*Kronologi berdasarkan berita dalam surat kabar tempo doeloe
.
Tiga tokoh penting di awal pemerintah sipil pada era
Hindia Belanda di Tapanuli Selatan
adalah Willer, Godon dan Henny. Dari Mandailing, Willer merintis jalan
dan masih bekerja erat dengan militer. Kemudian Godon datang dengan ide
pengembangan wilayah, membangun jalan dan jembatan serta kepedulian terhadap
penididikan pribumi. Kemudian, Henny yang memulai karir sebagai kontroleur kelas-2
di Ankola yang berkedudukan di Padang Sidempoen, berhasil memadukan keunggulan tiga
lanskap (Mandheling, Ankola en Sipirok) sebagai sentra baru untuk komodi kopi yang
kemudian menjadi diperhitungkan dalam perdagangan domestic maupun
internasional.
Peran penting Henny terutama adalah factor kopi. Dia
membuat kalkulasi perluasan budidaya kopi, memperkirakan anggaran dan
merealisasikannnya. Atas usaha keras dan ketekunannya, kuantitas kopi mengalir
deras ke Pelabuhan Padang baik melalui Natal maupun Djaga-Djaga di Loemoet dan
mendapat apresiasi harga tertinggi. Prestasi ini membawanya untuk dipromosikan
menjadi Asisten Residen Mandheling en Ankola lalu naik promosi lagi menjadi
sekretaris gubernur di Gouvernement Sumatra;s Westkust.
Asisten
Residen Mandheling en Ankola, A.P. Godon Menggantikan Th. J. Willer
Sejak benteng Eliot dibangun di Panjaboengan (1834)
pemerintahan sipil pun mulai dibentuk. Setelah dikuasainya Ankola dan Sipirok
dan membangunan benteng pertahanan militer di Pijor Koling (1837) pemerintahan
sipil dilengkapi dengan menempatkan seorang asisten residen di Mandheling en
Ankola. Willer adalah asisten Residen pertama. Konon, dalam ekspansi militer ke
Padang Lawas, Willer turut serta. Semasa Willer, dibentuk tiga controleur yang
berkedudukan di Natal (Natal), Panjaboengan (Mandheling) dan Padang Sidempoean
(Ankola).
Nieuwe Rotterdamsche
courant: staats-, handels-, nieuws-en advertentieblad, 23-02-1848 (sebuah pengumuman pemerintah): ‘tentang rekapitulasi hasil
pembelian kopi oleh pemerintah di Sumatra’s Westkust di Padang pada penutupan tanggal
4 Desember 1847, berdasarkan kuantitas, jenis dan harga sebagai berikut:
(table di sini)
Nieuwe Rotterdamsche
courant: staats-, handels-, nieuws-en advertentieblad, 28-07-1848: ‘Diangkat: di Sumatra’s Westkust, ke Asisten-Residen Mandheling
en Ankola, kontroleur kelas pertama A.P.
Godon, dipercayakan kepada siapa hubungan yang dipersepsikan’.
Nieuwe Rotterdamsche
courant: staats-, handels-, nieuws-en advertentieblad, 22-08-1848: ‘Th. J. Willer, mantan Asisten Residen Mandheliug en Ankola. Dipindahkan
menjadi Komisioner di kepulauan Moluksche’.
Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-,
nieuws-en advertentieblad, 22-07-1850:
‘Disetujui oleh Gubernur Sumatra’s Westkust mutasi di Sumatra’s Westkust,
sebagai berikut (diantaranya): Kontroleur kelas-2, K.F. Stijman dari afdeeling Ankola ke
afdeeling Natal (residentie Tappa Noelie); Kontroleur kelas-3 A.F. Hammers dari
afdeeling Poea Datar ke afdeeling Ankola (residentie Tappa Noelie)’.
Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-,
nieuws-en advertentieblad, 06-11-1852: ‘Dalam Ankola kita menemukan
gambiersoort liar, kualitas yang hampir sama dengan gambir yang dibudidayakan
secara moderat’.
Mr. Hammers, Controleur Ankola di Padang
Sidempuan, Memberi Petunjuk Kepada Ms. Ida Pfeiffer dalam Perjalanan ke
Silindung
Tahun
1846, Gubernur Michiel mendampingi Jenderal von Gagern datang berkunjung ke
Padang Sidempuan. Di sekitar tahun itu, juga telah datang dua pesohor ke Padang
Sidempuan, yakni: Mr. Junghuhn dan Mr. van der Tuuk. Keempat orang ini jago
dalam bidangnya. Tapi yang berikut ini, sangat aneh. Ida Pfeiffer, seorang nona,
pelancong dari Austria mengambil cara berbeda sebagai ‘lone ranger’ dan hanya
meminta bantuan para pemandu di tengah jalan, berani-beraninya datang ke Ankola
melalui Padang dan hanya singgah di tiga tempat yang direncanakan: Fort de Kock,
Kotanopan, dan Padang Sidempoean. Singgah tak terduga di Sayurmatinggi (ada pos
militer) untuk menemukan seorang pemandu tangguh, karena ia ingin perjalanannya
diteruskan hingga sampai ke Silindung dan bahkan ke Toba. Ternyata, dia
berhasil, meski hanya sampai ke Silindung, Ida Pfeiffer adalah orang pertama
bangsa Eropa yang berhasil ke Bataklanden.
Algemeen Handelsblad, 09-05-1853 (surat
pembaca berjudul ‘Ida Pfeiffer Onder de Kannibalen’ yang ditulis 12 Oktober 1852, diringkas): ‘ekspedisi dan perjalanan ke Sumatra ini, tidak
ada dalam rencana awal saya. Namun,
seorang pedagang di Batavia yang begitu baik untuk saya, memperlihatkan
peta untuk perjalanan ke Sumatera. Dengan kapal uap saya ke Padang, yaitu
ibukota Hindia Belanda di pulau itu. Segera setelah kedatangan saya di sana,
saya menghadap gubernur, diterima dan dicatat. Saya sudah berlama-lama,
beberapa hari perjalanan saya terus di pedalaman dengan menunggang kuda.
Pemberhentian
pertama adalah Fort de Kock (50 tiang), lalu menemui Residen van der Hardt. Di
sini dan seterusnya rencana wisata dirancang. Dia menunjukkan rute yang
berbeda, aku harus mengikuti, serta tempat-tempat di mana saya harus berhenti, ia
menulis beberapa surat kepada para pejabat, yang saya sampai di sini dan bahkan
(batas-batas yang belum selesai di Bataken, dan memerintahkan mereka untuk
melakukan perlindungan ke saya. Dia sendiri sudah mengenal teliti tujuh daerah,
dia selama sekitar 10 tahun ekspedisi lapangan terhadap negara-negara telah
dibuat dan sampai tembus Selingdong (Silindung). Sedangkan tujuan saya
membentang ke tingkat yang lebih jauh, yang lebih lama. Jadi dilengkapi, aku
pergi dengan iman yang teguh "di jalan" sampai PadangSidcmpecang (200
tiang), yang ini adalah tempat terakhir dimana saya bertemu orang Europccrs.
Aku dengan kuda,
berjalan perlahan, lalu berlari kencang, keluar masuk hutan, di semak ditemukan
penuh jejak untuk harimau, gajah dan badak, aku tidak takut pada siang hari
bolong; Saya sering melaju selama berjam-jam melalui hutan semak dan alang
alang (3 sampai 6 kaki rumput tinggi). Dengan cara ini saya dapat menggambar Klein
en Groot Mandclling dan Ankola. Untuk
Pad-Si, di Ankola, aku menghadap Mr. Hammers, di mana aku berdiam dua hari.
Dari Tuan Hammers saya dapat beberapa panduan dalam perbedaan bahasa
Btttaksche. Setelah semua. diselesaikan, kataku yang terakhir Europecr
perpisahan hangat dan pergi dengan Batakischen saya dengan panduan di jalan
lagi sekitar 20 tiang.
Aku masih duduk
di atas kuda, tapi kemudian aku harus pergi dengan tertindas mereka pergi.
Berjalan selama tiga hari pertama adalah yang terlama yang pernah saya buat.
Ekspedisi kami tidak pernah berhenti. Hutan ditembus, di mana ada sering tidak
ada jalan lain untuk menemukan jejak daripada badak, melalui alang-alang yang
mencapai di atas kepala, melalui rawa dan rawa yang dalam, curam naik dan turun
bukit, dan dengan kaki hampir memamerkan sepatu karena berada di tanah berawa
tetap. masih di belakang tanah basah yang terkandung kebetulan ada kerumunan
lintah kecil yang tetap melekat pada tubuh, alang-alang memotong setiap kaki,
yang sering menyebabkan rasa sakit, terutama ketika mereka sudah terluka dan
robel olek oak. Malam aku telah saya dan di hutan mereka tidak pernah datang
tanpa duri gratis. ini melepaskan pisau melalui Bataker pertama yang terbaik,
dengan biasanya cukup tumpul. Setelah saya memiliki tenda, di mana air memukul
saya di kepala. Bataken bermata dua tanganku dan menarikku melalui. Bernasib
tiada hari tanpa hujan, dan aku tidak pernah berganti pakaian atau linen. Suatu
malam aku punya tenda bawah langit terbuka untuk menghabiskan, di mana aku
paling takut harimau dan ular. Tidak termasuk keberatan ini, aku tidur; selalu
di tanah yang dingin dan telah saya sering dengan,
Selama malam, saya
dengan yang lain istrirahat di hutan dengan memasak beras semi kering direbus
dengan sedikit tambahan garam, lalu saya melihat mereka mempersiapkan beras
dalam cara yang sama sekali baru bagi saya. Mereka membungkusnya dengan 'daun besar
(daun pisang?), dan masukkan beras ke dalam porongan bambu, kemudian menuangkan
sejumlah kecil air, lalu meletakkan tongkat bamboo itu pada api pembakaran, ia
membiarkan mereka berbaring begitu lama sampai bamboo kelihatan mulai terbakar,
cukup lama berlangsung sejak bamboo segar dan isinya dipanggang.
Pada hari ketiga
pada malam kami datang ke uta (desa) pertama Bataksche dan membuat masalah dan
tidak mengizinkan saya. Untungnya dalam tur ini ada Rajah pemandu kami yang
kenal Hali Bonar. Disamping itu di Padang Sidempoean pada Mr Hammer aku punya
surat rekomendasi baginya untuk saya. Melalui syafaat, aku berhasil diterima di
desa; lantas mereka menunjukkan dan mengajak saya ke Soppo dimana semua sisi pondok yang luar biasa, dan memberi
kami beras. Hali Bonar berjanji akan memandu kami sekitar 70 tiang dari sini. Sampai
berikutnya adalah perjalanan makmur; kami datang ke Uta Hali-Bonar dan aku
harus berlama-lama pada hari berikutnya, ia melakukan pemotongan ternak untuk menghormati
saya. Singkat cerita, setelah selesai pesta (ada tari, music, drama/pantomime) hari
berikutnya, kami dengan tenang melanjutkan perjalanan kami. Munculnya wajah
Eropa di Bataken landcn merupakan hal terbesar, terutama sejak tahun 1835, ketika
dua misionaris dibunuh di sana, dan dimakan. Itu jadi kabar kedatangan saya sebagai api berjalan tangan
oleh hct.gansche mendarat jauh- menyebar, sangat alami. Untuk setiap uta, yang
saya telah berlalu, adalah penduduk laki-laki secara keseluruhan, dilarang saya
jalan, dan dalam sekejap lingkaran pria ditutup sekitar saya, mereka pedang
dengan tombak! dan parang menarik dipersenjatai. Ekspresi mereka berada di luar
semua liar dan ketakutan-inspirasi. "Saya tahu, Anda tidak akan
membunuhku, jangan makan - biarkan aku pindah aku akan dengan v saja, ketika
Anda tambang konduktor kabut berduka "Dc: bahasa rusak, yang saya akan
berbicara, saya berjenggot, tenang dan percaya diri, yang saya menjelaskan
kepada hari memenangkan saya hati orang-orang liar, mereka berbicara pada nada
ramah bermata tanganku, kiri. saya melanjutkan atau memendam saya dalam uta
mereka dan memberi saya makanan. Jadi kita menempatkan perjalanan beberapa hari
lagi, akhirnya datang ke lembah indah yang disebut dan produktif yang pernah
saya lihat dalam sepenuhnya Sumatera. Itu adalah sekitar 15 tiang panjang dan 5
tiang lebar, dan dikelilingi oleh pegunungan tinggi yang Sumatera dari Selatan
ke Timur melintasi populasi adalah di sini sangat banyak, dan ada banyak uta
yang tersebar di lingkungan. Mereka dikelilingi oleh lima meter dinding tanah
dengan oleh bamboes dan lainnya pagar hidup hijau dan sering masih dikelilingi
oleh kanal. Dari rumah sendiri seseorang melihat apa-apa, karena 40-50 kaki
bambu tinggi menyembunyikan seluruh uta. Lembah ini dilintasi sungai yang indah Patang Toon dan beberapa
banjir yang lebih kecil, dan kaya dengan ubi (kentang) dibudidayakan; seseorang
melihat banyak kawanan kerbau dan sapi padang rumput dan di mana-mana tampaknya
berlimpah pemerintahan.
Menurut
pernyataan dari pmenadu saya, saya dilarang 15 sampai 20 pos ke danau. Apakah
mereka membiarkan aku hanya naik rantai bukit maka saya mungkin akan
melihatnya. Tapi tidak ada yang mau menemani saya. Orang saya hadiah untuk
orang-orang dari Eier-Tan tinggal di perselisihan dan bahwa ekspedisi
didampingi ke sana dengan bahaya. Saya sekarang sekitar selusin tumpukan
menyerap lebih lanjut ke Negara Batak, sejauh ini berhasil seorang Europa. Yang
jelas memang satu hal saya tidak ada salahnya, saya hanya harus berterima kasih
itikad baik saya dan keluarga saya. De Batakers mencintaiku, lebih dari duniawi,
seperti Dayakker. Bahwa saya yakin akan tidak telah berkelana, tanpa bantuan mereka
atau perlindungan untuk usaha saya. Perjalanan saya di Sumatera berada jauh
hingga 721 tiang (paal). Saya pikir Anda juga memiliki banyak berita tentang
ekspedisi lebih lanjut untuk lebih menanamkan’.
Ankola en Sipirok Diatur dalam Satu
Pemerintahan, Controleur Berkedudukan di Padang Sidempuan
W.A.
Henny memiliki visi yang brilian dan misi yang taktis. Ia menganggap Angkola
dan Sipirok harus dibawah satu pemerintahan (kala itu, Batang Toru masih bagian
dari afdeeling Sibolga dan Padang Lawas belum berhasil sepenuhnya dikuasai). Alasannnya
hanya satu: kopi. Sebagaimana, Ida Pfeiffer, juga W.A. Henny adalah orang
nekad. Henny melakukan ekspedisi sendiri dari Padang Sidempoean ke Batang Toru,
Sibolga (sambil kunjungan kerja ke Residen Tapanoeli), lalu pulangnya justru
lewat Silindung (lanskap yang belum ‘bertuan’ dan tiba di Sipirok. Ketika
memasuki wilayah Sipirok, di Arse, Henny terkaget-kaget karena programnya
budidaya kopi sudah berjalan dengan baik, terbukti sudah ada jalan-jalan (gerobak)
pengangkutan kopi ke Sipirok.
Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 18-06-1853: ‘dibaca di Java
Courant hari ini: Dari Padang dilaporkan bahwa 390 orang telah terkena dampak
kolera di Sumatera’ Westkust: Padang Sidempoeang, Loemoet, Batang
Taro, Ankola, Siepierok dan Pager utan.
Sampai 12 April
tahun ini. ada 181 orang yang mati. Semua upaya telah dilakukan untuk
mengurangi bencana ini dengan respon yang baik, tetapi
sebagai
penduduk, terdapat regangan terkait dengan Batta dan
sepenuhnya masih tunduk pada layanan tradisi, lebih percaya diri dengan
hal-hal lain disbanding keutamaan dari obat-obatan kami’.
De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel
nieuws- en advertentieblad. 09-08-1854: ‘pengawas (kommies) kelas pertama
di afd. Agam, WB
Davidson, saat ini menjadi kommies di asisten residen Mandheling
en Ankola; sementara kommies di asisten
res. Mandheling en Ankola, W.J.A. Scholte,
menjadi opziener kelas satu de kulturees di Mandheling; untuk opziener kelas
satu de kulturees di Mandheling, W. Brans menjadi koffij pakhuismeester di
Tanobato (Mandheling)’.
Java-bode
: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 27-01-1855 : ‘Controleur kelas dua di Ankola en Siepierok,
Residentie Tappanolie adalah Controleur kelas-2 dari Singkel, K.J. Jellenghaus’.
Java-bode:
nieuws, handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 13-10-1855: ‘Diangkat: komisi di asisten residen Mandheling
en Ankola, Residen Tappanolie (Sumatra’s Weslknst). Commisi ini bertugas untuk
mengawasi keluar dan masuk barang dan lainnya, juga meliputi pelabuhan dan
gudang induk di Aier Bangies, J.A. In'tveld’.
Samarangsch
advertentie-blad, 22-02-1856: ‘Controleur kelas-2
ditempatkan di Ankola, W.A. Henny, sebelumnya ia di XX Kottas’.
Samarangsch
advertentie-blad, 05-12-1856: ‘Diberikan cuti ke
Belanda, karena sudah bekerja, cuti selama dua tahun Asisten residen Mandheling
en Ankola, A.P. Godon’.
Nieuwe
Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws-en advertentieblad, 01-03-1857: ‘asisten resid. Mandheling en Ankola (Sumatra’s
Westkust), B. Zellner, saat ini non-activ. dan berangkat dari Belanda kembali.
Sebelumnya adalah asisten residen di Lima Poeloeh Kottas’.
Nieuw
Amsterdamsch handels-en effectenblad,
01-12-1857: ‘Hasil pengepulan kopi di Padang, yang ditutup pada 30 September, terdapat sebanyak
5.172 picols dari Mandhaling dengan harga
van ƒ36 tot f 36 15/120; 1.143 picols dari Ankola dengan harga van f 36 5/120 tot f 36
10/120’.
Nieuw
Amsterdamsch handels- en effectenblad,
11-02-1858: ‘wilayah yang luar biasa ini menyandang nama sebagai berikut: Ankola
Djoeloe, Si pirok, Si lantom, Oerong, lembah Rampeh, Boven Bila, South Tabah,
Silendong, Singa Pollang, Doluk. Dua yang pertama dilaporkan merupakan lanskap yang
diatur dalam pemerintahan biasa, dilindungi oleh pendudukan militer dan polisi,
dan fasiltas keselamatan publik yang tersedia. Untuk masyarakat dari Si Perok
untuk Loemat dilakukan dengan menggunakan gerobak dan dari sana harus melalui air
ke teluk Tapanoeli Bay membuat transportasi barang. Selain Ankolasche, koffijtuinen
Si Perok berharga dan memilik nama yang terbaik dan memberikan produk yang kaya’.
Kopi
Angkola dan Mandailing Diekspor Ke Amerika, Controleur W.A. Henny Dipromosikan
Menjadi Asisten Residen Mandheling en Ankola
Jika semasa A.P. Godon, akses jalan
dari Mandailing ke Natal terbuka dengan pembangunan jalan dan jembatan. Godon
adalah pemrakarsanya. Sepeninggalan Godon (pension), Henny mereplikasi ide
Godon untuk memperbaiki akses jalan yang yang sudah ada dari Padang Sidempuan
ke Loemoet. Karenanya, aliran kopi dari Ankola dan Sipirok tidak perlu via
Natal lagi tetapi, via Djaga-Djaga (Loemeot) ke Sibolga lalu ke Padang.
Sejak 1835 kopi dianggap penting di
oleh Belanda di Mandailing, kemudian diperluas ke Ankola. Pada tahun 1848
produksi kopi Mandheling en Ankola sudah signifikan jumlahnya di pelabuhan
Padang. Setelah 10 tahun kemudian, importi di Amerika Serikat menginginkan kopi
Mandheling dan Ankola karena dianggap kopi terbaik dunia. Jumlah perdagangan
kopi Mandheling dan Ankola terus meningkat dari waktu ke waktu dengan harga
yang terus melambung tinggi.
Algemeen
Handelsblad, 01-03-1858: ‘hasil
pendataan kopi di Sumatra’s Westkust di Pelabuhan Padang, berdasarkan kuantitas
dan tingkat harga. Komodi ini akan dieskpor ke Eropa dan Amerika Serikat’.
(tabel di sini)
Java-bode
: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 22-01-1859: ‘indentifikasi dataran tinggi yang meliputi
Ankola, Sipirok, Silantom, Tanah Oeroeng, Tanah Rampeh, Hulu Bilah. Tobah,
Silindoeng, Singopollang, dan Dollok. Identifikasi berdasarkan luas, ketinggian
dpl, suhu dan sebagainya. Identifikasi ini juga telah mengacu pada hasil
ekspedisi yang dilakukan oleh Junghuhn, dan van der Tuuk’.
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
26-01-1859 (laporan Controleur Wessel Albert Henny tentang kopi di Ankola): ’
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
29-01-1859: ‘lampiran laporan W.A.
Henny, tentang kalkulasi budidaya kopi di Ankola’.
Bataviaasch handelsblad, 04-05-1859 (Laporan
Manajemen dan Negara Koloni Hindia tahun 1856): ‘di dalam Ankola masih dilakukan
penyembelihan ternak kerbau dalam banyak kesempatan perayaan orang meninggal. Hal
ini dimaksudkan dapat merugikan ternak dan orang harus membayar sangat mahal.
Dalam konsultasi dengan para kepala, tindakan pembatasan diambil, seperti yang telah
terjadi di Mandheling pada tahun 1849. Konsekuensi aturan ini sangat bermanfaat.
Kami memutuskan langkah ini di semua tempat sebanyak mungkin, dan khususnya di pedesaan Padang Lawas’.
Java-bode: nieuws, handels-en adverte, 18-05-1859: ‘oleh review The Royal The
East Indian, Keputusan 22 Desember 1858,
Nomor 69, secara resmi A.P. Godon cuti ke Belanda, lalu Asisten Residen
Mandheling en Ankola (Sumatra’s Westkust), dengan hormat diberhentikan dari
layanan negara atas permintaannya, yang berlaku efektif dari 1 Maret 1859,
sementara pemberian pension dilakukan’.
Kopi
Mandailing dan Angkola Harga Tertinggi
di Pasar Internasional, W.A. Henny Dipromosikan Menjadi Sekretaris Gubernur
Sumatra’s Westkust
Henny
jeli melihat arti penting kopi bagi pemerintahannya di Padang dan Batavia dan
jeli pula melihat prospek kopi Mandheling dan Ankola sebagai calon kopi terbaik
dunia. Inilah keseluruhan jiwa raga Henny mulai dari seorang controleur kelas-2
di Ankola, lalu menduduki jabatan Asisten Residen Mandheling en Ankola hingga
puncaknya menjadi sekretaris gubernur. Pemahaman hulu-hilir kopi adalah bagian terbaik
dari curriculum vitae Wessel Albert Henny.
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
21-12-1859: ‘Untuk kommies di kantor Residen Padangscbe bovenlanden, kommies di
kantor Asisten-Residen Mandheling en Ankola, A. Int'veld. Untuk kommies di biro
Asisten Residen Mandheling en Ankola adalah kommies dari kantor Controleur
Natal, S.W. Marx’.
Padangsch nieuws-en advertentie-blad, 24-03-1860
(iklan, pengumuman pemerintah di Padang): ‘rekapitulasi hasil pembelian dan penjualan
kopi pemerintah pada penutupan bulan Maret 1860. Jumlah yang dibeli sama dengan
jumlah yang dijual ke eksportir yakni sebanyak 45.000 picols. Dengan satuan
unit (lot) 200 picols, harga jual rata-rata sebesar f 34.22 per picol. Harga
rata-rata kopi Mandheling tertinggi, disusul kopi Ankola. Harga tertinggi kopi
Mandheling mencapai f 35.05 per picol, sementara harga kopi tertinggi Ankola
sebesar f 34.85 per picol’.
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
13-06-1860: ‘Asisten Residen Mandheling en Ankola, B. Zellner dipindahkan ke
Lima Poeloeh Kotta. Untuk Asisten Residen Mandheling en Ankola diangkat
Controleur kelas-1, W.A. Henny, yang sebelumnya menjabat Controleur di Ankola’.
Padangsch nieuws-en advertentie-blad, 07-07-1860: ‘Yang
pertama ditemukan di afdeeling Mandheling en Ankola tambang emas di Tannang
Menambing dan sekitarnya dan Angkola, khususnya
Koeria Siandop dekat Tambang.. Tambang
timah yang terletak di dekat desa Pianganghe, di distrik Oeloe, tambang emas di
Mandheling, dan merkuri yang akan ditemukan di Sipieroh’.
Bencana alam. Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 10-11-1860: ‘di kampong Pintoe Langit,
terdiri 16 rumah dan 18 lumbung padi terbakar. Seperti hampir seluruh penduduk
di lapangan adalah untuk tenaga kerja ada yang bisa diselamatkan’.
De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en
commercieel nieuws-en advertentieblad, 10-12-1860: ‘Ditunjuk sebagai Sekretaris
di Governemen Sumatra’s Westkust, Adsistent Resident dari Mandheling en Ankola,
Mr. W. A. Henny dengan pangkat setingkat asistent-resident. Untuk Adsislent Residen
Mandheling en Ankola (Sumatra’s Westkust) digantikan oleh P. Severijn yang
sebelumnya menjabat sekretaris van Gouvernement Sumatra’s Westkust’.
Kesehatan. Bataviaasch handelsblad, 09-02-1861: ‘Di
Mandheling dan Ankola masih berkecamuk campak dan disentri. Secara keseluruhan,
mereka yang terkena dampak penyakit sebanyak 1.749 orang dan 201 orang sudah
meninggal’.
Bencana alam. Bataviaasch handelsblad, 13-03-1861: ‘di
Ankola en Sipirok terjadi guncangan gempa, banyak rumah yang rusak berat atau
hancur’.
Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
10-04-1861: ‘Insinyur van Dijk menerima berita dari Mayor Jenderal di gubernur
sipil dan militer Sumatra’s Westkust, bahwa di Soeramatingi (Ankola) terdapat batubara
coklat, yang telah dibuktikan bahwa pembentukannya masih sangat muda dan
operasi tidak bernilai’.
Rotterdamsche courant, 29-04-1861:
‘Ditunjuk untuk asisten Residen Mandheling en Ankola, K.J. Jellenghaus (dari
Pariaman), sementara P. Severijn (di Mandheling en Ankola) ke Pariaman’.
Padangsch nieuws-en advertentie-blad, 01-02-1862: ‘Melahirkan
anak, istri saya tercinta E.M. Koster yang diberi nama Meijer. Hormat saya, J.P.D.
Koster. Ankola, 24 Jauuari 1862’.
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
15-02-1862: ‘di distrik Ankola (Tapanoeli) masih terbelakang, namun penanaman
sawah mereka berkembang dan umumnya cukup baik, pemerintah disana membuat
setiap usaha untuk mengakhiri ketertinggalan mereka’.
Algemeen
Handelsblad, 28-05-1862: ‘…’
(tabel di sini)
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
11-06-1862: ‘kecuali di onderafdeeling Ankola dan Klein Mandheliug(ïapanoeli), panen
padi di provinsi (gubernuran) ini umumnya menguntungkan; juga adalah pengumpulan
kofiij signifikan. Situasi kesehatan sedikit lebih rendah dari yang diinginkan’.
Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 14-06-1862: ‘diadakan
outsourcing untuk evakuasi koffij ke Padang dari tempat-tempat sebagai berikut
(antara lain): dari Ankola en Si Pirok melalui Djaga-Djaga (dekat Loemoet) ke
Padang dengan biaya sebesar ƒ 4.40 per picols. (Pemberi kerja: Li Thong)’.
De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en
commercieel nieuws-en advertentieblad, 18-06-1862: ‘diberhentikan dengan
hormat Asisten Residen afdeeling Mandheling
en Ankola, K.J. Jeilinghaus’.
Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 28-06-1862, (iklan,
pengumuman pemerintah di Padang): ‘rekapitulasi
hasil pembelian dan penjualan kopi pemerintah pada penutupan bulan 27 Juni
1862. Jumlah yang dibeli sama dengan jumlah yang dijual ke eksportir yakni
sebanyak 42.000 picols. Dengan satuan unit (lot) 200 picols, harga jual
rata-rata sebesar f 40.34 per picols. Harga rata-rata kopi Mandheling
tertinggi, disusul kopi Ankola. Harga tertinggi kopi Mandheling mencapai f
40.90 per picols, sementara harga kopi tertinggi Ankola sebesar f 40.20 per
picols’.
De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en
commercieel nieuws-en advertentieblad, 23-07-1862: ‘Asisten residen Afdeeling
Mandheling en Ankola adalah A. Pruijs van der Hoeven. Sebelumnya ia adalah Asisten
residen di Afdeeling Lima Poeloeh Kotta’.
***
Catatan:
- Sumber utama (dalam tanda kutip) merupakan sari berita yang relevan dengan artikel ini. Sumber lain (ditulis anonim) hanya sebagai informasi pendukung agar konteks ‘berita’ sesuai.
- Isi artikel ini dibuat seorisinil mungkin, hanya berdasarkan informasi (surat kabar) yang tersedia. Kemungkinan adanya ‘bolong-bolong’ di sana sini, silahkan para pengguna (pembaca) melengkapi dan menginterpretasi sendiri.
- Beberapa kalimat masih memerlukan proses penerjemahan (menyusul).
(bersambung)
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber tempo doeloe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar