort Elout di Mandheling, Letnan dua, de Jongh dari Battalion-VI. Kepada kreditor dan debitur diminta melapor dalam empat bulan kepada komisaris. Komisaris adalah Letnan satu Servais dan Letnan satu  van Deun--Rau, 19 Desember 1837’.

Algemeen Handelsblad, 07-09-1838: oleh suku-suku yang berbeda di selatan dan tenggara Bataklanden dilaporkan pemerintah telah memulai negosiasi untuk penyerahan yang akan datang. Setelah mengambil alih Fort Pertibie telah benar-benar Padang Lawas dan Kotta Pinang dikuasai. Setelah dari Ankola dan Kotta Nopan di Mandheling untuk Pertibie tentara kami melakukan pengepungan setengah lingkaran terhadap kafir, tanah dan kepala asli Tamboesy menjadi terkepung, dengan demikian tujuan menjadi mencapai untuk membebaskan Ankola dan Sipirok di utara Negara Batta. Setelah itu, baru mereka harus menghela napas setelah begitu lama direcokin oleh Tamboesy. Kampong Daloedaloe terletak liama hari di tenggara dari Pertibie masih kuat dikelilingi oleh pengikut yang bersenjata. Namun Tamboesy sendiri harus telah keluar dari Padang Lawas dan kini di lanskap lain, seperti ia sudah akan memiliki isyarat penampungan dan kesiapan disana’.

Berita duka. Javasche courant, 24-11-1838: ‘Setelah penderitaan hidu[ berkepanjangan, sekarang  almarhum, Francois Bonne telah tiada, petugas yang bertanggung jawab dari otoritas sipil di afdeeling Mandheling, Sumatra’s Noordwestkust, dengan konsekuensi hati dan konsumsi paru, yang sebagian besar untuk berdinas bergabung seragam kepentingan Gouvernements. Dia seorang mantan militer, yang membiarkan kesempatan menjadi kepala Mandheling dalam membantu pribumi, yang tidak akan lebih baik tanpa dia. Dia pergi dan semuanya akan dikorbankan untuk afdeeling, menjadi petugas terbesar gagah berani kami, sementara ia digunakan sebagai otoritas Tapanolie pasca perlawanan’.

Bredasche courant, 26-04-1840: ‘Di distrik Manda Healing pada tanggal 7 Oktober 1839, Lettu Steinhardt melakukan ekspedisi yang disertai oleh sejumlah kepala Mandahelingsche dan beberapa pembantu dari Kotta Nopan ke Kotta Gedang untuk mengamankan Soetan Menkoetoer yang memiliki pengikut setia. Dia adalah saudara almarhum Regent van Manda Healing, yang mana Raja van Layang telah dibunuh. Pembunuhan ini disebabkan oleh kebencian rakyat Kotta Gedang terhadap kepala Manda Healing. Kolonel Michiels, gubernur sipil dan militer Sumatra’s Westkust, sudah tahu yang terjadi pada Kotta Gedang, sementara kata saudara Sutan Menkoetoer, Sutan Naga, supaya menyerah saja’.

Berita duka. Javasche courant, 10-02-1841: ‘Pada 15 November 1810, meninggal di Kotta Nopan, (Sumatra’s Westkust) Letnan satu infantri, W.C. Blommenstein. Kreditor dan debitor diminta dalam waktu tiga bulan setelah peristiwa atau pengumuman atau pembayaran untuk melakukan commissaritsen di wilayah ini. Komisaris adalah W.A. van Kluijven, Letnan dua. J.H.W.A. Dumont, sergt. staf no. 5730—Fort Elout, 16 November 1840’.

Residen Tapanuli Dibentuk, Asisten Residen Mandheling en Ankola Pertama adalah T.J. Willer

Pada awalnya, lanskap Tapanuli dikendalikan dari administrasi Keresidenan Air Bangis yang mana di lanskap Tapanuli diangkat seorang Asisten Residen yang berkedudukan di Sibolga. Di lanskap ini juga ditempatkan tiga controleur, yakni: Controleur Mandheling en Ankola di Kotanopan, Controleur Battakslanden di Sibolga dan Controleur Barus di Barus. Selanjutnya pada tahun 1842, Keresidenan Tapanuli dibentuk, namun tetap bagian dari Sumatra’s Westkust dengan dua asisten Residen yakni: Asisten Residen Tapanoeli (Sibolga) dan Asisten Residen Mandheling en Ankola (Kotanopan).

Pada masa transisi ini Residen adalah M. J. H. van Oppen, seorang pejabat di Gouvernour Sumatra;s Westkust dan  sekretaris dilaksanakan oleh L.A. Galle. Pada tahun 1843, secara definitif Residen Tapanuli diangkat dan L.A, Galle dipromosikan. Untuk Asisten Residen Tapanuli diangkat A. van der Hart dan asisten Residen Mandheling en Ankola adalah T.J. Willer. Selanjutnya pada tahun 1844 Mayor (Luit.Kol.) A. van der Hart menggantikan L.A. Galle sebagai Residen Tapanoeli. Sementara T.J. Willer tetap sebagai Asisten Residen Mandheling en Ankola’.

Javasche courant, 20-03-1841: ‘oleh Yang Mulia Raja, berdasarkan Keputusan Menteri 1 Agustus 1840 Nomor 81 (antara lain): untuk adsistent resident van Tapanoelie adalah de ambtenaar M.J.H. van Oppen. Sebagai controleur  kelas-1 di Mandheling en Ankola ditunjuk V.C.J. Happe. Sementara sebagai controleur  kelas-3 untuk Battakslanden ditunjuk E.J.M. van Bommel. Sedangkan untuk controleur kelas-3 di Baros, M. Jorissen. Yang berkomitmen untuk Battakslanden ke Perlibie adalah F.J. Willer, seorang pejabat pengawas di gouvernement Sumatra’s Westkust’.

Nederlandsche staatscourant, 24-06-1842: ‘berita dari Sumatera diterima di Batavia bahwa terjadi ketegangan yang juga berkaitan dengan afdeeling Mandheling, di mana diumumkan terjadi kerusuhan namun tidak sampai meletus. Meskipun ada konspirasi kecurigaan terhadap beberapa kepala, tapi perbuatan itu lambat laun telah hilang. Uutuk mengkonfirmasi bahwa itu benar untuk sisanya, hanya anggapan sebagai berita yang bersifat lateral. Sementara itu sudah ada tindakan militer untuk pencegahan yang diambil, terutama terhadap kampong-kampung atau distrik yang agak banyak ditemukan permasalahan. Sejumlah pertemuan telah dilakukan dan semua berniat untuk memberontak. Sudah dilakukan pendekatan dan sudah dapat menggagalkan cukup. Setelah sulit ditekan, tiga kepala Mandheling berperilaku telah meminta perlindungan sementara di Natal’.

Algemeen Handelsblad, 28-12-1843: ‘tot ass. Res. van Tapanolie, de majoor der inf. A. van der Hart, onder toekenning aan denzelven van eervol ontslag nit zijne betrekking van adj. van den gener. Tot ads. res. van Mandheling, T. J. Willer. Tot secr. der res. Tapanolie, L.A. Galle’.

Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws-en advertentieblad, 04-08-1845: ‘Asisten residen dari Mandheling en Ankola (Sumatera Westkust), C. Rodenburg, Controleur kelas-1 dalam pendapatan dan budaya nasional. Sementara diberhentikan dengan hormat, asisten residen dari Mandheling en Ankola, T.J. Willer, yang merupakan untuk pertama kalinya tinggal di wilayah itu yang menjadi gouvernement Sumtra’s Westkust’. Sedangkan L.A. Galle diberhentikan dengan hormat untuk mengurangi redundansi, sebagai sekretaris Residen Tapanoeli (Sumatra’s Westkust’.

Javasche courant, 06-01-1847: ‘Untuk adsisten  residen dari Mandheling en Ankola, Sumatra’s Westkust, J.K.D. Lammleth’.

Nederlandsche staatscourant, 01-10-1847: ‘dalam bagian North-Eastern Sub Kerajaan Sumatra’s Westkust afdeeling Mandheling, pada bulan Mei tahun ini terjadu satu gangguan yang meletus, didorong oleh mengamankan Rangar Laoet, dan mulai dengan kehancuran beberapa jembatan, termasuk jembatan baru Batang Taro, merampok dan melakukan pembakaran sejumlah bangunan dan pembunuhan terhadap sersan Luksemburg. Dengan langkah-langkah otoritas sipil dan militer yang dimiliki dapat dilakukan perdamaian dan mereka segera dipulihkan. Rangar Laoet dan beberapa pemimpin lainnya telah datang ke dalam penyerahan. Pada kesempatan itu, Jang di Pertoean dari Mandheling terbukti penting dengan menyediakan layanan pasukan tambahan, bahkan lebih dari yang diperlukan atau diperlukan. Sebuah penyelidikan penyebab apa yang terjadi adalah tidak diketahui jelas. Namun beberapa rumor telah dikaitkan dengan keinginan dalam penyebaran vaksinasi anak-anak atas perintah pemerintah, yang mana vaksinasi ini akan meninggalkan tanda abadi di lengannya. Bersamaan gerakan gelisahnya ini juga terdeteksi di Padang Lawas, timur dari Mandheling sebuah lanskap wilayah Belanda berada. Antara gerakan-gerakan di wilayah ini dengan pemberontakan di Mandheling tampaknya telah ada’.

Asisten Residen A.P. Godon Datang, Kopi Diperdagangkan, Pendidikan Diintroduksi

Makam Radja di Siaboe, lukisan dibuat 1846 (KITLV)
Ketika di lanskap Tapanoeli diangkat seorang asisten residen, seorang Controleur ditempatkan di lanskap Mandheling en Ankola. Ketika Keresidenan Tapanoeli dibentuk, status controleur Mandheling en Ankola ditingkatkan menjadi asisten residen. Untuk (afdeeling) Mandheling en Ankola sendiri diangkat T.J. Willer. Kemudian Willer digantikan oleh C. Rodenburg, lalu digantikan oleh J.K.D. Lammleth dan baru kemudian digantikan oleh A.P. Godon.

Algemeen Handelsblad, 15-12-1847 (surat dari Controleur Ankola): ‘di beberapa afdeeling, seperti yang terlihat di tetangga, Mandheling, orang menemukan penanam koffij pada indigo dan kayu kamper dan lainnya yang dikumpulkan’.

Nederlandsche staatscourant, 28-07-1848: ‘di Sumatra’s Westkust, Asisten-Residen Mandheling en Ankola, Controleur kelas-1, A.P. Godon, yang diminta melibatkan kepada siapa, Radja, persepsi yang sudah ditetapkan’.

Algemeen Handelsblad, 25-06-1849: ‘berita mengenai kuantitas dan kualitas yang sangat mengecewakan; sekitar 4.000 picols koffie Mandheling kuning masih tetap di tangan pribumi,  diharapkan dalam jangka pendek, sebagian yang menawarkan telah dibuat, tapi tampaknya pemilik enggan sampai tiba saatnya untuk menjualnya’.

Leydse courant, 05-08-1850: ‘Mandheling sudah selesai untuk menanam kopi, pada tahun 1847 hasilnya sudah ada 5.000 pikul’.

Nederlandsche staatscourant, 02-08-1853: ‘untuk Residen Padang Bovenlanden, P.T. Couperus, yang saat ini sebagai Resident Tapanoeli; untuk Residen Tapanoeli, F.H.J. Netscher, yang saat ini Asisten-resident Bovenlanden di Tanah Datar. Controleur kelas-1, J.A.W. Ophuysen, saat ini ditempatkan di afdeeling Natal di Natal, Controleur kelas-1,  V. Barthelemy dipindahkan ke Kaijoetanam; untuk Kaijoetanam, Controleur kelas-3,  H.A. Mess, yang saat melakukan tugas di distrik Mandheling yang menjabat direktur budaya telah ditempatkan dalam konteks pendapatan pedesaan dan budaya’.

De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws-en advertentieblad, 18-01-1854. Untuk kommies di asisten residen  Mandheling en Ankola, Y.V.B. Davidson. saat ini sebagai seorang pejabat di wilayah Gouvernur Sumatra’s Westkust sebagai penilik kelas-1 untuk memegang superintendence dari cultures di Sumatra’s Westkust: ke Troessau (selatan afdeeling Padang),  J.C. Schoggers, yang sekarang pemegang jabatan di Oeloe en Pakanten; untuk Oeloe en Pakanten. (Residence Tappanolie), W. van der Valck. Untuk yang sekarang pemegang buku Siroekam dan Soepaijan. di Mandheling (Residen Tappanolie), J.A. Scholte, saat ini menjadi deputi sheriff untuk Padang’.

Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 02-08-1854: ‘Diangkat untuk Sumatra’s Westkust (antara lain): Untuk pengawas (opziener) kelas-1 afdeeling Agam, W.B Davidson sekarang komisi  di asisten residen  Mandheling en Ankola. Untuk  commisies di asisitent residen Mandheling en Ankola, W.J.A. Scholte, sekarang opziener kelas-1 untuk budaya di Mandheling. Untuk opziener kelas-1 dalam budaya di Mandheling, W. Bram, saat ini koffij-pakhuismeester di Tana Batoe (Mandheling)’.

Catatan:

  • Sumber utama (dalam tanda kutip) merupakan sari berita yang relevan dengan artikel ini. Sumber lain (ditulis anonim) hanya sebagai informasi pendukung agar konteks ‘berita’ sesuai.
  • Isi artikel ini dibuat seorisinil mungkin, hanya berdasarkan informasi (surat kabar) yang tersedia. Kemungkinan adanya ‘bolong-bolong’ di sana sini, silahkan para pengguna (pembaca) melengkapi dan menginterpretasi sendiri.
  • Beberapa kalimat masih memerlukan proses penerjemahan (menyusul).

(bersambung)


Bag-2. Sejarah MANDAILING: ‘Koffijcultuur, Kopi Terbaik dan Harga Tetinggi Dunia dan Studi Ke Batavia dan Negeri Belanda’

*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber tempo doeloe.

Tidak ada komentar: